Adab Berpakaian Bagi Wanita Dalam Islam
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak
dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.
39
Seorang perempuan terlihat dan dipandang terhormat, mulia dan cerdas dan diangkat derajatnya. Karena sesungguhnya wanita-
wanita hanya dianjurkan untuk memamerkan perhiasan mereka kepada suami dan keluarganya saja. hal itu bertujan agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
40
b. Sederhana dalam berpakaian dan berhias
39
Departemen Agama Ri, Al-Qur-an dan Terjemahnnya, An-Nuur: 31.
40
Farid L. Ibrahim, Perempuan dan Jilbab, Jakarta: Mitra Aksara Panaitan, 2011, h.24.
Keserasian atau keseimbangan dalam berpakaian dan berhias bagi kaum wanita bertujuan agar menjauhi dari pemicu-
pemicu terjadinya fitnah. Muslimah wajib berpegangan pada perhiasan lahir seperti pewarna tangan, celak mata dan sedikit
wewangian baik di dalam ataupun di luar rumah.
41
Tidak berlebihan dalam berpakaian bagi wanita ialah tidak menarik
peratian bagi lawan jenis dan tidak juga membangkitkan syahwat lawan jenis tabarruj.
42
c. Tidak tipis menerawang sehingga warna kulit masih bisa terlihat.
Dari abdullah bin umar r.a, dia menceritakan , aku pernah mendengar rasulallah saw bersbda:
“Pada akhir umatku nanti akan ada beberapa orang laki- laki yang menaiki pelana, mereka singgah di beberapa pintu
masjid yang wanita-wanita mereka berpakaian tetepi seperti telanjang, diatas kepala mereka terdapat sesuatu seperti punuk
unta yang miring. Laknat mereka, karena mereka semua
terlaknat.” HR. Ibnu Hibban.
43
d. Dikenal oleh masyarakat Islam
Orang Islam dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang dikenal oleh orang islam lainnya, dengan tidak mengenakan
pakaian yang menyimpang dari pakaian masyarakat islam dengan masud menarik perhatian dan menjadi populer. Namun, apabila ada
dorongan atas suatu kepentingan baik yang menjadi keperluan dan tidak bertentangan dengan syariat islam maka mengenakan pakaian
41
Abdul Halim Abu Syuqqoh, “Kebebasan Wanita”, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 333.
42
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 342.
43
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, h. 660.
yang berbeda dengan kebiasaan manusia, tidak dilarang.
44
Seperti yang terdapat dalam hadist berikut:
Abdullah bin Umar berkata, Rasulallah bersabda: “Barangsiapa yang memakai pakaian kemahsyuran di
dunia, maka Allaha akan memakaikan kepdanya pakaian kehinaan pada
hari kiamat,
kemudian dinyalakan
untuknya api
neraka.”
45
HR. Abu Dawud e.
Tidak menyerupai pakaian lelaki bagi wanita dan bagi lelaki tidak menyerupai pakaian wanita
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : R
asulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki- laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-
laki.
46
HR. Bukhari Dan di dalam lafazh yang lain:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang berperilaku layaknya wanita dan wanita yang berperilaku
layaknya laki-laki. Dan berkata keluarkanlah mereka dari rumah- rumah kalian.”
47
Penyerupaan tersebut bisa dalam artian gaya berpakaian,
gaya berbicara dan gaya berjalan. Dan apabila penyerupaan gaya berpakaian tersebut sesuai dengan idola atau orang lain, terdapat
hadist yang juga meriwayatkan bahwa: “Ibnu Hajar bekata : “ Adapun seseorang yang
penyerupaan tersebut merupakan sifat aslinya maka ia hanya diperintahkan agar berupaya meninggalkan sifat tersebut dan
membiasakan untuk meninggalkan kebiasaannya itu secara bertahap, apabila dia tidak melaksanakannya dan terus menerus
bersifat seperti itu maka dia masuk ke dalam celaan, terlebih lagi apabila nampak darinya apa yang menunjukkan akan keridhaan
44
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 372.
45
Shahih sunan abu dawud, kitab al-libas, bab fi labsisi-syuhrah, hadits nomor 3399.
46
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 373.
47
HR. Al-Bukhari 5885 5886 Ahmad 1983 At-Tirmidzi 2783 Abu Daud 4097 Ibnu Majah 1904 dan Ad-Darimi 2649. al bukhari, kitab al-libas, bab al mutasyabbihina bin
Nisa’ wal mutasyabbihati bir Rijal, juz 12, h. 452.
akan sifat tersebut. Hal ini merupakan perkara yang jelas dari lafazh Al-
Mutasyabbihin” Menyerupai dalam hal ini, bahwa pada tiap negeri terdapat
perbedaan dalam tradisi yang dijalaninya, kadang pakaian yang dikenakan oleh wanita sedikit atau bahkan tidak memiliki
perbedaan dengan kaum laki-laki. Tetapi kaum wanitanya tetap berhijab dan menutup tubuh mereka. Penggunaan hijab dan
penutup tubuh inilah yang dapat membedakan mereka dengan kaum lelaki.
48
f. Berbeda dengan pakaian wanita kafir
Abdullah bin umar bin abi al ash berkata, “rasulallah saw
melihat aku mengenakan dua pakaian yang keduanya bercelup kuning. Maka beliau berkata, “seseungguhnya ini termasuk
pakaian orang-orang
kafir, maka
janganlah engkau
memakainya.”
49
HR. Muslim Dalam hadits ini memberikan nabi memberikan peringatan
untuk menjauhi hal yang akan menyamakan umat islam dari kaum kafir, karena persamaan lahir akan memungkinkan untuk
menjadikan orang yang menyerupai orang kafir tersebut melakukan penyimpangan akidah dan merusak akhlak orang tersebut.
50
Hikmah membedakan dengan pakaian wanita-wanita kafir menurut Abdul Halim Abu Syuqqoh ialah agar muslimah menjauhi
segala hal yang memungkinkan terjadinya persamaan lahir yang akan menjadikan seorang muslim menyerap akidah dan akhlak
yang menyimpang dari diri orang yang diserupai olehnya. Dalam
48
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 376.
49
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 378-379.
50
Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Wanita, h. 660.
hal ini berupa keadaan umum muslimah yang bila dilihat menyerupai orang kafir dalam hal berpakaian.
51