1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari
seluruh luas lahan yang ada di Indonesia 74,68 persen digunakan untuk pertanian.
1
Produk Domestik Bruto PDB sektor pertanian tahun 2007 sampai dengan 2008 mengalami pertumbuhan sekitar 4,41 persen. Selain itu berdasarkan data
kemiskinan tahun 2005-2008, kesejahteraan penduduk perdesaan dan perkotaan membaik secara berkelanjutan. Berbagai hasil penelitian, menyimpulkan bahwa
yang paling besar kontribusinya dalam penurunan jumlah penduduk miskin adalah pertumbuhan sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian dalam menurunkan
jumlah penduduk miskin mencapai 66 persen, dengan rincian 74 persen di perdesaan dan 55 persen di perkotaan.
2
Sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia, sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun
strategi pembangunan nasional. Sektor pertanian diposisikan sebagai sektor andalan perekonomian nasional. Hal ini sejalan dengan prioritas pembangunan
ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu, dimana salah satunya adalah Revitalisasi Pertanian dan Perdesaan.
3
Salah satu sub sektor yang memiliki basis sumberdaya alam adalah subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor
yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor
perkebunan secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang dimana penyediaan
lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Sampai dengan tahun 2003, jumlah
tenaga kerja yang terserap oleh subsektor perkebunan diperkirakan mencapai
1
Pertanian Humbang Hasundutan dalam hhtp:sumut.bps.go.idhumbangindex2.publikasi. Diakses pada 21 April 2009.
2
Strategi dan Pencapaian Swasembada Pangan di Indonesia dalam www.deptan.go.idwapindex.php.Diakses pada 24 April 2009
3
Loc.cit
2 sekitar 17 juta jiwa. Jumlah lapangan kerja tersebut belum termasuk yang bekerja
pada industri hilir perkebunan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan
kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena penyediaan lapangan kerja oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu
mengurangi arus urbanisasi. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai
kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto. Dari segi nilai absolut
berdasarkan harga yang berlaku, PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2003, atau
meningkat dengan laju sekitar 11,7 persen per tahun. Sejalan dengan pertumbuhan PDB, subsektor perkebunan mempunyai
peran strategis terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997, subsektor perkebunan kembali
menunjukkan peran strategisnya. Pada saat itu, kebanyakan sektor ekonomi mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan dimana ekonomi Indonesia
mengalami krisis dengan laju pertumbuhan –13 persen pada tahun 1998. Dalam situasi tersebut, subsektor perkebunan kembali menunjukkan kontribusinya
dengan laju pertumbuhan antara 4-6 persen per tahun.
4
Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi. Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia. Menurut data statistik
International Coffee Organization ICO, Indonesia merupakan Negara eksportir ke-dua, setelah Brazil Tabel 1.
4
Peran Subsektor Perkebunan Dalam Perekonomian Indonesia dalam http:www.kompas.co.idindex.phpBisnisnews.Diakses pada 29 Mei 2009.
3
Tabel 1 . Volume Eksportir Kopi Negara Terbesar Dunia pada April 2007-Maret
2008
Negara Eksportir Volume Ekspor Kg
Brazil 1.464.625.200
Indonesia 255.885.840
Uganda 170.861.940
India 150.500.040
Papua New 58.124.580
Sumber : Ditjenbun, 2008 diolah
5
Sebagai Negara eksportir kopi ke dua, perkebunan kopi Indonesia dapat meningkatkan devisa ekonomi. Dari segi sosial, perkebunan kopi juga
menyediakan lapangan kerja cukup besar, karena pengusahaanya banyak dilakukan oleh rakyat. Indonesia sebagai eksportir kedua, namun Indonesia juga
mengimpor kopi Tabel 2.
