Kondisi Demografi .1 Konteks Kabupaten Raja Ampat

Hingga Tahun 2009, tercatat jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat adalah 41.860 jiwa, dengan jumlah penduduk total laki-laki adalah 21.965 orang dan jumlah penduduk perempuan adalah 19.895 orang. Tabel 5 menunjukkan komposisi penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan dengan Persentase laki-laki 52,48 persen dari total penduduk dan persentase perempuan adalah 47,52 persen.

4.2.2 Konteks Kampung

Berdasarkan data Monografi Kampung Saporkren 2011, jumlah penduduk pada Tahun 2010 adalah sebanyak 374 orang. Jumlah penduduk laki-laki adalah 212 orang dengan persentase 57 persen, sedangkan jumlah penduduk perempuan memiliki persentase 43 persen dengan total 162 orang. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 6 . Tabel 6 . Jumlah dan Persentase Penduduk Saporkren menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persen Laki-laki 212 57 Perempuan 162 43 Total 374 100 Sumber : Data Monografi Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat 2011

4.3 Kondisi Ekonomi

Pada umumnya, mayoritas masyarakat Raja Ampat dan khususnya Kampung Saporkren bermukim di daerah pesisir. Hal ini mendorong masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan, dan dianggap sebagai mata pencaharian pokok atau utama yang dapat memberikan hasil lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bagi masyarakat Kampung Saporkren dan beberapa kampung lainnya, laut adalah segalanya bagi mereka karena dari situlah mereka bisa hidup sehingga membuat masyarakat menggantungkan hidup secara penuh terhadap hasil-hasil laut, namun, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat untuk bekerja di ladang ataupun kebun. Jika masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan menghadapi cuaca yang buruk atau yang dikenal dengan istilah mereka “angin selatan”, maka para nelayan akan berganti profesi untuk berkebun demi menjamin kehidupan selama cuaca yang buruk terjadi. Masyarakat Kampung Saporkren rata-rata bekerja sebagai nelayan, mulai dari anak-anak kecil hingga dewasa telah dianggap sebagai nelayan, sedangkan sebagian masyarakat bekerja sebagai petani di ladang, sebagaimana diungkapkan oleh salah satu tokoh adat di kampung ini, PD 65 tahun bahwa : “…disini itu semua nelayan, dari anak kecil sampe orang besar juga itu sama-sama kerjanya tangkap ikan, itu karena kami memang anak-anak laut jadi, kalo berkebun itu hanya sampingan kalau angin kencang di laut. ” Berdasarkan data Tahun 2010, terdapat 56 kepala keluarga yang berprofesi sebagai nelayan dan sebanyak 41 kepala keluarga bekerja sebagai petani di ladang. Gambar 5 . Jenis Mata Pencaharian Penduduk Saporkren Pada umumnya nelayan di Raja Ampat, dan khususnya di Saporkren masih menggunakan alat yang tradisional ketika menangkap ikan ataupun hasil laut lainnya. Peralatan yang tradisional dan sangat sederhana itu hanyalah seutas tali nelon dan pancing. Alat-alat itu pun bermacam-macam bentuknya dan berbeda dalam penggunaannya sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap oleh mereka. Para nelayan melakukan aktivitasnya pada pagi hari hingga menjelang sore hari, setelah itu akan dilanjutkan dengan melakukan penjualan di pusat pemerintahan yaitu daerah Waisai. Selain menangkap ikan disiang hari, adapula nelayan yang 58 42 Mata Pencaharian Nelayan Petani