51 untuk siap seduh yang menjadi oleh-oleh khas Humbang Hasundutan dari
Kecamatan Lintong Nihuta. Industri tersebut tutup karena kekurangan modal dan promosi. Industri pengolahan kopi yang ada di Humbang Hasundutan adalah
pengolahan kopi sampai pengeringan Osas, dan usaha ini dikembangkan oleh investor karena membutuhkan modal yang cukup besar.
g. Kemitraan Usaha
Pada umumnya budidaya kopi dilakukan sendiri oleh petani dengan lahan yang telah diwariskan oleh orangtua turun temurun, diolah sendiri dan hanya
mengandalkan kesuburan tanah. Kemitraan usaha hanya dilakukan oleh pengumpul di Pasar dengan pihak Eksportir Medan. Akibatnya petani hanya bisa
menerima harga yang telah ditentukan oleh pengumpul.
h. Bibit Kopi Bermutu
Lembaga penelitian bibit bermutu belum ada di Humbang Hasundutan, padahal petani sangat membutuhkan lembaga ini untuk dapat mengembangkan
produksi kopi. Petani menggunakan bibit dari hasil produksi kopi mereka. Menurut petani syarat bibit kopi baik adalah induk harus berumur paling sedikit 7
tahun, induk harus sehat, bebas penyakit. Induk harus dari varietas hybrid berbuah banyak, cepat berbuah, bibit harus dari buah cerry yang sudah benar-
benar masakmatangbiji merah. Bantuan penyediaan bibit bermutu ini sangat dibutuhkan oleh petani.
i. Pengendalian Hama Penyakit dan Pemeliharaan
Penyakit kopi yang sering dihadapi adalah pembusukkan buah kopi, setengah dari buah kopi membusuk, sehingga hasil produksi kopi menurun.
Banyak petani yang tidak peduli untuk memberantas hama penyakit ini, petani hanya menunggu alam saja yang akan menghentikannya. Petani APKLO
memberantas dengan hypotan, tetapi karena harganya mahal dan petani yang lain tidak peduli, maka kopi yang dimiliki juga masih terserang hama. Hypotan juga
sulit dibeli, pihak APKLO membeli dari Jember dengan harga Rp 10.000,00 per bungkus sudah termasuk dengan uang kirim. Petani sulit untuk membeli pupuk
dan pemberantas hama penyakit karena tingginya harga beli. Harga pupuk yang paling mahal adalah TSP sebesar Rp 15.000 per kg. Pemupukan dilakukan 2 kali
52 selama setahun. Hal inilah yang mengakibatkan sulitnya perkembangan agribisnis
kopi di Humbang Hasundutan.
6.2 Faktor Eksternal