kepada petani dan konsumen. Dalam perkembangan selanjutnya, melalui Inpres No 3 Tahun 2007, disebutkan bahwa impor beras dilakukan jika ketersediaan
beras dalam negeri tidak mencukupi untuk memenuhi cadangan beras pemerintah, dan atau menjaga stabilitas harga dalam negeri, seperti terlihat pada Lampiran 1.
Harga beras dunia HMBT dalam rupiah diperoleh dengan mengalikan harga beras dunia USton dengan nilai tukar rupiah, kemudian dibagi dengan
seribu sehingga diperoleh harga beras dunia dalam rupiah per kg. Gambar 50 menunjukkan HBRT dan HMBT sama-sama mengalami kenaikan tetapi slope
kenaikan HMBT lebih curam dibandingkan dengan HBRT, dimulai periode Februari-Juli 2008, selanjutnya mengalami penurunan yang tajam pada Oktober
2008. Harga beras di pengecer lebih tinggi dari harga beras dunia, kecuali periode Juli-Oktober 2008. Besarnya perbedaan harga disparitas harga antara HBRT dan
HMBT dimulai dari Maret 2005 sampai September 2008, dimana harga beras di pengecer lebih tinggi dengan harga beras dunia.
Sumber: Perum Bulog, Maret 2005-September 2009 Diolah
Gambar 50. Perkembangan Harga Beras Pengecer dan Harga Impor Beras
Indonesia dikenal sebagai negara importir beras terbesar di dunia, sehingga impor beras Indonesia akan mempengaruhi harga beras dunia. Apabila
konsumen diberikan kesempatan pilihan antara produk beras dalam negeri dengan produk beras impor, dengan asumsi kualitas beras impor dengan domestik sama,
maka pilihan konsumen jatuh kepada beras impor, karena dengan tingkat pendapatan tertentu, konsumen akan memperoleh beras impor lebih besar karena
harga beras dunia lebih rendah dari beras dalam negeri. Harga gabah kering panen yang dikonversi dengan pengalian faktor
konversi sebesar 0.63, diberi notasi KHGKP sedangkan variabel DKHGP adalah disparitas harga KHGKP dengan HMBT. Disparitas harga beras pengecer dengan
HMBT, diberi notasi DHBM. Kurva DHBM dan DKHGP dibawah titik nol berarti harga impor beras lebih tinggi dibandingkan dengan HBRT dan HGKP.
Apabila kurva DHBM dan DKHGP diatas titik nol, berarti HBRT dan KHGKP lebih tinggi dari HMBT Gambar 51.
Pada kondisi kurva DHBM dan DKHGP diatas titik nol, dalam rangka memenuhi cadangan beras pemerintah, maka pemerintah lebih untung melakukan
impor beras dibandingkan dengan membeli gabahberas dalam negeri. Anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk mengimpor beras, seharusnya dapat
dialokasikan untuk membangun irigasi sehingga produksi padi dalam negeri meningkat. Faktor keberpihakan kepada kepentingan petani atau kepentingan
konsumen merupakan pertimbangan pemerintah memilih melakukan impor beras atau membeli beras dalam negeri. Apabila pemerintah bias ke petani, maka
keputusan pemerintah adalah membeli gabahberas yang dihasilkan petani, meskipun harga lebih mahal.
Sumber: Badan Pusat Statistik, Maret 2005-September 2009, diolah
Gambar 51. Perkembangan Disparitas Harga Beras per Bulan dari Bulan Maret 2005-Oktober 2009
5.2.6 Kebijakan Stabilisasi Harga
Kebijakan stabilisasi harga secara eksplisit dimuat pertama sekali melalui Inpres No 2 Tahun 2005 tentang Kebijakan Perberasan, dimana pemerintah
menyediakan dan menyalurkan beras untuk menanggulangi keadaan darurat dan menjaga stablisasi harga beras dalam negeri melalui pengelolaan cadangan beras
pemerintah, seperti terlihat pada Lampiran 1. Disamping menyediakan dan menyalurkan beras, tindakan lainnya yang dilakukan pemerintah untuk melakukan
stabilisasi harga: 1 impor beras, 2 pengadaan beras, 3 penyaluran Cadangan Beras Pemerintah, dan 4 penyaluran beras kepada masyarakat miskin.
