Analisis Kebijakan Pengelolaan Wisata

bahari di Kepulauan Seribu, masyarakat dipandang dapat terlibat dan menunjang kegiatan ini. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini diharapkan akan mampu memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat lokal secara memadai, di samping pendapatan dari sektor pembangunan lainnya. Pengembangan pariwisata idealnya akan menciptakan berbagai jenis lapangan pekerjaan bagi masyarakat pulau in situ maupun masyarakat di luar pulau. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pelibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat setempat secara aktif didalamnya, sebab masyarakat lokal merupakan pemilik lokasi wisata tersebut dan umumnya kehidupannya masih tergantung dari potensi sumberdaya alam yang ada di sekitar pulau natural endowment, di samping tingkat kehidupan sosial ekonominya masih sederhana sehingga perlu ditingkatkan. Guna meningkatkan dampak ekonomi, harus diupayakan sedemikian rupa agar terjadi peningkatan jumlah aliran uang yang berasal dari pengeluaran wisatawan. Oleh karena itu potensi, produk dan jasa yang ditawarkan terkait wisata alam harus terus ditingkatkan. Suatu potensi wisata alam, budaya dan buatan akan menjadi produk wisata setelah objek wisata dilengkapi dengan unsur aksesibilitas, amenitas dan hospitality yang menyatu dengan objek wisata. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sifat seasonal kegiatan wisata bahari, dimana terdapat kecenderungan jumlah kunjungan yang tinggi pada waktu-waktu tertentu, hal ini akan berdampak pada kondisi lingkungan sumberdaya alam dan juga pendapatan masyarakat. Antisipasi terhadap kedua dampak tersebut menjadi sangat penting guna memelihara keberlanjutan kualitas lingkungan sumberdaya alam yang merupakan modal kegiatan wisata serta guna menjamin keberlanjutan dampak ekonomi di masyarakat lokal. Apabila hal ini terus berlangsung dalam kecenderungan pariwisata bahari yang makin cenderung menuju wisata massal, maka dampak negatif ini semakin tidak dapat dihindarkan. Pengembangan wisata pada suatu kawasan sering tanpa perencanaan yang matang. Akibatnya degradasi lingkungan dan perubahan sosial ekonomi budaya masyarakat lokal, tidak pernah secara metodologis dipertimbangkan, terlebih menjadi bagian yang menyatu dengan upaya pengelolaan kepariwisataan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6, bahwa pariwisata dan modal memberikan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan, sebaliknya kualitas lingkungan yang baik akan berpengaruh positif terhadap laju kegiatan wisata. Dieckmann 2002 dalam Fauzi 2005 juga menyatakan bahwa keberlanjutan suatu kegiatan wisata akan sangat tergantung pada tiga komponen, yaitu kondisi lingkungan Environment, E, investasi yang ditanamkan Capital, C dan kegiatan wisata Tourism, T. Sumber: Dieckmann 2002 dalam Fauzi 2005. Gambar 6. Interaksi Antar Komponen di Sektor Jasa untuk Pulau-Pulau Kecil T E C + + + - - : tidak termasuk objek penelitian. Gambar 7. Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi wisata alam yang menjanjikan bagi pengembangan ekonomi suatu wilayah jika tidak dikelola dengan baik maka pelaksanaannya dapat mengancam kelestarian ekosistem dan pada akhirnya akan mengancam keberlanjutan ekonomi di wilayah tersebut. Kebijakan pengelolaan wisata terkait dampak lingkungan dan Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal Stakeholder Analysis Persepsi dan preferensi stakeholder 1. Belum dilakukan analisis ekonomi komprehensif economic impact asessment dan kuantifikasi economic value sumberdaya alam 2. Belum tersedia kebijakan pengelolaan Jasa lingkungan Aktivitas ekonomi berbasis pemanfaatan jasa lingkungan Dampak Lingkungan Sosial Ekonomi Kebijakan pengelolaan wisata alam Valuasi ekonomi Non priced recreation Sulit mengkuantifikasi manfaat sumberdaya Undervalue benefit Langsung Induced Tak-langsung Penilaian dampak ekonomi dampak ekonomi yang tercipta, tidak hanya memerlukan perencanaan dan perancangan, tetapi juga memerlukan cara pandang dan langkah-langkah strategis. Cara pandang ini harus mampu mengantisipasi perkembangan wisata bahari dalam perjalanan ruang dan waktu. Berbagai program partisipasi dan bantuan pembangunan terkait