Metode Estimasi Penilaian Nilai Lingkungan Contingent Valuation Method CVM

15 hanya berpengaruh nyata untuk paket konservasi sedangkan untuk paket jogging track plus tidak berpengaruh nyata. Variabel jumlah kunjungan, jumlah tanggungan dan frekuensi kunjungan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden. Majid 2008 membahas tentang analisis willingness to pay pengunjung terhadap upaya pelestarian kawasan Situ Babakan, Jakarta Selatan. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh nilai rata-rata WTP responden sebesar Rp 2.104,65. Nilai ini melebihi nilai yang dibutuhkan pengelola kawasan situ babakan sebesar RP 1.200,00. Sedangkan untuk nilai total WTP responden diperoleh sebesar Rp 23.603.663,00 per bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden yaitu tingkat pendapatan, biaya kunjungan, dan frekuensi kunjungan. Variabel tingkat pendapatan dan biaya kunjungan berkorelasi secara positif terhadap besarnya WTP sedangkan variabel frekuensi kunjungan berkorelasi negatif. Amanda 2009 melakukan penelitian tentang analisis willingness to pay pengunjung objek wisata danau Situ Gede dalam upaya pelestarian lingkungan. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh sebanyak 81 persen responden 34 orang bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situ Gede, kesediaan membayar ini dipengaruhi oleh faktor tingkat usia, tingkat pendidikan, dan pemahaman dan pengetahuan mengenai manfaat serta kerusakan danau. Nilai WTP yang diperoleh sebesar Rp 3.558,24 sedangkan nilai total WTP yang di peroleh sebesar Rp 2.342.000 16 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method CVM adalah metode teknik survey untuk menanyakan kepada responden tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar seperti barang lingkungan Yakin,1997. CVM menggunakan pendekatan secara langsung dimana teknik ini menanyakan kepada responden berapa besarnya Willingness to pay WTP untuk memperoleh manfaat tambahan dari keadaan sebelumnya atau besarnya Willingness to accept WTA sebagai kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan WTP. Willingness to pay WTP atau kesediaan membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka adanya perubahan terhadapa kualitas lingkungan. Dalam WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarkat untuk membayar dalam rangka adanya perubahan lingkungan yang diinginkan. WTP merupakan nilai yang sesuai untuk menghitung sumberdaya alam dan jasa lingkungan. Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotesis harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya.

3.1.2 Keunggulan CVM

Menururt Hanley dan Spash 1993 keunggulan dari CVM adalah : 1. Bisa diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu sering kali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks kebijakan lingkungan. 17 2. Bisa digunakan untuk menilai berbagai macam barang-barang lingkungan yang ada disekitar masyarakat. 3. CVM mampu mengestimasi non use value nilai non pengguna. 4. Hasil yang diperoleh dari metode CVM tidak sulit untuk dianalisis dan dijabarkan.

3.1.3 Kelemahan CVM

Menurut Yakin 1997, walaupun CVM superior untuk mengestimasi nilai ekonomi dan perubahan kualitas lingkungan, namun masih banyak potensi kesalahan estimasi bias terutama dalam hubungan dengan desain survei dan administrasi yang mempengaruhi akurasi metode. Kesalahan potensial estimasi menggunakan CVM ini adalah : 1. Kesalahan hipotesis hypothetical bias, adalah kesalahan yang terjadi dimana deskripsi situasi hipotesis secara sistimatis berbeda dengan situasi sebenarnya sehingga perbedaan ini mengakibatkan kesalahan sisiematik. 2. Kesalahan strategi strategic bias, adalah kesalahan yang timbul karena responden merasa bisa mempengaruhi hasil akhir, sehingga responden tidak memberikan nilai yang sebenarnya, kesalahan ini juga muncul akibat adanya responden yang bertindak sebagai free rider. 3. Kesalahan informasi information bias, adalah kesalahan yang disebabkan karena jumlah dan informasi yang diberikan kepada responden tidak lengkap. 4. Kesalahan titik awal nilai tawaran starting point bias, adalah kesalahan yang timbul ketika responden diberikan suatu nilai awal tertentu, sehingga responden terpengaruh oleh nilai awal tersebut. 5. Kesalahan alat vehicle bias, adalah kesalahan ini muncul disebabkan responden tidak memberikan nilai karena responden tidak setuju dengan cara atau metode yang dipakai untuk memperoleh nilai tawaran.