tersebut, kecuali homestay yang buka setiap hari. Berdasarkan persentase pengeluaran wisatawan di lokasi maka dapat diperkirakan besarnya perputaran
uang yang terjadi di dalam pulau, khususnya pada akhir pekan. Setiap bulannya, rata-rata jumlah pengunjung di P. Untung Jawa mencapai 3 200 orang. Bahkan
pada saat hari raya Idul Fitri jumlah kunjungan dapat mencapai lebih dari 20 000 orang. Jika diasumsikan dalam satu pekan terdapat 800 dikurangi 100 pengunjung
anak-anak usia sekolah, maka dalam satu pekan terdapat sekitar 700 pengunjung dewasa yang sudah memiliki keputusan sendiri dalam pengeluaran wisata. Hasil
penelitian menunjukkan pengeluran rata-rata wisatawan untuk satu kali kunjungan adalah Rp 174 253 per orang. Jika rata-rata jumlah pengunjung pada setiap akhir
pekan di P. Untung Jawa adalah 700 orang maka total pengeluaran wisatawan sekitar Rp 121 000 000 dimana sekitar Rp 71 000 000 perputaran uang terjadi di
dalam pulau dan sisanya merupakan economic leakage dari total pengeluaran wisatawan.
Sedangkan di P. Pramuka, pada kondisi cuaca normal jumlah pengunjung dapat mencapai 400 orang per bulan atau 100 orang per pekan. Berbeda dengan
wisatawan di P. Untung Jawa yang terdiri atas segala usia anak-anak hingga dewasa, pengunjung di P. Pramuka umumnya adalah remaja dan dewasa, karena
tujuan mereka berekreasi adalah untuk berwisata bawah laut. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengeluaran untuk satu kali kunjungan adalah Rp 648 527
per orang. Artinya terjadi pengeluaran wisatawan sekitar Rp 64 000 000 per akhir pekan dimana sekitar Rp 34 000 000 perputaran uang terjadi di dalam pulau dan
sisanya merupakan economic leakage.
Kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa walaupun jumlah wisatawan di P. Untung Jawa jauh lebih tinggi perbandingan 7:1 dalam satu pekan, namun
perputaran uang yang terjadi di P. Pramuka tidak jauh berbeda perbandingan 2:1 dalam satu pekan. Hal ini menunjukkan bahwa jarak yang lebih jauh dan jumlah
kunjungan yang lebih rendah di P. Pramuka bukan merupakan kendala bagi masuknya manfaat ekonomi ke objek wisata tersebut. Perbedaan komposisi
pengeluaran wisatawan terhadap masing-masing komponen biaya di kedua pulau dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Estimasi Aliran Uang pada Akhir Pekan dari Kegiatan Wisata Bahari di Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka Tahun 2008
Rupiah
Jenis Biaya P. Untung Jawa
P. Pramuka Keterangan
Pulang pergi 38 700 390
28 466 468 Non lokal
Transportasi local 3 583 150
9 670 469 Lokal
Konsumsi 23 578 561
7 498 017 Lokal
Akomodasi 6 199 689
11 713 396 Lokal
Souvenir 6 676 487
1 988 317 Lokal
Sewa alat 375 414
3 136 762 Lokal
Dokumentasi 876 721
202 056 Lokal
Lain tol, parkir, tiket 11 986 688
2 177 215 Non lokal
Biaya total 121 977 100
64 852 700
Ket: diasumsikan pengeluaran wisatawan di P. Untung Jawa Rp 174 253 per orang dan di P. Pramuka Rp 648 527.