Sawit 2007 mengelompokkan musim panen di Indonesia menjadi tiga musim panen yaitu Musim Panen Raya MR pada bulan Februari-Mei, Musim
Panen Gadu MG pada bulan Juni-September dan Musim Paceklik MP, dari bulan Oktober-Januari. Harga gabah pada Musim Panen Raya MR sekitar bulan
Februari- Mei rendah, karena penawaran melebihi permintaan. Pada Musim Panen Raya, Bulog melakukan pembelian gabah petani dengan harga yang
ditetapkan dalam Inpres. Data menunjukkan bahwa sumber utama pengadaan gabahberas Bulog diperoleh pada Musim Panen Raya. Tujuan pengadaan beras
diharapkan mendorong harga gabah petani naik, sehingga petani tidak dirugikan pada MPR.
Harga harga gabah pada Musim Paceklik MP sekitar bulan Oktober- Januari naik karena permintaan melebihi penawaran. Kenaikan harga gabah di
tingkat petani berpengaruh terhadap harga beras di pengecer, sehingga komsumen berada pada pihak yang dirugikan. Kegiatan yang dilakukan oleh Bulog sebagai
pelaksana kebijakan pemerintah dengan melaksanakan Operasi Pasar Murni. Notasi MR5, MG5 dan MP5 pada Gambar 52 yaitu: 1 dua huruf pertama
menunjuk kepada Musim Panen Raya, Masim Gadu dan Musim Paceklik, dan 5 angka lima merujuk kepada tahun 2005. Dengan demikian angka 6, 7, 8 dan 9
merujuk kepada tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009. Data harga-harga pada Gambar 52 merupakan harga setiap musim.
Harga gabah terdiri dari Harga Gabah Kering Panen HGKP dan Harga Gabah Kering Giling HGKG, sedangkan Harga Pembelian Pemerintah HPP
terdiri dari Harga Pembelian Pemerintah terhadap Gabah Kering Panen HPGP, Gabah Kering Giling HPGG dan Harga Pembelian Pemerintah terhadap Beras
HPPB. Informasi yang ditunjukkan Gambar 52, yaitu : 1 slope kurva HGKP dan
HPGP positip, sedangkan HGKP lebih tinggi dari HPGP, baik pada MR, MG dan MP, 2 slope kurva HGKG dan HPGG positip, sedangkan HGKG lebih tinggi
dari HPGG, dan 3 slope kurva HBRT dan HPPB positip, sedangkan HBRT lebih tinggi dari HPPB, baik pada MR, MG dan MP.
Sumber: Perum Bulog dan Badan Pusat Statistik, Maret 2005-September 2009
Gambar 52. Perkembangan Pengadaan dan Penyaluran Beras
Harga Gabah Kering Panen HGKP pada Musim Panen Raya MR lebih rendah dibandingkan dengan HGKP pada Musim Panen Gadu MPG dan MP.
Harga GKP pada MR5 Rp 1 407.55 per kg lebih rendah dari harga GKP MG5 Rp 1 542.45 per kg dan MP5 Rp 1 864.83 per kg. Kondisi yang sama juga terjadi
pada HGKG, dimana HGKG pada MP lebih tinggi dari MG dan MR. Sebagai contoh, HGKG pada MP8 Rp 2 988.52 per kg lebih tinggi dari MG8 Rp 2
887.87 per kg dan MR8 sebesar Rp 2 711.72 per kg. Slope kurva HGKP dan HGKG yang positif mengindikasikan bahwa harga gabah pada MP lebih tinggi
dari MG dan MR, demikian juga pada HBRT. Slope kurva HPGP, HPGG dan HPPB juga positif karena kebijakan pemerintah melalui Inpres tentang Kebijakan
perberasan yang menetapkan kenaikan HPP.