Sikap Masyarakat Terhadap Penetapan DPL

kelancaran pelaksanaan seluruh kegiatan. 7. MDMK Motivator desamotivator kampung - Memandu masyarakat dalam melaksanakan tahapan pengelolaan DPL-BM di kampung - Menjadi penanggung jawab di tingkat kampung dan akan memberikan laporan kepada SETO terkait pengelolaan DPL 8. Masyarakat Menentukan lokasi DPL, luas DPL, membuat Perkam, dan mengelola serta menjaga DPL berdasarkan Perkam Tabel 13 menunjukkan peran dari semua pihak yang terlibat dalam proses pengelolaan Daerah Perlindungan Laut di Kampung Saporkren. Aktor-aktor yang terlibat meliputi Pemerintah Daerah Bupati dan DKP, PMU Coremap II, Pemerintah Kampung Saporkren, LPSTK, Pokmaswas, SETO, MK, dan Masyarakat.

6.2 Sikap Masyarakat Terhadap Penetapan DPL

Respons masyarakat lokal terhadap penetapan Daerah Perlindungan Laut Yenmangkwan dapat diukur dengan sikap mereka. Variabel dari sikap masyarakat dilihat dari beberapa variabel, yaitu pengetahuan dan afeksi masyarakat terhadap DPL. Pengetahuan masyarakat terhadap Daerah Perlindungan Laut dapat dijadikan salah satu bagian dari pengukuran respons nelayan sejak adanya DPL. Asumsinya adalah jika masyarakat mampu menjelaskan dan memahami akan keberadaan DPL dan beragam pengetahuan yang mendukung akan pemahaman tehadap masyarakat maka dapat dikatakan respons mereka positif. Selain itu pengukuran respons para nelayan akan adanya DPL dapat diukur dengan afeksi nelayan. Asumsinya jika nelayan menjawab “Ya” dan mampu memberi alasan terhadap jawaban tersebut dari beberapa pertanyaan yang diajukan, maka nelayan merasa perlu dan penting akan adanya daerah perlindungan hasil laut. Berdasarkan hasil analisis, dari delapan pertanyaan yang diajukan, diperoleh hasil bahwa sebanyak 29 orang menjawab “Ya” artinya responden memiliki sikap positif terhadap pembentukan Daerah Perlindungan Laut DPL. Skor dari jawaban setiap responden berada di atas rataan skor, artinya respons responden positif. Responden lainnya, sebanyak 10 responden dianggap memiliki sikap negatif terhadap pembentukan Daerah Perlindungan Laut dengan menjawab “Tidak”. Ketika masyarakat secara keseluruhan mampu menjawab “Ya” menunjukkan bahwa mereka telah memahami esensi dari pembentukan DPL. Secara tidak langsung responden yang memiliki respons positif menyetujui pembentukan DPL, hal ini tergambarkan dengan pemahaman mereka akan tujuan, larangan, aturan, dan sanksi yang berlaku di Daerah Perlindungan Laut. Bagi responden yang menjawab “Tidak” dianggap memiliki respons yang negatif terhadap pembentukan DPL, dengan perolehan skor masing-masing individu di bawah skor rata-rata. Responden ini belum mau menerima adanya DPL yang menyebabkan wilayah tangkap mereka terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nelayan, dinyatakan oleh FS 59 tahun: “…mereka yang tidak tahu tujuan DPL, maksud pembentukannya apa, dan sebagainya adalah mereka yang masa bodoh dengan DPL dan kegiatan- kegiatan yang mendukung penjagaan DPL.” Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden menurut Respons Responden Terhadap Pembentukan DPL Respon Masyarakat Frekuensi Persen Valid Percent Persentase Total Valid Negatif 10 25.6 25.6 25.6 Positif 29 74.4 74.4 100 Total 39 100 100 Rendahnya pemahaman nelayan akan keberadaan DPL dapat dipengaruhi oleh rendahnya minat keikutsertaan responden sejak awal perencanaan hingga pada pelaksanaan, misalnya nelayan enggan mengikuti rapat-rapat yang mendiskusikan Daerah Perlindungan Laut Yenmangkwan dan pada akhirnya mereka tidak antusias untuk terlibat dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang ekstra untuk membangkitkan minat nelayan lain untuk meresponi kegiatan-kegiatan tersebut.

6.3 Dampak DPL terhadap Seperangkat Hak Bundles of right Nelayan