Tabel 2 . Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia pada Tahun 2003-2007
Tahun Ekspor ton
Impor ton
2003 323.520
4.396 2004
344.077 5.690
2005 445.829
3.195 2006
413.500 6.404
2007 321.404
49.994
Sumber : Ditjenbun, 2008 diolah
6
Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa jumlah ekspor kopi Indonesia berfluktuatif, dari tahun 2003 sampai tahun 2006, jumlah ekspor kopi semakin
meningkat, tetapi pada tahun 2007 jumlah ekspor menurun. Sedangkan jumlah impor meningkat drastis pada tahun 2007. Hal ini berarti bahwa produksi kopi
dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga harus mengimpor kopi. Produksi kopi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
5
http:ditjenbun.deptan.go.idcigraphindex.phpviewstatinternasional . Diakses pada 11 Agustus
2009
6
Ibid
4
Tabel 3 . Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2004-2008
Tahun Luas Areal Ha
Total Produksi ton
2004 1.303.943
647.386 2005
1.255.272 640.365
2006 1.308.731
682.158 2007
1.295.911 676.476
2008 1.302.892
682.938
Sumber : Ditjenbun, 2008 diolah
7
Berdasarkan Tabel 3, perkembangan produksi kopi Indonesia berfluktuatif dari tahun 2004 sampai tahun 2005, produksi kopi menurun, namun pada tahun
2006 produksi kopi meningkat drastis. Pada tahun 2007 produksi kopi kembali turun karena rendahnya harga kopi. Harga kopi kembali meningkat pada tahun
2008 sehingga mendorong petani untuk memperluas lahan pertanian. Sebagian besar hal ini disebabkan bahwa teknik budidaya kopi masih tradisional dan
berkerakyatan, harga yang berfluktuatif serta biaya produksi yang tinggi. Menurut Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan,
Sumatera merupakan penyumbang terbesar produksi kopi nasional. Propinsi terbesar dicapai oleh Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan Nangro
Aceh Darussalam. Dilihat dari sumberdaya alam dan tenaga kerja, Sumatera Utara sangat dipertimbangkan dapat memberikan sumbangan terhadap kopi
nasional. Menurut data AEKI Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, kopi di Sumatera
Utara terbukti menjadi salah satu penyumbang devisa. Ekspor kopi Sumatera Utara hingga April 2008 telah mencapai 71,68 juta dolar AS dari volume ekspor
biji dan bubuk kopi sebanyak 21.969 ton. Dari jumlah ini kopi jenis Arabika menjadi penyumbang terbesar yakni 65,07 juta dolar AS dari volume ekspor
sebanyak 19.137 ton.
8
Salah satu kopi yang diusahakan petani adalah kopi jenis Arabika. Kopi jenis Arabika hanya ditanam sebagian kecil petani, sehingga harga kopi di pasar
dunia masih tetap tinggi. Kopi Arabika di Indonesia umumnya ditanam petani di
7
Ibid
8
Internasional doyan kopi arabika Sumut dalam http:kompas.co.idxml2008060820021021
.Diakses pada 29 Mei 2009
5 Toraja Sulawesi Selatan, Bali, Jawa, Sumatera Utara Utara dan Aceh. Petani
penanam kopi Arabika mendapat penghasilan lebih baik karena produksi dunia tidak melimpah seperti kopi Robusta.
Kabupaten Humbang Hasundutan Humbahas merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini dimekarkan
melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003. Kabupaten Humbang Hasundutan mendapat daerah yang kaya potensi hasil warisan kabupaten induk. Komoditas
pertanian terbesar kabupaten ini adalah kopi yang merupakan subsektor perkebunan. Kopi tersebut merupakan komoditi unggulan Kabupaten Humbang
Hasundutan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pada tahun 2007, Kabupaten Humbang Hasundutan memberi kontribusi sebesar 4.896,01 ton
dengan produktivitas 0,88 ton per tahun terhadap kopi Sumatera Utara. Menurut Ketua APKLO Asosiasi Petani Kopi Lintong Organik, kopi
Humbang Hasundutan sudah menembus pasaran dunia sejak tahun 2003. Diantaranya ke Tullys Coffe, Wataru dan Junicof di Jepang, Twin UK di Inggris
dan Greencofee di Belanda. Sesuai data, terakhir kalinya ekspor dilakukan tahun 2008 lalu dengan jumlah 200 ton. Pada Tahun 2008, luas perkebunan kopi di
Humbang Hasundutan sebanyak 11.375 Ha, dengan hasil produksi 7.824 ton per tahunnya dan lahan kopi organik seluas 350 ha. Perkebunan kopi di Kabupaten
Humbang Hasundutan terdiri dari 48,45 persen luas lahan pertanian dan perkebunan.
9
Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia perlu dilakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan yang ada, khususnya di
Kabupaten Humbang Hasundutan. Permasalahan yang harus diatasi mulai dari tahap produksi hingga pemasaran. Pada akhirnya pengembangan kopi di
Kabupaten Humbang Hasundutan mampu meningkatkan pendapatan petani serta membantu program pemerintah dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah
dan Nasional.
9
Pengusaha Kopi Jepang Kunjungi Lintong Ni Huta Humbahas Produksi Kopi 7800 tontahun dalam
http:www.humbanghasundutankab.go.id . Diakses pada 29 Mei 2009.
6
1.2 Perumusan Masalah