49
Gambar 8
.
Petani menggunakan Pulping Penggerak
b. Ketersediaan Dana
Keterbatasan modal dalam berusahatani merupakan masalah klasik hampir di semua daerah pertanian, khususnya usahatani kopi. Kondisi inilah yang
menyebabkan para petani tidak mempunyai kemampuan untuk meningkatkan skala produksinya. Dengan modal yang terbatas sangat sulit bagi petani untuk
mengelola usahataninya, apalagi untuk menambah lahan pertaniannya. Petani sangat membutuhkan dana dalam menjalankan usahataninya. Petani sangat
enggan meminjam modal ke bank, karena dibutuhkan prosedur yang rumit dan adanya agunan. Lembaga keuangan yang terdapat di Humbang Hasundutan yaitu
BRI, BPR dan Bank Sumatera Utara serta CU yang masih baru dikembangkan.
c. Lembaga Pembina, Penelitian, dan Pelatihan
Pemerintah daerah melalui dinasnya yaitu Dinas Pertanian yang berhubungan langsung dalam pembinaan melakukan penyuluhan kepada
kelompok tani, namun hal ini tidak dilaksanakan secara berkelanjutan. Lembaga Pembina, penelitian dan pelatihan belum ada di Humbang Hasundutan, padahal
petani sangat membutuhkannya. Petani juga sangat membutuhkan dukungan pemerintah khususnya dalam pembinaan dan pendampingan pemerintah langsung
kepada petani agar dapat mengembangkan produktivitas kopi. Menurut Surat Keputusan Mentan no: 205KptsSR.12042005, kopi
arabika Sigarar Utang dengan produktivitas rata-rata 1500 kgha, untuk populasi 1600 pohonha. Pembuahan terus-menerus mengikuti pola sebaran hujan dengan
biji berukuran besar, agak rentan terhadap serangan hama bubuk buah, agak
50 rentan serangan nematoda Radopholus similis, dan agak tahan tahan terhadap
penyakit karat daun. Untuk memperoleh citarasa baik disarankan ditanam 1000 m dpl, tipe iklim A – C dengan sebaran hujan merata sepanjang tahun. Informasi
seperti ini sangat dibutuhkan oleh petani, karena dari segi budidaya Humbang Hasundutan hanya mampu memproduksi 880kg kopi per ha.
d. Pemasaran Kopi