Nada, Dwi, Oci, Tina, Rifka dan Mayya memiliki sifat terbuka terhadap kritik dan saran membangun yang diberikan kepada meraka saat
bercosplay, selagi saran itu lebih baik. Namun, keenamnya menyatakan apabila saran tersebut ternyata tidak lebih baik. Masing-masing dari
mereka akan menyeleksi, memilih lebih mengikui keyakinan sendiri, kembali kepada peraturan komunitas yang sudah ada, memadukan saran-
saran yang ada atau bahkan tidak memedulikannya. “Dia mengatur pasti ada alasannya kan, karena saat kita bercoplay
kan mereka yang lihat. Mungkin mereka melihatnya engga cocok atau kurang, yaudah kita terima saran. Kalau misal kita engga suka dengan
sarannya, kita buat bagaimana pendapat dia dengan pendapat kita dapat disatukan
” ungkap Mayya di hadapan kelima anggota hijab cosplayer lainnya saat FGD
Sedangkan, sewajarnya manusia mereka akan merasa senang apabila
menerima pujian
atas hasil
jerih payah
mereka mengkonstruksikan
karakter-karakter fiksi
secara nyata
tanpa melepaskan nilai-nilai Islam dengan bercosplay hijab. Merekapun
merespon sewajarnya dan mengucapkan terimakasih apabila ada yang meminta foto bersama. Karena bagi para cosplayer, permintaan berfoto
bersama sama saja apresiasi, energi positif dan bentuk penerimaan terhadap mereka.
Initinya, dari keenam anggoat hijab cosplay yang mengikuti diskusi terarah diatas dihasilkan bahwa anggota hijab cosplay memiliki
konsep diri positif walaupun ada beberapa yang menyatakan keraguan terhadap jawabannya. Namun sebagian besar dari jawaban yang
diberikan oleh keenamnya menunjukan sikap tegas terhadap penolakan akan dominasi kelompok lain. Penerimaan terhadap saran yang
membangun. Kepercayaan diri atas gaya, perilaku dan sikap yang mereka tunjukan saat bercosplay dan keyakinan bahwa dirinya tidak menyalahi
aturan Islam maupun aturan bercosplay, juga keyakinan dapat memberikan pemahaman dann membuat masyarakat dapat menerima
hijab cosplay.
B. Cara Anggota Islamic Otaku Community IOC Episode UIN Jakarta
Mempertahankan Identitas Keislaman
Identitas agamis berupa keyakinan anggota hijab cosplay IOC episode UIN yang meyakini bahwa diri mereka ialah cosplayer Muslimah
yang tetap memegang prinsip dan aturan dalam Islam. Keyakinan yang dimiliki oleh tiap anggota menghasilkan sikap yang bersifat positif, negatif,
optimis, pesimis, fanatis, toleran, tradisional maupun modern, sikap inilah yang berasal dari konsep diri yang dibangun oleh anggota hijab cosplay IOC
episode UIN Jakarta. Sikap terbentuk dari persepsi mengenai diri tiap anggota baik berupa fisik, psikologis maupun sosila dan berasal dari
penilaian yang diberikan oleh orang lain yanng memiliki ikatan emosional dengan para anggota dalam hal ini sahabat yang mereka miliki, penilaian
yang berasal dari kelompok rujukan, dan peneilaian yang berasal dari diri sendiri. penilaian yang berasal dari diri sendiri berdasarkan pada hasil
tindakan orang yang bersangkutan. Pembahasan mengenai sikap dapat dilihat dalam sub mengenai konsep diri anggota hijab cosplay IOC episode
UIN Jakarta. Hasil dari sikap ialah motif anggota hijab cosplay dalam bertindak
dan berperilaku. Motif yang dimiliki oleh hijab cosplayer untuk berdakwah
melalui hobi menuntun anggota hijab cosplay IOC episode UIN Jakarta tetap mempertahankan identitasnya sebagai seorang Muslimah. Motif
tersebut menghasilkan perilaku yang dijadikan anggota hijab cosplay dalam bertindak, diantaranya perilaku tersebut seperti yang terlihat dalam tahap-
tahap sebelum bercosplay, saat bercospaly dan selesai bercosplay. Anggota cosplay memiliki tahapan sampai dirinya terjun langsung
dalam suatu event, tahapan yaitu: Pertama, sebelum bercosplay anggota Hijab Cosplay IOC episode
UIN Jakarta memilih karakter-karakter yang baik dan sesuai dengan keinginan cosplayer. Karakter anime, manga, game atau original yang akan
dicosplaykan memiliki kriteria-kriteria yang harus diperhatikan oleh cosplayer, seperti yang dikatakan oleh Isma sebagai kapten dari IOC
episode UIN Jakarta berikut: “IOC itu punya karakteristik tersendiri yang ada dalam rules IOC.
Pertama, dia bukan dari anime yang echi kalau kita nyebutnya yang mesum. Dan karakternya juga bukan karakter mesum. Kalau dari kostum
sebenarnya itu tidak jadi masalah, soalnya kita konvert dari yang bukan hijab menjadi berhijab. Jadi kalau dari segi kostum karakter apa aja bisa.
