Stok Beras TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
tajam di negara Asia Timur yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pada tahun 1980-an, angka proteksi nominal kelihatan meningkat di Indonesia,
Thailand dan Pakistan, sebaliknya angka proteksi nominal di India, Bangladesh dan Philippina mengalami penurunan dalam kurun waktu 1960-1988.
Tabel 12. Angka Proteksi Nominal untuk Beras di Sembilan Negara Asia, Tahun 1960-1988
Negara 1960-1970
1970-1980 1980-1988
Bangladesh 68
51 32
India 19
- 5 - 3
Pakistan 1
-42 -17
IRRI 18
- 42 -13
Basmati - 40
- 38 -27
Indonesia 3
27 Fhilippina
31 - 3
6 Thailand
- 28 - 28
11 Korea Selatan
17 65
243 Taiwan
- 12 6
101 Jepang
70 146
443 Sumber : David dan Huang 1996
Ket: 1960-69 untuk Pakistan; : 1973-75, 1978-80 untuk Pakistan Pal et al. 1993 mengemukakan ada tiga pandangan yang berbeda
terhadap intervensi pemerintah dalam pangan biji-bijian gandum dan beras. Pandangan pertama, dari penganut pasar bebas, yang menyebutkan bahwa
intervensi pemerintah menstabilkan harga menyebabkan inefisiensi skala besar terhadap penggunaan sumberdaya seperti harga pasar terdistorsi sehingga tidak
merefleksikan biaya kesempatan, sebagaimana direfleksikan oleh harga internasional. Pandangan kedua, penganut struktural, yang mengatakan bahwa
bagi negara maju, harga internasional merupakan harga yang terdistorsi karena tidak merefleksikan biaya oportuniti. Pandangan ketiga, pendukung campur
tangan pemerintah, yang mendukung stabilisasi harga domestik.
Chambers dan Quiggin 2003 melakukan analisis stabilisasi harga terhadap perusahaan penghindar resiko dalam kondisi yang stokastik. Kondisi
stokastik yang dimaksud adanya harga-harga dan lingkungan produksi yang stokastik. Studi tersebut mempelajari dampak lingkungan stokastik terhadap
tingkat kesejahteraan perusahaan. Perusahaan penghindar resiko berusaha menyeimbangkan ketidak pastian harga terhadap ketidakpastian produksi untuk
memperoleh pendapatan dengan melakukan self insurance. Newbery dan Stiglitz 1981, Williams dan Wright 1991, Jha dan
Srinivasan 1999 mengemukakan bahwa kegiatan distribusi dapat mempengaruhi fluktuasi harga dan menciptakan ekonomi yang tidak efisien tetapi tujuan
stabilisasi harga tidak tercapai. Sedangkan Mc Gregor, 1998; Timmer, 2000; Dawe, 2001 berpendapat bahwa stabilisasi harga pangan dapat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan. Myers 2006 dalam studinya menguji kembali pendekatan Newbery dan
Stiglitz 1981 tentang standar biaya kesejahteraan fluktuasi harga pangan dengan menggunakan pendekatan kegunaan second-order Taylor, yang mendefinisikan
ukuran equivalent variation dari biaya kesejahteraan fluktuasi harga pangan. Fokus studi Newbery dan Stiglitz 1981 mengukur kesejahteraan terhadap
konsumen dan produsen, sedangkan studi Myers 2006 mengevaluasi dampak kesejahteraan terhadap rumah tangga sebagai produsen dan konsumen pangan.
Timmer 1996 menyebutkan keuntungan stabilisasi harga: 1 menurunkan tingkat resiko yang dihadapi petani sehingga investasi semakin
produktif dan mendorong petani melakukan investasi yang lebih besar melalui inovasi dan teknologi baru yang meningkatkan produktifitas usahatani beras, dan