16 tidak turun terlalu banyak maka perlu pemupukan yang teratur dosis dan
jenis pupuk harus disesuaikan sebab pemberian pupuk yang salah tidak hanya tidak efektif tetapi juga menurunkan produksi.
d. Demikian pula dengan waktu pemupukan yang harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan iklim. Dosis dan waktu pemupukan baiknya
dilakukan pada awal musim dan akhir musim hujan 4. Hama dan Penyakit
Terdapat banyak sekali hama dan penyakit yang dapat menyerang kopi diantaranya :
1. Serangan bubuk buah akan mengakibatkan gugurnya buah muda, menurunkan mutu akibat biji berlubang dan penyusustan berat.
Pemberantasan terhadap hama ini dilakukan dengan pemusnahan sumber infeksi petik bubuk, lelesan dan pemutusan siklus hidup.
2. Bubuk cabang, yang menyerang cabang dan wiwilan yang masih muda dan mengakibatkan cabang kering atau patah. Untuk mengatasi serangan
hama bubuk cabang, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki kondisi
tanaman kopi,
menghambat pertumbuhan
cendawan, memusnahkan cabang-cabang yang terserang.
3. Kulit putih, akibat dari serangan ini mengakibatkan tanaman kopi menjadi kerdil dan buah mudah gugur. Untuk mengatasinya maka dilakukan
pemberantasan semut, membabat tanaman yang disenangi kutu, memusnahkan tanaman pelindung yang terserang dan menyemprot obat-
obatan. 4. Cendawan akar coklat dan akar hitam, tanaman yang terserang daunnya
akan layu kuning dan kering. Untuk menghindari serangan lebih luas maka tanaman yang terserang didongkel dan dimusnahkan, kemudian diisolasi
dengan pembuatan parit.
d. Panen dan Pasca Panen
Kopi berbuah tidak serentak maka panennya juga tidak dapat dilakukan sekali saja. Untuk itu pemetikan haruslah dipilih yang lazim disebut petik merah,
yaitu pemetikan buah yang masak berwarna merah dipetik satu demi satu dari tiap
17 dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan kopi untuk menhasilkan mutu yang tinggi
yaitu : 1. Petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada buah-buah yang terserang bubuk
buah, biasanya dilakukan pada buah kopi yang berwarna kuning sebelum usia delapan bulan.
2. Panen raya yakni pemetikan buah yang sebenarnya, pemetikan sistem petik merah dapat berjalan antara empat sampai lima bulan dengan giliran sepuluh
sampai 14 hari. 3. Rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipili, petik ini dilakukan bila sisa
kopi dipohon masih berkisar 10 persen. Setelah kopi dipetik perlu dilakukan penggilingan dua tahap kemudian
penjemuran kira-kira 36 jam Tjokrowinoto, 2002.
2.3 Penelitian Terdahulu 2.3.1 Penelitian tentang Kopi
Hasil penelitian yang dilakukan Sartika 2007 mengenai analisis pendapatan usahatani dan pemasaran kopi arabika dan robusta adalah penerimaan
rata-rata usahatani kopi Arabika adalah Rp 18.477.000 per tahun dengan RC Rasio 1,94, sedangkan penerimaan kopi Robusta Rp 5.228.500 per tahun dengan
RC Rasio 1,22. Besar margin pemasaran pada kedua saluran pemasaran produk adalah sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko 2006 mengenai nilai tambah dan strategi pemasaran kopi bubuk arabika kelompok tani. Strategi yang dapat
ditetapkan adalah membuka peluang investasi kepada pihak lain, memperluas jaringan pasar, memperbaiki mutu dan tampilan produk olahan kopi,
mengikutsertakan anggota
kelompok tani
dalam program
pemerintah pengembangan usaha dan pelatihan.