Tingginya perputaran uang yang terjadi membuka peluang usaha bagi penduduk lokal. Khususnya pemilik modal setempat yang berinisisatif untuk
membuka unit usaha terkait dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan. Walaupun unit usaha yang tercipta hanya sektor informal, berskala kecil dan hanya ramai
saat akhir pekan dan hari libur, namun unit usaha yang tercipta di kedua pulau cukup banyak dan dapat memenuhi kebutuhan para wisatawan. Unit usaha yang
tercipta di kedua pulau antara lain adalah kios ikan bakar, catering, akomodasi
homestay, souvenir, transportasi lokal dan pengrajin oleh-oleh. Terkait objek wisata yang ditawarkan, terdapat beberapa unit usaha yang hanya terdapat di
lokasi tertentu, misalnya di P. Untung Jawa banyak terdapat pedagang kaki lima, sedangkan di P. Pramuka terdapat beberapa unit usaha penyewaan alat untuk
diving dan snorkling dan jasa pemandu guide. Jumlahnya unit usaha yang ada
di P. Untung Jawa jauh lebih banyak karena jumlah wisatawan pun jauh lebih tinggi. Sebaran jumlah unit usaha dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Unit Usaha pada Objek Wisata Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka Tahun 2008
Unit
Unit Usaha P. Untung Jawa
P. Pramuka
Rumah makan ikan bakar catering 15
7 Pedagang souvenir
8 2
Pedagang kaki lima 72
- Pedagang mainan anak
5 -
Jasa Transportasi Laut 63
15 Jasa Penginapan Homestay
32 22
Penyewaan alat 4
5 Pemandu guide
- 12
Cuci cetak film digital 1
- Penyewaan alas tikar
18 -
Pengrajin oleh-oleh 3
3 Jumlah
218 68
Sumber: Suku Dinas Pariwisata Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 2007 dan Hasil Pengamatan Lapang.
Unit usaha yang ada di kedua lokasi wisata merupakan pihak penerima dampak ekonomi langsung dari pengeluaran wisatawan. Hasil penelitian
menunjukkan umumnya unit usaha yang ada di kedua pulau memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu: 1 umumnya dimiliki oleh warga asli pulau, 2 telah
berusaha 1 hingga 4 tahun, 3 sebelumnya telah memiliki unit usaha di pulau tetapi dengan skala usaha yang lebih rendah, 4 tidak memiliki mata pencaharian
lain di luar unit usaha yang dimiliki dan tidak melakukan investasi di luar pulau,
5 investasi awal berkisar Rp 1 000 000 – Rp 5 000 000 dan investasi terbesar
dilakukan oleh pemilik homestay, serta 6 pendapatan pemilik berkisar Rp 1 000 000 per bulan. Keenam ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa unit usaha yang ada
di kedua pulau merupakan Usaha Kecil dan Menengah UKM. Pemilik homestay melakukan investasi terbesar karena untuk membangun
sebuah homestay diperlukan biaya yang cukup tinggi terkait dengan biaya bahan baku dan biaya transportasi, namun bila jumlah kunjungan tinggi maka
pendapatan yang diterima pemilik homestay juga jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan dari unit usaha yang lain. Secara kasat mata terlihat pemilik homestay
secara ekonomi lebih sejahtera dibandingkan warga yang memiliki mata pencaharian lain. Umumnya pemilik homestay ini memiliki pekerjaan sipil penuh
seperti Pegawai Negeri Sipil PNS. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tentunya meningkatkan pula
aktivitas ekonomi yang dipicu oleh pengeluaran wisatawan. Aliran uang hasil transaksi yang terjadi pun semakin tinggi. Bagi pemilik, penerimaan total
revenue dari unit usaha selanjutnya akan digunakan kembali untuk menjalankan
aktivitas unit usaha tersebut. Dalam melakukan produksinya, unit usaha ini membutuhkan bahan baku input, baik yang tersedia di dalam pulau lokal
maupun yang berasal dari luar pulau non lokal. Penggunaan input akan terkait dengan sejumlah biaya guna menyediakan input tersebut. Komponen biaya yang
utama dari unit usaha ini adalah biaya pembelian input, upah tenaga kerja, pembelian peralatan, biaya operasional harian listrik dan air, pengembalian
kredit, biaya transportasi dan pajak atau retribusi yang dibayar ke pemerintah setempat. Keuntungan yang diterima oleh pemilik pendapatan pemilik adalah
penerimaan total dikurangi dengan total biaya. Hasil penelitian menunjukkan, proporsi terbesar terhadap penerimaan unit usaha adalah pendapatan pemilik
sedangkan pajak dan retribusi merupakan bagian yang terkecil. Adapun proporsi pendapatan pemilik dan biaya-biaya yang dikeluarkan terhadap penerimaan total
unit usaha dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi terhadap Penerimaan Total pada Unit Usaha Wisata di Pulau Untung Jawa dan Pulau
Pramuka Tahun 2008
Komponen Proporsi terhadap Penerimaan
Total Keterangan
P. Untung Jawa P. Pramuka
Pendapatan pemilik 42.7
54.6 Lokal
Upah tenaga kerja 9.4
5.3 Lokal
Pembelian input 34.0
26.2 Non lokal
Pembelian peralatan 3.6
3.3 Non lokal
Biaya operasional 2.1
4.4 Non lokal
Pengembalian kredit 5.1
1.9 Non lokal
Biaya transportasi lokal 3.0
3.0 Lokal
Retribusi 0.2
1.4 Non lokal
Dampak ekonomi langsung dari pengeluaran wisatawan dirasakan langsung oleh pemilik unit usaha. Dampak ekonomi ini berupa pendapatan
pemilik dari unit usaha di masing-masing lokasi. Hasil penelitian menunjukkan proporsi pendapatan pemilik di kedua lokasi tidak jauh berbeda. Proporsi
pendapatan di P. Untung Jawa adalah 42.7 persen dan di P. Pramuka sebesar 54.6 persen.
