Identifikasi SWOT Pengembangan Wisata Bahari di Pulau Pramuka Kekuatan
3. Sebagai pusat administrasi kabupaten sehingga sarana dan prasarana memadai, seperti dramaga, sekolah dan fasilitas olah raga.
4. Sudah ada upaya promosi, upaya pemasaran dan membangun aliansi dengan pihak swasta travel agent.
5. Tersedia pilihan sarana transportasi menuju daratan Jakarta baik dengan kapal nelayan maupun kapal pesiar yang rutin setiap hari saat cuaca baik.
6. Telah tersedia sarana penunjang kegiatan pariwisata seperti transportasi laut, homestay
, tempat penyewaan alat, pemandu guide, rumah sakit dan telekomunikasi, yang cukup baik.
7. Sudah ada pendampingan dari salah satu LSM yang memberikan pelatihan dan advokasi kepada masyarakat dan tenaga kerja lokal.
8. Sudah dirintis program festival P.Panggang, baik budaya maupun bahari. 9. Merupakan salah satu lokasi lomba menyelam yang dekat dengan Jakarta,
baik tingkat provinsi maupun nasional. 10. Sudah mengembangkan unit usaha makanan khas daerah kripik sukun dan
manisan ciremai. 11. Tersedia beberapa unit usaha penyewaan alat diving dan snorkling yang
lengkap dengan jasa pemandu guide milik investor lokal dan luar. 12. Keberadaan Balai TNLKS yang memiliki wilayah kerja di wilayah Utara turut
mendukung kegiatan pariwisata serta memudahkan dalam koordinasi dan pertukaran informasi.
13. Terdapat Rumah Sakit Umum Daerah RSUD yang lokasinya strategis dan memiliki fasilitas chamber untuk para penyelam.
Kelemahan
1. Pemda melalui sudin pariwisata belum memiliki program yang jelas untuk mengembangkan pulau ini menjadi destinasi wisata bahari. Pulau ini hanya
diperuntukkan sebagai ibukota kabupaten. 2. Belum ada aturan zonasi yang jelas antara kawasan wisata dan kawasan non
wisata, hal ini penting untuk menjaga kualitas lingkungan dan kenyamanan wisatawan.
3. Kondisi sarana penerangan yang tidak stabil dimana listrik harus bergilir membuat wisatawan tidak nyaman.
4. Budaya lokal seperti marawis dan pencak silat belum dikemas menjadi objek wisata yang atraktif.
5. Keadaan alam atau cuaca yang tidak menentu. Hal ini sangat bepengaruh terhadap kelancaran transportasi air dan menjadi ancaman bagi perkembangan
pariwisata di P. Untung Jawa pada musim-musim tertentu. 6. Keberadaan hutan mangrove belum dikembangkan secara maksimal sebagai
tujuan wisata. 7. Belum memiliki mekanisme pengelolaan wisata yang baik di antara
masyarakat, yang diakibatkan oleh tingginya rasa kecurigaan di antara masyarakat. Sehingga belum tersedia suatu mekanisme pembayaran tiket yang
dirasakan penting sebagai salah satu upaya untuk pendanaan objek wisata serta pengkontrolan jumlah pengunjung.
8. Sampah baik kiriman dari Jakarta maupun sekitar pulau belum mendapat upaya lebih lanjut.
9. Ketergantungan dalam kebutuhan bahan baku pangan dari daratan Jakarta.
Peluang
1. Skenario Rencana Strategis Kabupaten Tahun 2008-2013, yaitu menjadikan kepulauan Seribu sebagai destinasi wisata bahari yang berskala nasional dan
internasional. 2. Tren jumlah kunjungan yang semakin meningkat. Wisatawan awalnya
merupakan wisatawan resort namun saat ini mulai jenuh dengan atraksi di resort
dan merasa harga per kunjungan di resort sudah terlalu tinggi. 3. Sebagai salah satu tujuan klub-klub penyelam untuk melakukan latihan
sebelum mereka melakukan penyelaman di luar Jakarta. 4. Rencana pembuatan jalan lingkar pulau sebagai salah satu upaya untuk
menarik wisatawan. 5. Sudah ada investor dari luar pulau Jakarta yang menanamkan modalnya di
pulau, berupa pembangunan homestay skala besar dan rencana beberapa investor untuk membuka usaha outbond masih dalam penjajagan.
Ancaman
1. Aksi pencurian karang atau memancing dengan strum yang dilakukan para wisatawan yang tidak bertanggung jawab dapat membahayakan ekosistem
terumbu karang. 2. Keberadaan pengumpul ikan hias di P.Panggang harus mendapat pengawasan
khusus jika tidak maka keberadaannya dapat mengancam keberadaan ekosistem terumbu karang.
3. Rencana penghapusan subsidi Bahan Bakar Minyak BBM berdampak pada peningkatan harga tiket kapal Sepa dari Marina Ancol ke P. Pramuka menjadi
dua kali lipat dari Rp 100 000 menjadi Rp 190 000 untuk satu kali perjalanan hal ini akan berdampak pada pengurangan minat wisatawan untuk berekreasi.