Penilaian Economic Value Jasa Lingkungan untuk Kegiatan Wisata

pengunjung maka model permintaan rekreasi yang akan digunakan, sebagai berikut: V = + 1 X 1 + 2 X 2 + 3 X 3 + 4 X 4 + 5 X 5 + 6 X 6 + 7 X 7 + 8 X 8 + 9 X 9 + 10 X 10 + 11 X 11 + 12 X 12 + 13 D 1 + 15 D 2 + 16 D 3 + e i ............................................................................... .4.4 Parameter dugaan yang diharapkan adalah 1 , 5 0 dan 2 , 3 , 4 , 6 , 7 , 8 , 9 , 10 , 11 dimana: V : Jumlah kunjungan ke lokasi wisata unit perjalanan. X 1 : Pengeluaran aktual ke lokasi wisata rupiah per perjalanan. X 2 : Pendapatan rumahtangga juta rupiah per bulan. X 3 : Tingkat pendidikan tahun. X 4 : Usia tahun. X 5 : Waktu yang dihabiskan pulang pergi menuju lokasi wisata jam. X 6 : Waktu yang dihabiskan pulang pergi menuju lokasi wisata alternatif jam. X 7 : Pengeluaran aktual ke lokasi wisata alternatif rupiah per perjalanan. X 8 : Jumlah anggota rombongan yang ikut serta melakukan rekreasi orang. X 9 : Lamanya waktu yang dihabiskan di lokasi jam. X 10 : Tingkat pengetahuan terhadap lokasi wisata diukur dengan lamanya seseorang mengetahui adanya lokasi wisata tahun. X 11 : Jumlah rekreasi outdoor yang dilakukan selama satu tahun terakhir sebagai proksi untuk sikap terhadap rekreasi alam unit perjalanan. X 12 : Preferensi terhadap wisata alam D 1 : Dummy status pernikahan, D=1 untuk wisatawan yang telah menikah dan D=0 sebaliknya. D 2 : Dummy jenis kelamin, D=1 untuk wisatawan yang berjenis kelamin pria dan D=0 sebaliknya. e i : Error term . Jika data permintaan rekreasi tersedia untuk suatu populasi kemudian data tersebut digunakan untuk mengestimasi kurva permintaannya, seringkali data yang tersedia merupakan data yang dikumpulkan di spesifik lokasi wisata on site . Artinya minimal responden telah melakukan satu kali kunjungan wisata atau data tersebut truncated. Hal ini dapat mengakibatkan bias dalam mengestimasi persamaan permintaan. Walaupun sejumlah literatur menyatakan model TCM dapat diregresikan dengan metode Ordinary Least Squares OLS, sejumlah studi menyatakan bahwa model count data atau frekwensi lebih tepat digunakan untuk analisis mikro ekonometrika. Model ini mengasumsikan bahwa variabel dependen jumlah kunjungan adalah integers 0,1,2,3,...,n. Model ini dispesifikasikan untuk memperkirakan probabilitas dari pengamatan jumlah kunjungan, dimana probabilitasnya ditetapkan pada distribusi poisson Grafton et al. 2004. Penduga parameter koefisien regresi poisson diperoleh dengan menggunakan metode maximum likelihood . Guna menghindari masalah multikolinearitas maka sebelum variabel independen dimasukkan ke dalam model terlebih dahulu dilakukan pemilihan variabel dengan melihat koefisien korelasi antar variabel. Koefisien korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi pearson. Jika terdapat dua atau lebih variabel independen yang berkorelasi erat satu sama lain maka akan dipilih salah satu berdasarkan derajat kepentingannya terhadap model. Setelah terpilih variabel yang diharapkan, selanjutnya model diestimasi dengan menggunakan regresi poisson, dengan menggunakan program aplikasi komputer Stata Versi 9.0. Pengukuran surplus konsumen dari suatu lokasi wisata diestimasi dari persamaan permintaan marshallian yang dihasilkan. Bentuk persamaan yang dihasilkan akan mempengaruhi penghitungan nilai surplus konsumen. Tabel 2 berikut ini menunjukkan penghitungan surplus konsumen SK dari dua model persamaan, Grafton et al. 2004; Garrod dan Willis, 1999. Tabel 2. Penghitungan Nilai Surplus Konsumen dari Fungsi Permintaan Linier dan Semi-Log Fungsi Permintaan Persamaan Nilai SK Total Kunjungan per Individu Nilai SK per Kunjungan Linier V = + c 2 β V SK 2 2 β V SK Semi log Ln V = + c β V SK β 1 SK Sumber: Garrod dan Willis 1999; Grafton et al. 2004. Ket: V: jumlah kunjungan, c: biaya perjalanan, : konstanta, : koefisien biaya perjalanan.

4.4.3 Analisis Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam

Analisis akan dilakukan secara menyeluruh dari stakeholder terkait. Langkah pertama analisis ini adalah, mencoba mengetahui preferensi mengenai bentuk wisata sebagai suatu produk dari sudut pandang masing-masing stakeholder . Analisis ini akan dilakukan dengan analisis konjoin conjoint analysis . Tahapan awal yang dilakukan adalah perancangan stimuli, dimana masing-masing responden diminta memberikan penilaian terhadap atribut yang dirasakan paling penting dari sudut pandang masing-masing pihak. Atribut yang menjadi fokus adalah kondisi sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata, upaya pelestarian dan konservasi, pelibatan masyarakat lokal serta sarana transportasi menuju objek wisata. Metode dalam conjoint analysis yang pilih adalah full profile, dimana semua atribut disertakan dalam penyusunan produk hipotetik dan responden diminta untuk kemudian diberikan rangking dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai. Khusus untuk analisis data preferensi berupa rangking, data ini terlebih dahulu ditransformasi dengan menggunakan transformasi monotonik, kemudian diterapkan regresi OLS pada data hasil transformasi tersebut. Estimasi conjoint analysis dilakukan dengan menggunakan program aplikasi komputer Statistical Analysis System SAS versi 9.0. Analisis ini akan memberikan informasi atribut wisata alam apa yang dianggap paling penting bagi masing-masing stakeholder. Informasi ini kemudian akan digabungkan dengan informasi dari tujuan penelitian pertama dan kedua guna memperoleh suatu informasi yang lengkap mengenai pengelolaan wisata bahari di lokasi penelitian. Langkah selanjutnya adalah menentukan stakeholder yang benar-benar berkompeten dalam merumuskan strategi pengelolaan wisata. Oleh karena itu digunakan stakeholder analysis yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merujuk pihak seseorang yang tepat atau berpengaruh pada aktivitas suatu program. Analisis kualitatif ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1 mengidentifikasi individu, kelompok atau lembaga yang berpengaruh pada suatu kegiatan, 2 mengantisipasi sejumlah pengaruh positif atau negatif dari inisiatif suatu program dan 3 membangun suatu strategi untuk mencapai dukungan paling efektif terhadap suatu ide dan 4 mengurangi sejumlah kendala dalam penerapan suatu program. Sejumlah stakeholder yang terlibat dalam kegiatan wisata bahari, masing- masing dipetakan berdasarkan penilaian atas tingkat kepentingan importance dengan pengambil keputusan dari substansi kebijakan yang akan diputuskan, dan tingkat pengaruhnya influence pada proses penyusunan kebijakan. Penilaian ini dilakukan dengan cara pembobotan berdasarkan dua kriteria tersebut, yakni kedekatan kepentingan dan kekuatan atau daya pengaruhnya dalam proses pengambilan keputusan. Tingkat signifikansi mengindikasikan kedekatan