Jika dibandingkan proporsi di P. Untung Jawa sedikit lebih rendah, hal ini diakibatkan karena jumlah unit usaha yang terdapat di pulau ini lebih banyak,
sehingga terjadi persaingan antar pemilik dan akibatnya sering terjadi tawar menawar antar pemilik usaha dan wisatawan. Sebaliknya unit usaha yang
memberikan jasa kepada wisatawan di P. Pramuka relatif sedikit sehingga bergaining position-
nya lebih tinggi dibandingkan wisatawan serta mampu menetapkan harga.
Perbandingan kisaran jumlah pendapatan yang diterima oleh unit usaha dan tenaga kerja di masing-masing unit usaha yang lebih rinci dapat dilihat pada
Tabel 9 dan 10. Secara umum jumlah pendapatan yang diterima unit usaha di P. Pramuka lebih tinggi dibandingkan di P. Untung Jawa. Hal ini dikarenakan di P.
Pramuka jumlah unit usaha yang tersedia terbatas sedikit dan pengeluaran wisatawan yang lebih tinggi. Pendapatan tertinggi di P. Untung Jawa terjadi di
unit usaha homestay, sedangkan di P. Pramuka adalah penyewaan alat. Unit usaha kapal snorkling dan gerobak hanya terdapat di P. Pramuka.
Tabel 9. Perbandingan Kisaran Pendapatan Pemilik Unit Usaha Wisata di Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka
RpBulan
Unit Usaha Pendapatan Pemilik
P. Untung Jawa P. Pramuka
Kios 200 000 - 2 000 000
500 000 - 3 000 000 Catering
Rumah Makan 300 000 - 1 200 000
400 000 - 3 000 000 Homestay
150 000 - 8 000 000 300 000 - 3 500 000
Souvenir Makanan Lokal
250 000 - 850 000 200 000 - 1 200 000
Ojek Kapal 900 000 - 1 000 000
900 000 - 1 500 000 Sewa Alat
500 000 - 600 000 2 000 000 - 6 000 000 Kios Pinggir Pantai
200 000 - 2 000 000 na
Kapal Snorkling na
600 000 - 1 500 000 Gerobak
na 400 000 - 500 000
na: not available data tidak tersedia.
Sedangkan untuk perbandingan pendapatan tenaga kerja lokal, secara umum tidak jauh berbeda. Beberapa unit usaha seperti makanan lokal dan kios,
umumnya tidak memiliki tenaga kerja tetap. Secara umum pendapatan yang diterima masih rendah berkisar antara Rp 200 000
– Rp 600 000 per bulan.
Pendapatan tenaga kerja lokal tertinggi di P. Untung Jawa terjadi pada unit usaha homestay
, sedangkan di P. Pramuka adalah tenaga kerja yang bekerja di unit usaha penyewaan alat sebagai guide lokal.
Tabel 10. Perbandingan Kisaran Pendapatan Tenaga Kerja Lokal pada Unit Usaha Wisata di Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka Tahun
2008
RpBulan
Unit Usaha Pendapatan Tenaga Kerja Lokal
P. Untung Jawa P. Pramuka
Kios 120 000 - 200 000
na CateringRumah Makan
160 000 - 600 000 200 000 - 400 000
Homestay 200 000 - 800 000
300 000 - 500 000 Souvenir
Makanan Lokal 70 000 - 250 000
na Ojek Kapal
na na
Sewa Alat na
200 000 - 500 000 Kios Pinggir Pantai
100 000 - 200 000 na
Pengelola Wisata 200 000 - 700 000
na
na: not available data tidak tersedia
Bagi pemilik modal, tingginya jumlah kunjungan dan perputaran uang yang terjadi merupakan insentif untuk membuka unit usaha di kedua pulau. Hal
ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya warga yang membangun homestay, membuka kios dan rumah makan di P. Untung Jawa. Sementara di P. Pramuka,
juga ditunjukkan oleh pembangunan homestay, baik oleh masyarakat setempat, maupun oleh investor dari luar pulau.
