Keamanan Berusaha Akses Transportasi Keadaan Sumberdaya Manusia Penggunaan Teknologi Tradisional

47 kopi, yakni seluas 22.707 Ha. Menurut Kepala Dinas Pertanian, Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki ± 44.000 Ha lahan yang belum produktif yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian, perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan darat.

c. Keamanan Berusaha

Masyarakat Humbang Hasundutan merasa nyaman untuk menjalankan usaha budidaya kopi. Hampir tidak pernah terjadi kehilangan akan hasil panen. Petani memiliki lahan kopi sendiri, dan mengusahakan kopi sendiri untuk kebutuhan keluarga, sehingga tidak pernah berpikir untuk mencuri hasil kopi dari lahan kopi masyarakat lainnya.

d. Akses Transportasi

Secara umum, jalur transportasi dalam Kabupaten Humbang Hasundutan dapat digunakan dengan baik. Hal ini dapat mempermudah kegiatan mobilitas penduduk dan hasil produksi kopi. Demikian juga jalur transportasi antar Kabupaten Humbang Hasundutan dengan Kabupaten lainnnya telah memadai dan dapat digunakan dengan baik.

e. Keadaan Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan sampai dengan tahun 2007 mencapai 158.095 jiwa yang tersebar di sepuluh kecamatan. Dari jumlah tersebut hampir 83,2 persen penduduk bekerja sebagai petani dari total angkatan kerja di Kabupaten Humbang Hasundutan. Jumlah penduduk yang produktif sekitar 89.392 jiwa. Penduduk lainnya bekerja sebagai pegawai sekitar 7,3 persen, wiraswasta 8,35 persen dan jumlah penduduk pencari kerja sekitar 1.013 jiwa atau 1,13 persen.

6.1.2 Kelemahan

Faktor kelemahan adalah bagian dari faktor internal. Faktor-faktor yang dianggap sebagai kelemahan akan menjadi kendala dalam upaya pengembangan agribisnis kopi di Humbang Hasundutan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut : 48

a. Penggunaan Teknologi Tradisional

Penggunaan teknologi tepat guna dalam pengembangan agribisnis kopi di Humbang Hasundutan mempunyai peranan yang cukup penting. Akan tetapi hal ini masih menjadi kendala, karena masih rendahnya minat petani untuk menggunakan teknologi dibidang pertanian dalam kegiatan budidaya kopi. Sebagian besar petani masih mempertahankan cara-cara tradisional dalam melakukan usahataninya. Sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal dan kualitas yang dihasilkan relatif masih rendah. Petani menganggap bahwa dalam penggunaan teknologi tersebut membutuhkan dana yang lebih besar dari pada cara-cara bertani yang dilakukan selama ini. Hal ini terlihat dari budidaya petani yang tidak menggunakan mulsa saat penanaman kopi, bibit yang dipilih dari hasil panen sendiri dan disemai di lahan tanpa menggunakan polibag. Disamping itu sebagian besar petani tidak menggunakan pemberantas hama buah, petani berpikir bahwa hama tersebut akan musnah dengan sendirinya. Pengolahan kopi juga membutuhkan inovasi teknologi yang dapat mempermudah proses pengolahan pasca panen. Gambar 7 dan 8. Pasca panen, kopi diolah dengan mesin pulping manual yang hanya berkapasitas 50 literjam kopi dan mesin pulping tersebut dikayuh dengan tangan manual. Inovasi mesin berkapasitas 1 ton-3 tonjam, penggerak motor HONDA 5,5 PK diesel China 16 PK, type 2 double silinder, transmisi pulley dan sabuk karet V, dilengkapi dengan kopling dan pelindung, bahan pengupas kulit : plat tembaga, dilengkapi pipa saluran air. Gambar 7. Petani menggunakan mesin Pulping Manual 49 Gambar 8 . Petani menggunakan Pulping Penggerak

b. Ketersediaan Dana