9. Tahun 2005 : Lalu pada tahun ini masuklah program COREMAP di Raja
Ampat
4.2 Kondisi Demografi 4.2.1 Konteks Kabupaten Raja Ampat
Hingga Tahun 2009, tercatat jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat adalah 41.860 jiwa, sekitar 52 persen dari total penduduk adalah laki-laki dan
sisanya sebesar 48 persen adalah perempuan.
Tabel 5. Persentase Jumlah Penduduk menurut Distrik dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Raja Ampat Tahun 2009
Kecamatan Distrik
Laki-laki Perempuan
Populasi
Misool 5,60
5,78 5,68
Kofiau 6,42
6,58 6,50
Misool Timur 5,08
4,23 4,68
Kep. Sembilan 5.51
5,88 5,69
Waigeo Selatan 6,66
6,60 6,63
Teluk Mayalibit 4,50
4,38 4,44
Waigeo Timur 4,08
4,23 4,15
Meosmansar 5,59
5,30 5,50
Waigeo Barat 2,96
3,11 3,03
Waigeo Barat Kepulauan
6,25 6,07
6,16 Waigeo Utara
5,29 5,56
5,42 Warwabomi
3,52 3,37
3,45 Kepulauan Ayau
6,66 6,81
6,73 Misool Selatan
6,31 6,39
6,35 Misool Barat
2,71 2,68
2,70 Salawati Utara
9,60 9,61
9,60 Selat Sangawin
13,29 13,44
13,36
Jumlahtotal 100
100 100
Sumber : BPS Kabupaten Raja Ampat 2010
Hingga Tahun 2009, tercatat jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat adalah 41.860 jiwa, dengan jumlah penduduk total laki-laki adalah 21.965 orang
dan jumlah penduduk perempuan adalah 19.895 orang. Tabel 5 menunjukkan komposisi penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan dengan
Persentase laki-laki 52,48 persen dari total penduduk dan persentase perempuan adalah 47,52 persen.
4.2.2 Konteks Kampung
Berdasarkan data Monografi Kampung Saporkren 2011, jumlah penduduk pada Tahun 2010 adalah sebanyak 374 orang. Jumlah penduduk laki-laki adalah
212 orang dengan persentase 57 persen, sedangkan jumlah penduduk perempuan memiliki persentase 43 persen dengan total 162 orang. Jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 6 .
Tabel 6
. Jumlah dan Persentase Penduduk Saporkren menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Jiwa Persen
Laki-laki 212
57 Perempuan
162 43
Total 374
100
Sumber : Data Monografi Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat 2011
4.3 Kondisi Ekonomi
Pada umumnya, mayoritas masyarakat Raja Ampat dan khususnya Kampung Saporkren bermukim di daerah pesisir. Hal ini mendorong masyarakat
bermata pencaharian sebagai nelayan, dan dianggap sebagai mata pencaharian pokok atau utama yang dapat memberikan hasil lebih banyak untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Bagi masyarakat Kampung Saporkren dan beberapa kampung lainnya, laut adalah segalanya bagi mereka karena dari situlah mereka
bisa hidup sehingga membuat masyarakat menggantungkan hidup secara penuh terhadap hasil-hasil laut, namun, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat
untuk bekerja di ladang ataupun kebun. Jika masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai nelayan menghadapi cuaca yang buruk atau yang dikenal dengan istilah mereka “angin selatan”, maka para nelayan akan berganti profesi
untuk berkebun demi menjamin kehidupan selama cuaca yang buruk terjadi. Masyarakat Kampung Saporkren rata-rata bekerja sebagai nelayan, mulai
dari anak-anak kecil hingga dewasa telah dianggap sebagai nelayan, sedangkan sebagian masyarakat bekerja sebagai petani di ladang, sebagaimana diungkapkan
oleh salah satu tokoh adat di kampung ini, PD 65 tahun bahwa :
“…disini itu semua nelayan, dari anak kecil sampe orang besar juga itu sama-sama kerjanya tangkap ikan, itu karena kami memang anak-anak
laut jadi, kalo berkebun itu hanya sampingan kalau angin kencang di laut.
”
Berdasarkan data Tahun 2010, terdapat 56 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan dan sebanyak 41 kepala keluarga bekerja sebagai petani di
ladang.
Gambar 5 . Jenis Mata Pencaharian Penduduk Saporkren
Pada umumnya nelayan di Raja Ampat, dan khususnya di Saporkren masih menggunakan alat yang tradisional ketika menangkap ikan ataupun hasil laut
lainnya. Peralatan yang tradisional dan sangat sederhana itu hanyalah seutas tali nelon dan pancing. Alat-alat itu pun bermacam-macam bentuknya dan berbeda
dalam penggunaannya sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap oleh mereka. Para nelayan melakukan aktivitasnya pada pagi hari hingga menjelang sore hari,
setelah itu akan dilanjutkan dengan melakukan penjualan di pusat pemerintahan yaitu daerah Waisai. Selain menangkap ikan disiang hari, adapula nelayan yang
58 42
Mata Pencaharian
Nelayan Petani
mencari ikan pada malam hari dengan menggunakan alat tradisional yang disebut kalawai
3
ataupun memakai sistem akar bore
4
.
4.4 Kondisi Sosial 4.4.1 Tingkat Pendidikan