Penggunaan Benih TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
2.4 Penggunaan Benih
Tabel Lampiran 1 menunjukkan dinamika perkembangan kebijakan perberasan dalam Inpres, dimana pada kolom matriks terdapat hubungan dasar pertimbangan menetapkan kebijakan dengan diktum dalam Inpres. Inpres yang secara eksplisit memuat tentang diktum penggunaan benih padi unggul bersertifikat yaitu Inpres No 3 Tahun 2007. Tujuan penggunaan benih unggul bersertifikat yaitu untuk mencapai tujuan kebijakan perberasan. Sembiring 2008 mengidentifikasi beberapa faktor kegagalan dari sisi pembuat kebijakan pemerintah pusat sehingga kebijakan pengadaan benih tidak mencapai target yang ditentukan. Kegagalan kebijakan bantuan benih di tingkat pembuat kebijakan karena: 1 ada lag waktu antara perubahan mekanisme kebijakan pengadaan benih dari sistim tender menjadi penunjukan langsung, dengan keluarnya Surat Edaran Bersama SEB, 2 pedoman umum tentang kebijakan pengadaan benih belum tersedia, 3 pengadaan benih padi lamban karena terkendala perubahan prosedur pengadaan, dari semula tender menjadi penunjukan langsung, 3 komitmen pemerintah melaksanakan kebijakan pengadaan benih lemah, 4 kerjasama pemerintah pusat dengan pemerintah daerah lemah, dan 5 kebijakan pengadaan benih kurang memperhatikan ”informasifakta”di lapangan, misalnya iklim dan infrastuktur. Pada kenyataannya pemda kurang meresponi kebijakan pengadaan benih. Bantuan benih yang dijanjikan pemerintah pusat belum didistribusikan ke sejumlah petani di kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Beberapa daerah sentra produksi di Jawa Barat seperti Kerawang, Cirebon, Sukabumi dan Cianjur. Sentra produksi beras di propinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan Bali, pengadaan benih kurang terealisasi. Faktor-faktor yang menyebabkan respon pemda terhadap kebijakan pengadaan benih kurang berhasil karena: 1 bupati atau walikota terkendala Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, yang menyebutkan proyek yang nilainya lebih dari Rp 50 juta harus melalui tender, 2 pemahaman aparat pemerintahan antara pemerintah pusat dan daerah terhadap peraturan berbeda, 3 para bupati atau walikota takut kebijakan pengadaan benih melalui penunjukan langsung terkait dengan persoalan hukum, 4 proses administrasi persetujuan penggunaan anggaran untuk pengadaan benih belum selesai, dan 5 pemda kurang percaya terhadap keputusan di tingkat pemerintah pusat.2.5 Penggunaan Pupuk
Parts
» Analisis ekonomi terhadap instruksi presiden tentang kebijakan perberasan nasional tahun 2005-2008
» Permasalahan Penelitian PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
» Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
» Luas Panen Padi TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Konversi Lahan TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Penggunaan Benih TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Penggunaan Pupuk TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Produktifitas Padi TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Produksi Padi dan Produksi Beras
» Pasca Panen TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Harga Gabah TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Impor Beras TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Stabilisasi Harga TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Ketahanan Pangan TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Simulasi Kebijakan Sastrohoetomo 1984 melakukan lima skenario simulasi kebijakan, yaitu:
» Kerangka Berpikir Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori
» Hipotesis KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori
» Lokasi Penelitian METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data
» Spesifikasi Model METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data
» Jumlah Impor Beras 6 Persediaan Beras Masyarakat
» Jumlah Pengadaan Beras oleh Bulog
» Persediaan Beras Bulog Persediaan Beras Domestik
» Persediaan Akhir Beras Bulog
» Penerimaan Petani Kadar Air Gabah Kering Panen
» Harga Beras Pengecer 22 Nilai Tukar Petani Padi
» Uji F Metode Pendugaan Model
» Koefisien Determinan Uji Parsial
» Uji Multikolineriti Metode Pendugaan Model
» Autokorelasi Metode Pendugaan Model
» Validasi Model METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data
» Simulasi Model Simulasi kebijakan
» Implementasi Kebijakan Bantuan Benih
» Kebijakan Pupuk Bersubsidi Surplus Konsumen dan Produsen
» Kebijakan Rehabilitasi Lahan Irigasi
» Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah di Petani
» Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah di Pedagang Padi
» Kebijakan Konversi Lahan Sawah
» Perspektif Kebijakan Perberasan Ke Depan Pada Tingkat Petani
» Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah
» Kebijakan Impor Beras Implementasi Kebijakan Perberasan Tingkat Nasional .1 Kebijakan Perbenihan
» Produksi Padi Produksi Beras
» Surplus Beras Penyaluran Beras Bulog
» Persediaan Akhir Beras Bulog Penyaluran Beras Pemerintah
» Persediaan Akhir Beras Pemrintah Penyaluran Beras Raskin
» Kadar Air Gabah Kering Panen
» Harga Beras Tingkat Pengecer
» Harga Beras Pembelian Pemerintah dari Bulog
» Validasi Model DAMPAK KEBIJAKAN PERBERASAN TERHADAP TUJUAN KEBIJAKAN DAN KESEJAHTERAAN
» Kebijakan Menaikkan Harga Pembelian Pemerintah terhadap Gabah Kering Panen 10 Persen
» Kebijakan Menaikkan Harga Eceran Tertinggi Pupuk NPK 10 Persen
» Kebijakan Menaikkan Realisasi Penyaluran Pupuk NPK 10 Persen
» Implikasi Kebijakan KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan
» Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
» Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
» Stok Beras TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
» Permintaan Beras TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Metode Analisis Studi Terdahulu
Show more