Dari 6 anggota cosplay yang menjadi subjek pengamatan konsep diri, memang hanya Tina yang memiliki kepribadian yyang berbeda
dibanding yang lain. Begitupun yang dirasakan oleh pengurus dan anggoa IOC episode UIN. Bahkan Zia menyatakan dalam wawancaranya
kalau ia harus mengingat wajah dan suara Tina, karena kepribadian Tina yang pendiam dan sulit diingat.
Dalam kasus ini, Rosi yang dinilai oleh dirinya sendiri bahwa memiliki pribadi introvert, berubah menjadi pribadi ekstrovert apabila
berada di dalam IOC episode UIN Jakarta. Hal itu terjadi demikian karena konsep diri berkembang sejalan dengan interaksi dan timbal balik
yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Segala hal yang dirasakan dan dialami oleh diri selama perjalanan hidup dapat
mempengaruhi terbentuk, berubah dan berkembangnya konsep diri yang sudah ada.
35
Lingkungan yang seringkali tidak sesuai dengan keinginan dan harapan seseorang akan membuat orang tersebut merasa kecewa bahkan
depresi akibat ketidaksesuaian atas harapan yang dimilikinya dengan kenyataan sesungguhnya. Selain itu, menarik diri dan menjaga jarak
berarti kita telah kehilangan kecerdasan emosional dan kreatifitas dalam menghadapi masalah.
36
Lingkungan komunitas, anggota-anggota dan program-program yang menyenangkan membuat Rosi yang biasanya
kaku dengan teman-teman perkuliahannya merasa lebih bisa mengekspresikan diri di dalamnya.
35
Agus Abdurrahman, Psikologi Sosial, h. 63.
36
Ary Ginanjar Agustian, ESQ Emotional Spiritual Quotient, h. 284.
Kesimpulannya, tingkah laku, sikap dan tindakan yang dilakukan oleh anggota hijab cosplay yang tergabung dalam IOC episode UIN
Jakarta menunjukan tingkah laku yang positif dan terbuka. Lima dari enam anggota selalu menunjukan keaktifannya dalam berbagai
kesempatan yang ada, mulai dari event maupun memberikan respon terhadap topik di grup komunikasi. Lingkungan komunitas yang
menyenangkan membantu anggota hijab cosplay untuk lebih terbuka dengan sesama anggota lainnya dan membentuk konsep diri baru apabila
sedang bersama komunitas tersebut.
d. Konsep Diri Positif Dan Negatif Hijab Cosplayer Anggota IOC
Episode UIN
Konsep diri tidak ada yang sepenuhnya bersifat negatif maupun positif. Hanya saja seiap orang pasti memiliki konsep diri mana yang
lebih dominan dimilikinya. Kesuksesan komunikasi interpersonal dan keefektifannya tergantung pada konsep diri yang dimiliki oleh orang
yang bersangkutan. Berikut ini merupakan tabel yang berisikan pertanyaan mengenai
konsep diri positif yang dimiliki oleh anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta berdasarakan karakteristik yang disebutkan oleh D.E
Hamchek. Berdasarkan pada tabel yang berisikan pertanyaan mengenai
konsep diri positif dan negatif anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta dapat ditarik kesimpulan bahwa anggota hijab cosplay memiliki
konsep diri positif. Karena hanya didapati ada 3 dari 10 pertanyaan yang
dijawab ragu oleh anggota hijab cosplay, yaitu mengenai kesetaraan dengan cosplayer konvensional, perasaan diterima oleh masyarakat luas
dan kepekaan tiap anggota terhadap anggota lainnya pada saat bercosplay. Selebihnya, tiap anggota meyakini akan nilai dan prinsip keislaman
berkaitan dengan busana dan perilaku, bersedia memepertankan diri sebagai hijab cosplayer, tidak merasa berlebihan baik dalam berbusana
maupun bersikap, optimis dapat menyelesaikan persoalan yang datang dari masyarakat mengenai respon negatif yang aditerima saat menjadi
hijab cosplayer, percaya diri dengan masa depan hijab cosplay, tetap menikmati hobi sebagi hijab cosplay dan merasakan kebahagiaan atas
pujian yang diberikan masyarakat terhadap usaha mereka bercosplay dengan menggunakan hijab. Beginilah yang dikatakan Nada saat ditanya
mengenai tekanan yang diberikan oleh kelompok lain. “iya, karena perempuan Muslimah wajib berhijab, dan bercosplay
adalah hobi saya, saya tidak akan berhenti menekuni hobi hanya karena tekanan kelompok lain
”
37
Selain itu hijab cosplayer IOC UIN, juga meyakini bahwa mereka dapat mengatasi persoalan mengenai pro-kontra masyarakat dengan gaya
bercosplay yang terbilang masih minoritas bahkan di kalangan pecinta Jepang tanah air.