2.3.2 Penelitian tentang Strategi
Penelitian yang dilakukan Syahrudin 2008 mengenai strategi pengembangan agroindustri minuman jeruk nipis peras di Kabupaten Kuningan,
Jawa Barat. Strategi yang dapat ditetapkan adalah
:
1 meningkatkan
18 kualitas dan kontiniutas bahan baku, 2 meningkatkan pangsa pasar melalui
promosi, 3 meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, 4 mengembangkan teknologi tepat guna, 5 meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia. Penelitian yang dilakukan Parluhutan 2006 di Kebun Raya Bogor,
mengenai strategi formulasi strategi pengembangan usaha. Strategi yang dapat diperoleh dalam penelitian tersebut adalah mengoptimalkan dan meningkatkan
pemeliharaan peralatan yang ada, melakukan RD dan standarisasi produk, mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Karo-Karo 2006 di Kabupaten Karo, mengenai strategi pengembangan kawasan agropolitan. Menetapkan beberapa
strategi yang dapat diperoleh dalam penelitian tersebut. Strategi tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan disesuaikan dengan kondisi karakteristik dan
peluang yang dimiliki oleh kawasan, pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan agribisnis, meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya pelaku
agribisnis dalam menunjang kegiatan kawasan agropolitan, pengembangan sarana dan prasarana sosial ekonomi guna menunjang kegiatan pertanian.
Penelitian yang dilakukan oleh Tambunan 2005 di PT Bina Usaha Flora Cipanas, Cianjur mengenai strategi pengembangan usaha tanaman hias
menetapkan beberapa prioritas strategi yaitu menjalin kerjasama dengan pelanggan tetap potensial, floris, dinas taman kota, pengelola lapangan golf,
developer real estate untuk meraih wilayah Cipanas-Cianjur, mengoptimalkan dan mengaktifkan kegiatan personal selling, memberikan potongan harga,
menigkatkan pelayanan dan melakukan open house. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya 2004 mengenai strategi bersaing
minuman sari buah sirsak. Berdasarkan analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM maka strategi bersaing
adalah memanfaatkan kemajuan teknologi pengemasan, memperluas jaringan distribusi, menjaga dan meningkatkan kualitas produksi, meningkatkan modal
kerja dalam membiayai promosi, memaksimalkan kapasitas produksi dan meningkatkan diferensiasi produk.
19 Dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang akan dilakukan mengenai Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki
persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Pada umumnya alat analis penelitian sama namun komoditi serta lokasi berbeda, demikian juga alat analis
berbeda namun komoditi sama Tabel 5
Tabel 5.
Metode dan Hasil dari Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
dan Tahun Peneliti Judul
Alat Analisis
1 Rizal Syahrudin 2008 Analis strategi pengembangan
agroindustri minuman jeruk nipis
peras di
Kabupaten Kuningan Jawa Barat
AHP
2 Ika Sartika Saragih
2007 Analisis pendapatan usahatani
dan pemasaran kopi arabika dan kopi robusta Studi kasus di
Desa Tambun Raya Kabupaten Simalungun Sumatera Utara
Analisis Pendapatan,RC
rasio, Efisiensi Margin Pemasaran,
farmer’s share
3 Yodhy Purwoko Jati
2006 Analis nilai tambah dan strategi
pemasaran kopi bubuk arabika kelompok tani Manunggal IV
Kecamatan Jambu Semarang Matriks IFE, EFE,
IE, SWOT, dan QSPM
4 Eli Parluhutan 2006
Formulasi Strategi
pengembangan usaha anggrek spesies di unit Koleksi Anggrek
Kebun Raya Bogor Matriks IFE, EFE,
IE, SWOT, dan QSPM
5 Feryanto W Karo-Karo
Strategi Pengembangan
Kabupaten Karo
sebagai
Kawasan Agropolitan
LQ, SWOT dan QSPM
6 Asril Tambunan 2005 Strategi pengembangan usaha
tanaman hias pada PT Bina Usaha Flora BUF di Cipanas-
Cianjur Matriks IFE, EFE,
IE, SWOT, dan QSPM
7 Dedi Wijaya Okta
2004 Analisis
Formulasi strategi
bersaing minuman sari buah sirsak pada PT Minuman SAP
dalam menghadapi persaingan industri minuman ringan
Analisis Deskriptif, Matriks IFE, EFE,
IE, SWOT, dan QSPM
20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Agribisnis