Kalau dari segi sifat dan karakteristik karakternya itu yang biasanya kita permasalahkan. Karena yang namanya bercosplay itukan tidak hanya
membawa kostum aja, tapi harus sesuai dengan karakter juga.
”
42
Langkah senajutnhya yang dilakukan sebelum terjun langsung di lapangan yaitu pembuatan kostum. Pada tahap ini, sebelum pembuatan
kostum, cosplayer akan meminta saran kepada anggota lain untuk memodifikasi kostum yang akan digunakan dan dipadukan dengan hijab.
Seperti penuturan Dwi berikut ini:
42
Wawancara dengan kapten IOC episode UIN Jakarta, Isma. Pada tanggal 6 september 2016.
“di IOC sendiri kan ada rulesnya. Jadi kalau mau cosplay nanya dulu, kalau karakter tersebut boleh atau engga, kalau misalnya engga boleh atau
kurang baik ya lebih baik engga di cosplaykan. Terus ganti, tapi dikasih saran untuk kostumnya untuk dipanjangin dikit kalau udah dapet
persetujuan baru deh ke cosmaker ”
43
Lalu hal tersebut dikuatkan dengan ucapannya yang terekam dalam wawancara berikut:
“sebenernya roknya engga panjang sebetis sambil ngasih liat rok cosplay yang sedang dipakai. Ini tuh sebenernya roknya di atas lutut ya
pendek banget, terus bajunya yang ngepas banget dibuat agak longgarin, terus roknya juga panjangin.
”
44
Seorang perempuan tidak dilarang untuk menjadi cantik dengan busana yang digunakannya, namun di dalam Islam ada batasan bahwa
busana yang dikenakan haruslah tidak merangsang lawan jenis. Dan penggunaan jilbab untuk menutupi kepala kecuali wajah merupakan salah
satu contoh anjuran mengenai busana penutup aurat, bahkan dianjurkan untuk menjulurkannya hingga ke dada agar tidak menampakan lekuk
tubuh.
45
Selain pemilihan karakter yang menutupi aurat, pemilihan kostum dalam bercosplay pun tidak dianjurkan untuk melakukan cross dress, yaitu
anggota wanita hijab cosplay yang menggunakan kostum karakter pria dan sebaliknya. Seperti yang dikatakan Roma yang berperan sebagai wakil ketua
2 IOC episode UIN Jakarta, berikut: “Misalkan kalau dia nge-cosplay yang penting engga boleh
ngebentuk banget. Ketika dia ngebikin kostum ya enggak boleh fit body khusus cewek. Ya maksudnya di hijab itu sendiri ngeconvertnya di share
dulu gitu “gue nanti kayak gini, gimana? Ada perbaikan engga?” misalnya buatnya engga terlalu ketat, terus kalo couple harus sama mahrom. Engga
43
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
44
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
45
Fatimah Mernissi, Wanita di dalam Islam:,terj, Yeziar Redianti Bandung: Pusaka, 1991, h. 118.
boleh kalo tiba-tiba couple aja. Terus misal cross dress, cowok engga boleh kayak cewek, kalo cewek mau jadi cowok, aturannya auratnya harus tetep
ketutup. ”
Sesungguhnya dalam hadits sahih telah terdapat larangan mengenai perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai
perempuan Diriwayat
kan dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma, beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang
menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.
46
HR. Bukhari Namun, sejauh penelitian ini berjalan. Anggota hijab cosplay IOC
belum ada yang melakukan cross dress atau bisa disebut sebagai membalikan karakter.
Lalu sebagai seorang muslimah yang bercosplay Tina, Dwi, Maya, Nada, Rifka dan Oci tidak merasa berlebihan dalam berpakaian atau
berhias.seperti kutipan Mayya berikut: “berlebihan sih engga ya. Soalnya apa yang kita pakai udah sesuai
aturan dalam islam. Kita bukan memakai pakaian yang terbuka, kita malah pakai yang menutup aurat. Jadi say
a rasa itu engga berlebihan sih”
47
Tidak berlebihan dalam berpakaian bagi wanita ialah tidak menarik peratian bagi lawan jenis dan tidak juga membangkitkan syahwat lawan
jenis tabarruj.
48
Karena pada dasarnya kostum yang dipakai oleh cosplayer tidak juga menampilkan lekuk tubuh yang dapat membangkitkan syahwat
dan juga tidak menerawang. Hijaab cosplayer sebisa mungkin memodifikasi kostum mereka dengan berbagai cara, bisa dengan baju manset, celana
panjang, atau rok yang dipanjangkan dan baju yang dibuat lebih besar dari ukuran tubuh.
46
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 373.
47
Hasil FGD pada tanggal 6 September 2016 di UIN Jakarta.
48
Abdul Halim Abu Syuqqoh, Kebebasan Wanita, h. 342.