“ya tentu, dengan meyakinkan lingkungan sekitar tentang hijab cosplay dan dibantu teman-teman dari komunitas, saya yakin suatu saat
nanti hijab cosplay akan mendapat tempat dihati seluruh masyarakat dan penikmat Jejepangan
”
38
imbuh Nada kembali Keragu-raguan dirasakan oleh Tina bahwa masih ada
ketidaksetaraan yang diberikan oleh para pecinta Jepang dan cosplayer
37
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
38
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
konvensional saat melihat hijab cosplay di sekeliling mereka. Walaupun itu hanya sekedar tatapan tidak suka atau guyonan. Seperti yang
dikatakannya: “kalau dimata orang secara umum dan belum terbiasa dengan
hijab cosplay itu masih banyak komentar negatif, jadi masih agak sedikit terhina. Tapi kalau sama teman-teman di lingkungan hijab cosplay kita
sangat dihargaian dan malah merasa lebih tinggi dari cosplay lain. Yaa tergantung lingkungan sih.
”
39
Sedangkan, Dwi merasa diterima di masyarakat dengan apresiasi yang diberikan saat menjadi hijab cosplay, tetapi dirinya masih belum
merasakan kalau hijab cosplay dianggap penting pada event-event yang ada. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Dwi, sebagai berikut:
“merasa diterima sih iya. Tapi kalau dianggap penting sih biasa aja. Pasti orang-orang lebih mentingin yang mirip banget dengan
karakternya. Ya kalau kita sih karena pakai hijab seperti ini, diterima alhamdulillah. Tapi belum merasa dipentingkan
”
40
Namun, semuanya sepakat bahwa mereka tidak merasa berlebihan dengan hijab cosplay yang digunakan maupun dengan
penampilan mereka, karena hal itu mereka anggap tidak menyalahi aturan dalam Islam maupun dalam cosplay sendiri. selain itu, tidak ada
kecemasan bagi mereka akan nasib dari hijab cosplay kedepannya, karena pada saat ini hijab coplay sudah mulai dikenal oleh masyarakat
luas. Seperti yang tersurat dalam petikan diskusi dengan Mayya berikut: “Berlebihan sih engga ya. Soalnya apa yang kita pakai udah
sesuai aturan dalam islam. Kita bukan memakai pakaian yang terbuka, kita malah pakai yang menutup aurat
.”
41
39
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
40
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
41
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
Nada, Dwi, Oci, Tina, Rifka dan Mayya memiliki sifat terbuka terhadap kritik dan saran membangun yang diberikan kepada meraka saat
bercosplay, selagi saran itu lebih baik. Namun, keenamnya menyatakan apabila saran tersebut ternyata tidak lebih baik. Masing-masing dari
mereka akan menyeleksi, memilih lebih mengikui keyakinan sendiri, kembali kepada peraturan komunitas yang sudah ada, memadukan saran-
saran yang ada atau bahkan tidak memedulikannya. “Dia mengatur pasti ada alasannya kan, karena saat kita bercoplay
kan mereka yang lihat. Mungkin mereka melihatnya engga cocok atau kurang, yaudah kita terima saran. Kalau misal kita engga suka dengan
sarannya, kita buat bagaimana pendapat dia dengan pendapat kita dapat disatukan
” ungkap Mayya di hadapan kelima anggota hijab cosplayer lainnya saat FGD
Sedangkan, sewajarnya manusia mereka akan merasa senang apabila
menerima pujian
atas hasil
jerih payah
mereka mengkonstruksikan
karakter-karakter fiksi
secara nyata
tanpa melepaskan nilai-nilai Islam dengan bercosplay hijab. Merekapun
merespon sewajarnya dan mengucapkan terimakasih apabila ada yang meminta foto bersama. Karena bagi para cosplayer, permintaan berfoto
bersama sama saja apresiasi, energi positif dan bentuk penerimaan terhadap mereka.
Initinya, dari keenam anggoat hijab cosplay yang mengikuti diskusi terarah diatas dihasilkan bahwa anggota hijab cosplay memiliki
konsep diri positif walaupun ada beberapa yang menyatakan keraguan terhadap jawabannya. Namun sebagian besar dari jawaban yang
diberikan oleh keenamnya menunjukan sikap tegas terhadap penolakan akan dominasi kelompok lain. Penerimaan terhadap saran yang