Gambaran Umum Kawasan dan Wisata Bahari di Kepulauan Seribu

Administrasi Kepulauan Seribu, yang terdiri dari dua Kecamatan dan enam Kelurahan, yaitu: 1. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, terdiri dari tiga kelurahan dengan 79 pulau yaitu Kelurahan P. Kelapa 36 pulau, Kelurahan P. Harapan 30 pulau dan Kelurahan P. Panggang 13 pulau. 2. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, terdiri dari tiga kelurahan dengan 31 pulau yaitu Kelurahan P. Tidung 6 pulau, Kelurahan P. Pari 10 pulau, dan Kelurahan P. Untung Jawa 15 pulau. Keadaaan topografi pulau-pulau di Kepulauan Seribu merupakan daratan rendah pantai, topografi datar hingga landai 0 –5 persen dengan ketinggian sekitar 0 –2 meter di atas permukaan laut. Luas daratan dapat berubah oleh pasang surut dengan ketinggian pasang antara 1 –1.5 meter. Sedangkan tipe iklim di wilayah Kepulauan Seribu adalah tropika panas. Suhu udara rata-rata antara 26.5 o –28.5 o C dengan suhu udara maksimum tahunan 29.5 o – 32.5 o C dan minimum antara 23.0 o -23.8 o C, kelembaban udara berkisar antara 75-99 persen, tekanan udara rata-rata antara 1 009.0 –1 011.0 mb. Arus permukaan pada musim barat berkecepatan maksimum 0.5 mdetik dengan arah ke timur sampai tenggara, sedangkan pada musim timur kecepatan maksimum 0.5 mdetik. Suhu air permukaan pada musim barat berkisar antara 28.5 o –30 o C, sedangkan pada musim timur suhu permukaan antara 28.5 o –31 o C. Salinitas permukaan berkisar antara 30 o oo – 34 o oo baik pada musim barat maupun pada musim timur. Umumnya keadaan geologi di Kepulauan Seribu terbentuk dari batuan kapur, karangpasir dan sedimen yang berasal dari P. Jawa dan Laut Jawa, berupa susunan bebatuan malihan atau metamorfosa dan batuan beku, di atas batuan dasar diendapkan sedimen epiklastik, menjadi dasar pertumbuhan gamping terumbu Kepulauan Seribu. Sebagian besar terumbu karang yang ada masih mengalami pertumbuhan. Tata ruang peruntukan kawasan Kepulauan sebagaimana yang telah di atur dalam SK Gubernur nomor 1814 Tahun 1989 dan Perda DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 1992, ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Peruntukan Kawasan Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta No Peruntukkan Jumlah Pulau Luas Ha 1 Rekreasi dan Pariwisata 45 403.46 44.35 2 Perumahan 9 189.44 20.82 3 Penyempurna Hijau Bangunan a Perikanan 1 11.25 1.24 b Air Strip 1 12.92 1.42 c Fasilitas Pendukung Penambangan 1 12.92 1.42 d Pos Kamla 1 37.70 4.14 e Perambuan LL 5 29.12 3.20 f Pusat Pemerintahan 1 6.00 0.66 g Wisma Kepresidenan 1 37.70 4.14 h Penelitian Laut 3 3.08 0.34 4 PHU Penyempurna Hijau Umum a Cagar Alam 15 127.41 14.00 b Penghijauan 27 38.80 4.26 Jumlah 110 909.80 100.00 Sumber: Filosofi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut di Kepulauan Seribu 2001. Terdapat 45 pulau yang diperuntukkan untuk rekreasi dan pariwisata, empat diantaranya dikelola oleh Pemda melalui Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sudin Pariwisata, 11 dioperasikan untuk kegiatan wisata umum sisanya kelola secara private. Sedangkan dari sembilan pulau yang diperuntukkan sebagai perumahan pemukiman terdapat dua pulau yang telah berkembang menjadi objek wisata bahari yang dikelola oleh masyarakat lokal, yaitu P. Untung Jawa di wilayah Selatan dan P. Pramuka di wilayah Utara. Sejauh ini kebijakan pengembangan pariwisata Kepulauan Seribu, telah ditetapkan dalam Renstra Kabupaten, pengembangannya dibagi dalam dua wilayah, yaitu: 1. Kawasan Pengembangan Utara KPU yang berlokasi di sekitar TNLKS dan ditetapkan sebagai pengembangan Kawasan Wisata Bahari Eksklusif, dengan segmen pasar wisata mancanegara dan menengah ke atas, pertimbangannya adalah kawasan ini memiliki lingkungan sumberdaya laut yang alami, ditunjang dengan salinitasi air yang jernih, kaya akan habitat terumbu karang dan panorama dasar laut yang mempesona. 2. Kawasan Pengembangan Selatan KPS yang lokasinya berdekatan dengan Teluk Jakarta, ditetapkan sebagai kawasan pengembangan wisata massal dengan target pasarnya adalah wisatawan kelas menengah ke bawah, obyek utama yang disajikan berupa wisata sejarah dan konservasi serta kegiatan masyarakat nelayan yang berada pada Kawasan Desa Wisata P. Untung Jawa. Penelitian ini difokuskan kepada kegiatan wisata bahari pada dua pulau yang telah mengembangkan wisata bahari berbasis masyarakat lokal, yaitu P. Untung Jawa sebagai perwakilan pulau di wilayah KPS dan P. Pramuka sebagai perwakilan pulau di wilayah KPU. Masing-masing daerah memiliki perbedaan dalam atraksi wisata yang ditawarkan supply wisata, jumlah kunjungan demand wisata, karakteristik wisatawan kondisi sosial ekonomi, bentuk dan jumlah unit usaha, keterlibatan tenaga kerja lokal, sikap masyarakat serta persepsi serta perspektif para stakeholder. Selain itu dampak ekonomi yang tercipta dari kegiatan wisata di setiap wilayah pun berbeda.

