Dampak Ekonomi Tak Langsung
lokal, penyewaan alat dan homestay. Tidak seperti homestay yang sedikit menyerap TK, usaha rumah makan atau catering ternyata membutuhkan tenaga
kerja yang lebih banyak, yang umumnya dikelola oleh ibu rumahtangga. Sejauh ini, kebutuhan sumberdaya manusia masih dapat dipenuhi oleh
penduduk pulau. Kesempatan bekerja dan berusaha di sektor pariwisata terbuka lebar bagi ibu rumahtangga yang sehari-hari tidak bekerja dan pemuda setempat
yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Ibu rumahtangga, umumnya bekerja paruh waktu pada rumah makan catering serta pengrajin oleh-oleh kripik sukun dan
manisan ciremai. Sementara anak muda bekerja sebagai guide dan Anak Buah Kapal ABK antar pulau.
Tidak seperti sumberdaya manusia yang banyak tersedia, bahan pangan baik untuk kebutuhan usaha maupun konsumsi masyarakat sehari-hari, masih
harus dipenuhi dari luar pulau, mengingat di kedua pulau tersebut tidak terdapat kegiatan pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Hingga saat ini hanya ikan
yang dihasilkan dari sekitar pulau, sedangkan bahan baku pangan lainnya masih harus didatangkan dari luar pulau Jakarta untuk P. Pramuka dan Tangerang untuk
P. Untung Jawa. Tenaga kerja yang bekerja di unit usaha adalah penerima dampak tidak
langsung dari pengeluaran wisatawan, yaitu berupa upah yang diterima dari unit usaha tempat mereka bekerja. Lebih lanjut, jumlah kesempatan bekerja di P.
Untung Jawa lebih banyak dan lebih beragam jenisnya dibandingkan kesempatan bekerja yang tercipta di P. Pramuka. Hal ini disebabkan P. Untung Jawa telah
menjadi tujuan wisata andalan yang telah banyak dikunjungi oleh para wisatawan.
Tabel 11 menunjukkan jumlah unit usaha yang tercipta dan tenaga kerja yang bekerja pada unit usaha terkait wisata bahari.
Tabel 11. Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja pada Unit Usaha Terkait Wisata Bahari di Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka
Tahun 2008
Keterangan Lokasi
P. Untung Jawa P. Pramuka
Jumlah unit usaha unit 218
68 Jumlah Tenaga Kerja orang
389 115
Luas Ha 40.1
16 Jumlah Penduduk orang
1 558 906
Secara umum, tenaga kerja lokal yang turut bekerja di unit usaha yang ada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut, 1 sebelumnya tidak bekerja, 2
pekerjaan yang dimiliki merupakan pekerjaan utama walaupun bersifat musiman bekerja pada akhir pekan dan hari libur, 3 memiliki jam kerja yang relatif
panjang yaitu antara 8-14 jam per hari dan 4 mendapatkan upah mingguan dengan kisaran Rp 50 000 - 100 000 per minggu atau pendapatan rata-rata per
bulan antara Rp 200 000 - Rp 500 000. Walaupun pendapatan yang diperoleh jauh di bawah Upah Minimum
Regional UMR, namun kegiatan wisata di kedua pulau dinilai dapat memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat lokal. Selanjutnya dari sudut pandang sosial
ekonomi, tenaga kerja di kedua pulau memiliki perbedaan karakteristik. Secara umum tenaga kerja di P. Untung Jawa adalah wanita dengan usia 25-45 tahun,
telah menikah dan memiliki tingkat pendidikan hanya Sekolah Dasar SD. Sedangkan umumnya tenaga kerja di P. Pramuka adalah pria dengan kisaran usia
17-35 tahun, telah menikah dan berpendidikan hingga Sekolah Menengah Umum SMU. Adanya perbedaan tingkat pendidikan masyarakat yang lebih baik di P.
Pramuka karena di pulau tersebut telah tersedia SMU, sementara di P. Untung Jawa walaupun lokasinya lebih dekat ke daratan tidak tersedia sekolah setingkat
SMU. Selain pendidikan formal, sebagian tenaga kerja lokal di kedua pulau telah memperoleh pendidikan informal berupa pelatihan-pelatihan yang terkait
peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada wisatawan.