Jika dilihat lebih jauh, terdapat perbedaan dalam tipe homestay yang dimiliki oleh investor luar pulau di P. Pramuka. Umumnya homestay yang
dibangun berskala besar terdiri beberapa kamar dan dengan fasilitas yang tidak jauh berbeda dengan hotel. Sedangkan homestay yang dibangun oleh masyarakat
lokal, umumnya menyatu dengan tempat tinggal pemilik atau lokasinya dekat dengan tempat tinggal pemilik serta dengan fasilitas standar. Seluruh kondisi
tersebut menandakan bahwa secara ekonomi di mata investor kedua pulau memiliki prospek yang bagus untuk berinvestasi dalam sektor pariwisata.
Pendirian unit usaha yang semakin banyak diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal yang umumnya memiliki modal dan keahlian
yang terbatas.
6.2 Dampak Ekonomi Tak Langsung
Keberadaan unit usaha di lokasi wisata membuka kesempatan kerja baru bagi penduduk lokal. Walaupun unit usaha yang ada di kedua pulau umumnya
dikelola langsung oleh pemiliknya, namun pada waktu-waktu tertentu tetap dibutuhkan sejumlah tenaga kerja tambahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan
tergantung pada jumlah wisatawan dan kondisi musim. Umumnya satu unit usaha memerlukan dua hingga tiga orang tenaga kerja tambahan bahkan bisa lebih pada
saat jumlah kunjungan wisatawan tinggi. Beberapa unit usaha yang rutin memerlukan tenaga kerja adalah rumah makan catering, homestay, penyewaan
alat, pengrajin keripik, toko souvenir dan transportasi laut. Sedangkan pedagang kaki lima dan penyewaan tikar mengelola sendiri usahanya.
Walaupun kesempatan kerja yang tercipta bersifat seasonal hanya hari libur dan akhir pekan, dampaknya pada penyerapan tenaga kerja lokal sangat
berarti. Bahkan pada musim kunjungan peak season. Peningkatan jumlah wisatawan membuka kesempatan kerja paruh waktu part time job seperti yang
terjadi pada unit usaha kios ikan bakar di P. Untung Jawa serta jasa tourist guide di P. Pramuka. Tingginya jumlah pengunjung berdampak positif berupa
terbukanya kesempatan kerja tenaga kerja di unit usaha rumah makan, transportasi
lokal, penyewaan alat dan homestay. Tidak seperti homestay yang sedikit menyerap TK, usaha rumah makan atau catering ternyata membutuhkan tenaga
kerja yang lebih banyak, yang umumnya dikelola oleh ibu rumahtangga. Sejauh ini, kebutuhan sumberdaya manusia masih dapat dipenuhi oleh
penduduk pulau. Kesempatan bekerja dan berusaha di sektor pariwisata terbuka lebar bagi ibu rumahtangga yang sehari-hari tidak bekerja dan pemuda setempat
yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Ibu rumahtangga, umumnya bekerja paruh waktu pada rumah makan catering serta pengrajin oleh-oleh kripik sukun dan
manisan ciremai. Sementara anak muda bekerja sebagai guide dan Anak Buah Kapal ABK antar pulau.
Tidak seperti sumberdaya manusia yang banyak tersedia, bahan pangan baik untuk kebutuhan usaha maupun konsumsi masyarakat sehari-hari, masih
harus dipenuhi dari luar pulau, mengingat di kedua pulau tersebut tidak terdapat kegiatan pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Hingga saat ini hanya ikan
yang dihasilkan dari sekitar pulau, sedangkan bahan baku pangan lainnya masih harus didatangkan dari luar pulau Jakarta untuk P. Pramuka dan Tangerang untuk
P. Untung Jawa. Tenaga kerja yang bekerja di unit usaha adalah penerima dampak tidak
langsung dari pengeluaran wisatawan, yaitu berupa upah yang diterima dari unit usaha tempat mereka bekerja. Lebih lanjut, jumlah kesempatan bekerja di P.
Untung Jawa lebih banyak dan lebih beragam jenisnya dibandingkan kesempatan bekerja yang tercipta di P. Pramuka. Hal ini disebabkan P. Untung Jawa telah
menjadi tujuan wisata andalan yang telah banyak dikunjungi oleh para wisatawan.