wisata bahari telah dikembangkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, namun hal tersebut tidak dapat berjalan tanpa peran serta dari pihak lain, seperti lembaga ilmiah, LSM, swasta investor, wisatawan dan masyarakat lokal. Persepsi dan preferensi para stakeholder terhadap kegiatan wisata yang tengah berlangsung, penting untuk diketahui. Hal ini dilakukan terhadap kondisi lokasi, produk dan jasa wisata, fasilitas, infrastruktur, pengelolaan dan dampak lingkungan yang terjadi. Tentunya penilaian yang dihasilkan akan berbeda, karena tergantung pada kepentingan masing-masing. Informasi ini akan menjadi acuan dalam pengelolaan wisata agar upaya-upaya perbaikan prasarana serta peningkatan kualitas pelayanan dapat lebih terarah dan sesuai harapan berbagai stakeholder . Serangkaian informasi mengenai dampak ekonomi yang terjadi di masyarakat lokal, nilai manfaat yang dirasakan wisatawan, fungsi permintaan wisata ke lokasi wisata, persepsi dan preferensi para stakeholder serta informasi pendukung dari stakeholder terkait akan menjadi suatu informasi penting dalam upaya merumuskan suatu kebijakan pengelolaan wisata alam yang komprehensif. Berdasarkan penjelasan kerangka pemikiran di atas maka bagan kerangka pemikiran dari rencana penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 7.

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Kabupaten ini terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara KKSU dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan KKSS dan setiap kecamatan terdiri dari tiga kelurahan. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan yaitu di Kelurahan Panggang di wilayah KKSU dan di Kelurahan Untung Jawa di wilayah KKSS. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa kedua lokasi tersebut merupakan perwakilan wilayah di Kepulauan Seribu yang saat ini tengah giat mengembangkan wisata alam khususnya bahari, namun dengan karakteristik yang berbeda. Kelurahan Panggang di wilayah KKSU menawarkan pantai yang jernih, panorama bawah laut yang kaya akan habitat terumbu karang, hutan mangrove, pengembangbiakan penyu sisik dan lokasinya termasuk dalam kawasan TNLKS yang ditetapkan sebagai pengembangan Kawasan Ekowisata Bahari Eksklusif. Pertimbangan lainnya, kawasan ini memiliki lingkungan sumberdaya laut yang alami, sanitasi air yang jernih, fasilitas wisata yang disediakan oleh masyarakat lokal dan pulau ini merupakan ibukota kabupaten. Kelurahan Untung Jawa di wilayah KKSS menawarkan pantai, cagar alam dan wisata sejarah. Lokasi pulau ini berdekatan dengan Teluk Jakarta wilayah ini sehingga ditetapkan sebagai kawasan pengembangan ekowisata massal dengan target pasarnya adalah para wisatawan kelas menengah ke bawah dan obyek utama yang disajikan berupa Kawasan Desa Wisata Pulau Untung Jawa, yang menawarkan wisata pantai, kuliner dan kegiatan masyarakat nelayan. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama enam bulan. Tahap pertama pengambilan data primer dan sekunder di lokasi penelitian dimulai pada bulan Desember 2007 hingga Maret 2008. Tahap pertama difokuskan kepada tujuan penelitian pertama analisis dampak ekonomi kegiatan wisata bahari terhadap masyarakat lokal serta tujuan penelitian yang kedua penilaian economic value sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata. Tahap pengambilan data yang kedua dilakukan pada bulan April hingga Mei 2008, dengan fokus kepada tujuan penelitian ketiga analisis kebijakan pengelolaan wisata alam berbasis masyarakat lokal dari sudut pandang pelaku-pelaku kegiatan wisata. Pembagian tahapan waktu penelitian ini dikarenakan untuk menjawab tujuan ketiga, terlebih dahulu harus diketahui hasil penelitian dari tujuan pertama dan kedua.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kerat lintang cross section. Data cross section digunakan untuk menggambarkan keadaan objek penelitian mengenai fakta-fakta yang terjadi pada selang waktu tertentu yang dikumpulkan dari berbagai sumber responden. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh responden, yang terdiri dari para stakeholder wisata setempat yang terlibat dalam aktivitas wisata sehari-hari. Selain itu untuk memperoleh informasi yang lebih detail dilakukan wawancara