Kondisi Geografis .1 Konteks Kabupaten Raja Ampat

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis 4.1.1 Konteks Kabupaten Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat terletak pada posisi di bawah garis khatulistiwa, antara 0” 14’ s dan 130” 31’ e. Dengan posisi di bawah garis khatulistiwa, suhu udara minimum sekitar 24°C, dan suhu udara maksimum sekitar 32,4°C catatan Badan Meteorologi dan Geofisika stasion DEO Raja Ampat dikutip BPS Raja Ampat 2010. Sedangkan kelembaban udara rata-rata tercatat 85 persen dengan curah hujan tercatat 2458,9 milimeter dan cukup merata sepanjang tahun. Kepulauan ini berada dibagian paling barat pulau induk Papua, Indonesia dan membentang di area seluas kurang lebih 4,6 juta ha. Batas-batas geografis Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut : Sebelah barat : Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara Sebelah utara : Republik Federal Palau, Samudra Pasifik Sebelah timur : Kota Sorong, Kabupaten Sorong Sebelah selatan : Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku Raja Ampat dideklarasikan sebagai Kabupaten baru pada tanggal 3 Mei Tahun 2002 berdasarkan UU No. 26 tentang pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong dan termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru di tanah Papua. Kabupaten Raja Ampat terdiri dari empat pulau besar yaitu Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta, serta 600 pulau-pulau kecil. Selain itu, Kabupaten ini terbagi menjadi 17 distrik dengan total luas wilayah adalah 6.084,50 km persegi 1 . Pusat pemerintahan berada di Waisai, Distrik Waigeo Selatan, sekitar 36 mil dari kota Sorong, dan baru berlangsung efektif pada tanggal 16 September 2005 Pemda Raja Ampat 2009. 1 Data statistik Raja Ampat Tahun 2009 dalam Kabupaten Raja Ampat dalam angka 2009 Tabel 4 dibawah ini menggambarkan luas wilayah Kabupaten Raja Ampat menurut distrik. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kabupaten Raja Ampat menurut Distrik Distrik Luas area km² Persentase Misool 318, 71 5,24 Kofiau 639,97 10,52 Misool Timur 403,14 6,63 Kep. Sembilan 123,95 2,04 Waigeo Selatan 275,87 4,55 Teluk Mayalibit 207,40 3,41 Waigeo Timur 122,19 2,01 Meosmansar 169,70 2,79 Waigeo Barat 1264,58 20,78 Waigeo Barat Kepulauan 711,32 11,69 Waigeo Utara 120,10 1,97 Warwabomi 46,70 0,77 Kepulauan Ayau 256,75 4,22 Misool Selatan 469,11 7,71 Misool Barat 203,11 3,34 Salawati Utara 405,49 6,66 Selat Sangawin 345,41 5,68 Jumlahtotal 6.084,50 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Raja Ampat 2010

4.1.2 Konteks Kampung

Kampung Saporkren merupakan salah satu kampung yang terletak di Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat dengan luas wilayah ± 32 Ha. Bentuk topografi daratan pulau berbukit dengan ketinggian 20m hingga 30m dari permukaan laut sedangkan tekstur pulaunya berpasir. Kampung Saporkren dapat dijangkau dari pusat pemerintahan yaitu Waisai dengan perahu bermotor tempel 15 pk selama satu jam dengan jarak enam mil, dan jika dijangkau menggunakan perahu bermesin katinting 2 dapat ditempuh dalam waktu dua jam. Kondisi kampung ini didominasi oleh sumberdaya laut dan sumberdaya hutan. Sebelah selatan kampung terdapat laut dan sebelah utara terdapat pegunungan yang dijadikan masyarakat sebagai lahan perkebunan. Ekosistem daratan dan lautan keduanya saling mempengaruhi. Saporkren berasal dari baha sa Biak Berser yaitu “sapor” yang artinya tanjung dan “kren” yang artinya miring. Jadi Saporkren memiliki arti tanjung miring. Adapun sejarah terbentuknya kampung dan gambaran berbagai kegiatan yang berlangsung yang dianggap penting oleh masyarakat lokal adalah sebagai berikut: 1. Sebelum Tahun 1940 : Saat itu orang kafir yang berdomisili di pulau Urai dan pemimpin yang terakhir di pulau itu adalah bapak Abraham Mambrasar. Saat itu pulau tersebut masih berada dibawah pemerintah kampung Yembeser. 2. Tahun 1942 : Beberapa pemuda dari pulau Urai berkumpul di pulau Friwen untuk berperang melawan jepang PD II 3. Tahun 1945 : Setelah Perang dunia II berakhir mereka kembali menetap di pulau Urai 4. Tahun 1950-an : Penduduk dari pulau Urai berpindah ke Saporkren dibawah pimpinan Moses Sauyai Kepala Dusun I 5. Tahun 1962 - 1971: Mulai dibangunlah beberapa sarana penting di dusun Saporkren yaitu sarana pendidikan Sekolah Dasar SD dan sarana peribadatan Gereja 6. Tahun 1973 : Diadakan pemilihan kepala dusun kedua yaitu Philipus Mambrasar 7. Tahun 1992 : Pergantian status dari dusun menjadi kampung dengan kepala kampung pertama adalah Melkianus Mambrasar 8. Tahun 2002 : Dilakukan kembali pengangkatan kepala kampung II yaitu Zadrak Mambrasar 2 Perahu Katingting merupakan perahu tradisional berukuran kecil dengan panjang 4-5 m, lebar 4- 5 m, dan berbahan baku kayu. Perahu ini menggunakan mesin berkekuatan kurang dari 15 PK dan mengeluarkan bunyi raungan yang berat. 9. Tahun 2005 : Lalu pada tahun ini masuklah program COREMAP di Raja Ampat 4.2 Kondisi Demografi 4.2.1 Konteks Kabupaten Raja Ampat