5.2 Gambaran Umum Wisatawan

Wisatawan yang berkunjung ke P. Untung Jawa umumnya berasal dari sekitar kota Tangerang dan Jakarta Barat, hasil penelitian menunjukkan sekitar 50 persen dari pengunjung berasal dari Provinsi Banten. Tujuan utama wisatawan adalah menikmati pantai atau berwisata kuliner ikan bakar. Umumnya mereka datang bersama rombongan yang umumnya pasangan muda-mudi dan keluarga 6-10 orang. Umumnya mereka menggunakan transportasi pribadi motor dan setelah memarkir kendaraannya di Dermaga Tanjung Pasir, melanjutkan perjalanan dengan kapal nelayan. Karena waktu perjalanan di laut yang relatif singkat ± 30 menit dan umumnya wisatawan berada di lokasi kurang dari lima jam, maka wisatawan yang berkunjung umumnya tidak menginap. Wisatawan yang menginap umumnya berasal dari luar Jakarta atau yang menempuh waktu perjalanan lebih dari delapan jam untuk pulang pergi atau memiliki tujuan rekreasi khusus, seperti memancing di malam hari. Wisatawan yang berkunjung ke P. Pramuka berasal dari sekitar Jabodetabek dan sebagian besar berasal dari Jakarta. Tujuan utama wisatawan adalah menikmati panorama bawah laut melalui aktivitas snorkling, diving dan memancing. Hasil penelitian menunjukkan umumnya mereka datang dengan rombongan yang jumlahnya 6-10 orang atau 11-20 orang, umumnya mereka tergabung dalam kelompok penyelam diving club, ataupun rombongan tur wisata. Umumnya wisatawan menggunakan transportasi pribadi dan dilanjutkan dengan kapal pesiar ataupun kapal nelayan dan karena lokasinya yang cukup jauh umumnya wisatawan menempuh perjalanan sekitar 5-10 jam untuk pulang pergi sehingga sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke P. Pramuka akan menginap. Usia dan pekerjaan utama dari wisatawan kedua pulau menunjukkan pola yang sama, yaitu umumnya wisatawan berusia muda 19-30 tahun, didominasi oleh pria dan umumnya karyawan swasta. Berdasarkan pendidikan terakhir dan pendapatan, wisatawan di P. Pramuka umumnya memiliki pendidikan yang jauh lebih tinggi. Responden di P. Untung Jawa sebagian besar berpendidikan akhir Sekolah Menengah Umum SMU dan memiliki pendapatan per bulan berkisar antara Rp 2 000 000 - Rp 5 000 000 per bulan, sedangkan responden di P. Pramuka umumnya berpendidikan S1 bahkan tidak sedikit yang berpendidkan S2 serta memiliki pendapatan berkisar antara Rp 5 000 000 – Rp 10 000 000 per bulan. Wisatawan di P. Untung Jawa menghabiskan biaya rekreasi yang jauh lebih rendah dibandingkan wisatawan di P. Pramuka. Rata-rata wisatawan di P. Untung Jawa menghabiskan biaya kurang dari Rp 250 000 untuk satu kali kunjungan sedangkan wisatawan di P. Pramuka menghabiskan biaya Rp 250 000 - Rp 500 000 bahkan sebagian lebih dari Rp 1 000 000. Hal ini selain diakibatkan biaya perjalanan yang jauh lebih tinggi, umumnya wisatawan yang berkunjung ke P. Pramuka dapat dipastikan menginap dan melakukan pengeluaran dalam penyewaan alat untuk diving atau snorkling dan konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan wisatawan di P. Untung Jawa. Berdasarkan gambaran di atas, merujuk penggolongan wisatawan menurut Smith 1977 maka berdasarkan tipologi interaksi interactional type yang menekankan pada sifat interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal