Validasi Model DAMPAK KEBIJAKAN PERBERASAN TERHADAP TUJUAN KEBIJAKAN DAN KESEJAHTERAAN

penerimaan petani mengakibatkan penyaluran beras Raskin turun sebesar 4.503 persen. Penurunan beras Raskin yang disalurkan menyebabkan: 1 harga beras di pengecer turun sebesar 2.693 persen, dan 2 jumlah beras disalurkan oleh Bulog turun sebesar 5.302 persen. Target kebijakan Raskin yaitu rumah tangga miskin. sehingga program Raskin bersifat targeted subsidy. Beras Raskin dijual kepada rumah tangga miskin dengan harga jual dari Rp 1 000 naik menjadi Rp 1 500 per kg lebih rendah dari harga beras di pasar. Oleh karena itu, menurunnya penyaluran beras Raskin sebesar 4.503 berarti jumlah permintaan beras oleh konsumen naik 1.406 persen. Kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP sebesar 10 persen menyebabkan kenaikan harga gabah kering panen sebesar 7.534 persen, sehingga jumlah pengadaan beras oleh Bulog turun 1.128 persen. Penurunan jumlah pengadaan beras oleh Bulog menyebabkan penyaluran beras Raskin turun sebesar 4.503 persen. Penurunan jumlah pengadaan beras Bulog sebesar 1.128 persen menyebabkan persediaan beras Bulog turun 1.618 persen. Meskipun persediaan beras Bulog turun 1.618 persen, persediaan beras domestik tetap naik sebesar 7.232 persen, karena kenaikan persediaan beras masyarakat 11.194 persen jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan persediaan beras Bulog sebesar 1.618 persen. Dengan kata lain, persediaan beras domestik disuplai dari persediaan beras masyarakat. Penurunan harga beras di pengecer menyebabkan : 1 jumlah beras disalurkan oleh Bulog turun 5.302 persen, 2 jumlah beras impor turun 25.532 persen, 3 jumlah permintaan beras naik sebesar 1.406 persen, 4 penyaluran beras pemerintah turun 37.403 persen, dan 5 harga beras pembelian pemerintah dari Bulog turun sebesar 1.170 persen. Penurunan jumlah beras yang disalurkan pemerintah menyebabkan persediaan akhir beras pemerintah naik 0.515 persen, diikuti dengan penurunan harga beras pengecer turun sebesar 2.693 persen. Kebijakan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP sebesar 10 persen menyebabkan indeks diterima petani padi naik sebesar 11.527 persen, diikuti dengan kenaikan nilai tukar petani padi penerimaan petani 11.612 persen. Nilai tukar petani padi naik sebesar 11.612 persen menyebabkan luas areal panen naik 11.616 persen. Kebijakan pemerintah menaikkan HPP GKP sebesar 10 persen menyebabkan harga pupuk NPK turun 2.783 persen diikuti dengan kenaikan produktifitas 0.223 persen. Produksi padi naik karena produktifitas dan luas areal panen naik, masing-masing 0.223 dan 11.616 persen. Disisi lain, penurunan harga pupuk NPK menyebabkan indeks dibayar petani padi menurun sebesar 0.197 persen. Mengingat nilai tukar petani padi merupakan rasio indeks diterima petani padi dengan indeks dibayar petani padi, dimana kenaikan indeks diterima petani sebesar 11.585 persen, sedangkan indeks dibayar petani padi menurun, sehingga nilai tukar petani padi naik sebesar 11.612 persen. Kenaikan harga gabah kering panen menyebabkan kadar air gabah kering panen naik sebesar 0.410 persen, artinya kenaikan harga pembelian pemerintah terhadap gabah kering panen tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar air gabah kering panen. Pemerintah melalui Inpres tentang Kebijakan Perberasan menentukan persyaratan kualitas terhadap gabah kering panen atau gabah kering giling. Meskipun kadar air gabah Kering Panen naik harga gabah kering panen juga naik, karena kadar air gabah kering panen yang dihasilkan oleh petani padi masih sesuai dengan ketentuan dalam Instruksi Presiden tahun 2005-2009. Dampak kebijakan pemerintah dengan meningkatkan harga pembelian pemerintah terhadap GKP menjadi 15 persen S2 menghasilkan tanda yang sama tetapi besaran berbeda dibandingkan dengan kenaikan HPP GKP 10 persen. Dampak kenaikan HPP GKP 15 persen menghasilkan persentase perubahan yang lebih besar dibandingkan dengan dengan kenaikan HPP GKP 10 persen S1.

7.3 Kebijakan Menaikkan Harga Eceran Tertinggi Pupuk NPK 10 Persen

Kebijakan meningkatkan harga HET pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan luas areal turun tetapi penurunannya lebih kecil dari satu persen, yaitu 0.329 persen. Kebijakan ini akan menurunkan produksi padi 0.526 dan produksi beras sebesar 0.526 persen. Penurunan produksi beras akan menurunkan kebutuhan benih dan susut sebesar 0.530 persen. Penurunan produksi beras menyebabkan persediaan beras masyarakat menurun sebesar 0.526 persen. Penurunan persediaan beras masyarakat menyebabkan persediaan beras domestik turun 0.316 persen sehingga surplus beras turun 0.589 persen. Penurunan surplus beras menyebabkan jumlah beras impor naik 1.331 persen. Kenaikan jumlah impor beras menyebabkan persediaan beras Bulog turun sebesar 0.082 persen, diikuti dengan penurunan persediaan akhir beras Bulog sebesar 0.106 persen. Penurunan persediaan akhir beras Bulog menyebabkan kenaikan jumlah beras disalurkan Bulog 0.097 persen. Kebijakan meningkatkan harga HET pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan kenaikan harga gabah kering panen sebesar 0.003 persen, tetapi penerimaan petani turun sebesar 0.139 persen. Penurunan penerimaan petani mengakibatkan penyaluran beras Raskin tidak mengalami perubahan namun jumlah beras disalurkan oleh Bulog naik sebesar 0.097 persen. Meskipun penyaluran beras Raskin tidak berubah, jumlah permintaan beras menurun karena kenaikan harga beras pengecer 0.145 persen. Kebijakan meningkatkan harga eceran tertinggi uppuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan kenaikan harga gabah 0.066 persen, sehingga jumlah pengadaan beras oleh Bulog turun 1.324 persen. Penurunan jumlah pengadaan beras oleh Bulog tidak mempengaruhi penyaluran beras Raskin, karena penyaluran Raskin tidak berubah. Penurunan jumlah pengadaan beras Bulog sebesar 1.324 persen menyebabkan persediaan beras Bulog turun 0.082. Penurunan persediaan beras Bulog turun 0.082 persen menyebabkan persediaan beras domestik tetap turun sebesar 0.316 persen. Kenaikan harga beras di pengecer menyebabkan : 1 jumlah beras disalurkan oleh Bulog naik 0.097 persen, 2 jumlah beras impor naik 1.331 persen, 3 jumlah permintaan beras turun sebesar 0.053 persen, 4 penyaluran beras pemerintah naik 2.008 persen, dan 5 harga beras pembelian pemerintah dari Bulog naik sebesar 0.065 persen. Kenaikan jumlah beras yang disalurkan pemerintah menyebabkan persediaan akhir beras pemerintah turun 0.025 persen, diikuti dengan penurunan harga beras pengecer naik sebesar 0.145 persen. Kebijakan meningkatkan harga pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan indeks dibayar oleh petani padi naik sebesar 0.197 persen, sehingga nilai tukar petani padi penerimaan petani turun 0.054 persen. Nilai tukar petani padi turun sebesar 0.054 persen menyebabkan luas areal panen turun 0.329 persen. Kebijakan pemerintah menaikkan HET pupuk NPK sebesar 10 persen menyebabkan harga pupuk NPK naik dalam persentase lebih besar dari satu persen, yaitu 2.533 persen sehingga indeks dibayar petani padi naik 0.197 persen. Kenaikan indeks dibayar petani yang lebih besar dari indeks diterima petani padi menyebabkan nilai tukar petani turun, sebesar 0.054 persen. Kenaikan harga pupuk NPK menyebabkan produktifitas turun sebesar 0.200 persen, selanjutnya produksi padi juga turun. Dampak kebijakan pemerintah dengan meningkatkan harga eceran tertinggi pupuk NPK menjadi 15 persen S4 menghasilkan tanda yang sama tetapi besaran berbeda dibandingkan dengan kenaikan HET NPK 10 persen. Dampak kenaikan HET NPK 15 persen menghasilkan persentase perubahan yang lebih besar dibandingkan dengan dengan kenaikan HET NPK 10 persen S3.

7.4 Kebijakan Menaikkan Realisasi Penyaluran Pupuk NPK 10 Persen

Kebijakan meningkatkan realisasi penyaluran pupuk NPK sebesar 10 persen akan meningkatkan luas areal sebesar 0.235 persen. Kebijakan ini akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.385 persen, diikuti dengan peningkatan produksi beras 0.383 persen. Peningkatan produksi beras akan meningkatkan kebutuhan benih dan susut sebesar 0.374 persen. Peningkatan produksi beras menyebabkan persediaan beras masyarakat meningkat sebesar 0.384 persen. Peningkatan persediaan beras masyarakat akan meningkatkan persediaan beras domestik 0.234 persen sehingga surplus beras naik 0.435 persen. Kenaikan surplus beras menyebabkan jumlah beras impor turun 0.849 persen. Penurunan jumlah impor beras menyebabkan persediaan beras Bulog naik sebesar 0.070 persen, diikuti dengan kenaikan persediaan akhir beras Bulog sebesar 0.079 persen. Kenaikan persediaan akhir beras Bulog menyebabkan penurunan jumlah beras disalurkan Bulog tetap. Kebijakan meningkatkan realisasi penyaluran pupuk