Wisatawan dan tenaga kerja lokal di P. Pramuka menunjukkan harapan yang berbeda. Wisatawan menginginkan pemenuhan sarana dan prasarana,
sedangkan pemilik unit usaha dan masyarakat menginginkan upaya konservasi yang paling utama, karena mereka yakin kedatangan wisatawan ke lokasi tersebut
disebabkan oleh kondisi alam yang masih baik. Sehingga bila alam semakin rusak maka wisatawan yang datang akan semakin sedikit sehingga akan merugikan.
5 10
15 20
25 30
35 40
P e
r se
n ta
se K
e p
e n
ti n
g a
n
Wisatawan Pemilik Unit
Usaha TK Lokal
Masyarakat
Stakeholder
Konservasi Pelibatan Masyarakat
Sarana Prasarana Transportasi
Gambar 16. Preferensi Stakeholder Pariwisata pada Atribut Wisata di Pulau
Untung Jawa
5 10
15 20
25 30
35
Pe r
se n
ta se
K e
p e
n ti
n g
a n
Wisatawan Pemilik Unit
Usaha TK Lokal
Masyarakat
Stakeholder
Konservasi Pelibatan Masyarakat
Sarana Prasarana Transportasi
Gambar 17. Preferensi Stakeholder Pariwisata pada Atribut Wisata di Pulau
Pramuka
Sedangkan aparat pemerintah yang diwakili oleh beberapa wakil dari instansi Pemda dan lembaga non pemerintah juga memiliki preferensi yang
berbeda. Bagi pemerintah yang terpenting bagi suatu kawasan wisata adalah pemenuhan sarana dan prasarana sedangkan bagi LSM yang terpenting adalah
transportasi. Pihak LSM menganggap transportasi paling penting, karena atribut ini dianggap faktor yang paling utama guna mendatangkan wisatawan. Tabel 20
berikut ini menunjukkan ringkasan preferensi utama dari masing-masing stakeholder
.
Tabel 20. Ringkasan Preferensi Stakeholder terhadap Atribut Wisata Alam
di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Tahun 2008 Stakeholder
Lokasi P. Untung Jawa
P. Pramuka
Wisatawan Konservasi
Sarana Prasarana Pemilik Unit Usaha
Sarana Prasarana Konservasi
Tenaga Kerja Lokal Sarana Prasarana
Sarana Prasarana Masyarakat
Sarana Prasarana Konservasi
Pemerintah Sarana Prasarana
LSM Transportasi
8.3 Pengelolaan Wisata yang Diharapkan
Pemilik dan tenaga kerja lokal memandang dan mengharapkan pengelolaan pariwisata dilakukan oleh masyarakat lokal. Kedua pihak
beranggapan pengelolaan oleh masyarakat akan memberikan peluang lebih besar bagi mereka untuk mencari nafkah dan menikmati dampak positif dari kegiatan
pariwisata tersebut. Prospek wisata yang ada saat ini menurut mereka bagus dan kondisi lingkungan semakin baik dengan adanya kegiatan wisata ditandai dengan
semakin lengkapnya sarana dan prasarana. Selain itu, mereka juga berpandangan tiket diperlukan sebagai salah satu dana untuk membangun sarana dan pengontrol
wisatawan yang masuk ke pulau, besarnya tiket yang memadai adalah Rp 3 000
per orang. Menurut para tenaga kerja lokal, selama ini peran pemerintah telah dirasakan walaupun pemerintah jauh lebih berperan dalam pembangunan di P.
Untung Jawa. Peran yang paling terasa adalah pembangunan sarana infrastruktur. Demikian halnya dengan persepsi wisatawan akan bentuk suatu objek
wisata pada umumnya sama di kedua lokasi. Wisatawan lebih menyukai bentuk wisata yang dikelola oleh masyarakat lokal, dengan alasan biayanya jauh lebih
murah dan masyarakat mendapat manfaat dari keberadaan kegiatan wisata. Penilaian wisatawan terhadap kondisi lingkungan setelah adanya kegiatan wisata,
berbeda di dua lokasi. Wisatawan di P. Untung Jawa menyatakan bahwa kondisi lingkungan semakin baik, hal tersebut ditunjukkan dengan semakin lengkapnya
sarana dan prasarana, taman bermain dan lokasi rumah makan yang tertata lebih rapih. Sementara wisatawan di P. Pramuka memberikan penilaian semakin buruk
terhadap lingkungan, hal tersebut didasari pada kondisi terumbu karang yang semakin banyak yang rusak dan banyaknya sampah di pinggir pantai.
Keberadaan tiket masuk sebesar Rp 3 000 per orang di P. Untung Jawa, tidak dirasakan memberatkan oleh wisatawan. Menurut wisatawan tiket tersebut
dirasa cukup sesuai dan diperlukan untuk melengkapi sarana wisata. Akan tetapi di P. Pramuka yang hingga saat ini belum diterapkan tiket masuk, umumnya 49
persen responden wisatawan keberatan jika harus membayar tiket masuk. Hal ini didasarkan pada belum lengkapnya sarana wisata di lokasi tersebut. Sebagian lain
yang menyatakan bersedia membayar, bahkan menyatakan nilai tiket yang layak adalah Rp 5 000 per orang.
Terkait dengan skenario dana konservasi lingkungan yang telah dijelaskan sebelumnya, wisatawan yang bersedia membayar jumlahnya jauh lebih tinggi di