Pemilik unit usaha dan tenaga kerja di P. Untung Jawa umumnya telah mendapat pelatihan dari Sudin Pariwisata, sedangkan bagi pemilik dan tenaga
kerja di P. Pramuka, pelatihan diperoleh dari Sudin Pariwisata, Balai TNLKS dan LSM. Hingga saat ini pelatihan ini terus dilakukan, dengan tujuan untuk terus
meningkatkan keterampilan tenaga kerja agar mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada wisatawan dan pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan jumlah wisatawan. Dampak ekonomi tidak langsung indirect effect dapat dihitung dari
proporsi pengeluaran unit usaha untuk penyediaan sumberdaya tenaga kerja dan bahan baku terhadap penerimaan. Secara umum, pengeluaran terbesar dari unit
usaha di kedua pulau adalah untuk pembelian input bahan baku. Tabel 8 menunjukkan pengeluaran pembelian input di P. Untung Jawa sebesar 34 persen
sedangkan di P. Pramuka sebesar 26.2 persen. Proporsi pembelian input yang lebih tinggi di P. Untung Jawa disebabkan sebagian besar unit usaha di P. Untung
Jawa adalah rumah makan catering sedangkan di P. Pramuka sebagian besar unit usaha adalah penyewaan alat dan homestay yang tidak banyak membutuhkan
input.
Dampak ekonomi tidak langsung indirect effect juga dapat dilihat dari proporsi upah tenaga kerja terhadap penerimaan unit usaha. Tabel 9 menunjukkan
direct spending wisatawan yang sampai ke tenaga kerja lokal hanya sekitar 9.4
persen di P. Untung Jawa dan 5.3 persen di P. Pramuka. Persentase yang lebih tinggi di P. Untung Jawa dikarenakan di pulau tersebut jumlah unit usaha dan
tenaga kerja yang bekerja di wisata jauh lebih tinggi dibandingkan di P. Pramuka. Jika dilihat lebih lanjut proporsi upah tenaga kerja lokal jauh lebih rendah
dibandingkan pendapatan pemilik. Hal ini diakibatkan karena umumnya unit usaha yang ada berskala kecil dan dikelola sendiri oleh pemiliknya tidak
membutuhkan tenaga kerja. Berdasarkan komponen lokal dan non lokal maka direct spending
wisatawan yang benar-benar dirasakan penduduk lokal di dalam pulau hanya sekitar 55 hingga 63 persen, yaitu berupa pendapatan bagi pemilik unit usaha,
upah tenaga kerja lokal dan pengeluaran tranportasi lokal. Selebihnya merupakan biaya penyediaan sumberdaya untuk aktivitas unit usaha yang tidak diterima oleh
masyarakat lokal leakage. Biaya ini terkait dengan pembelian input dan peralatan dari luar pulau Jakarta dan Tangerang, pengembalian kredit dan
pembayaran pajak dan retribusi. Dampak ekonomi tidak langsung yang diperlihatkan pada Tabel 9
menunjukkan bahwa dari keseluruhan aliran uang yang tercipta, manfaat yang dirasakan oleh penduduk lokal yang tidak memiliki akses terhadap modal, sangat
rendah. Berbeda dengan pemilik modal yang mampu memperoleh proporsi sekitar 42-54 persen maka penduduk yang tidak memiliki akses terhadap modal hanya
memperoleh manfaat sekitar 8-13 persen terdiri dari 5-9 persen dalam bentuk upah tenaga kerja lokal dan sekitar 3 persen untuk transportasi lokal.
Data di atas menunjukkan kegiatan wisata alam memberikan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat, namun nilainya masih rendah. Terlihat
pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja lokal sangat rendah. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: 1 sifat kegiatan wisata di kedua pulau yang
hanya ramai di hari-hari tertentu seasonal dan 2 jam kerja yang tidak tentu dimana part time job lebih tinggi dibandingkan full time job, sehingga dampak
ekonomi yang tercipta pun sangat tergantung pada jumlah wisatawan.