f. Analisis Feses Macan Tutul Jawa Sebagai data pendukung dilakukan analisis feses.Pakan macan tutul Jawa di
habitatnya dapat diketahui berdasarkan analisis rambut dalam feses. Sampel feses macan tutul Jawa yang dikoleksi diambil di sepanjang jalur pengamatan. Analisis
terhadap rambut dalam feses dapat dilakukan secara makroskopis menggunakan kaca pembesar dengan membandingkan warna, panjang, dan ketebalan rambut
dalam feses dengan rambut satwa mangsa yang ada. Feses yang telah dikoleksi dibersihkan dengan menggunakan saringan untuk mendapatkan rambut yang
terbebas dari kotoran feses. Pemilihan dan pengambilan feses dilakukan dengan memperhitungkan kondisi feses pada saat ditemukan yaitu bentuk feses umur
feses dimana feses dengan bentuk yang sudah rusak dan berumur lama tidak dianalisis..
4.4 Analisis Data
4.4.1 Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan dominansi suatu jenis vegetasi pada suatu komunitas. Dominansi dapat dilihat dari Indeks
Nilai Penting INP yang diperoleh dari penjumlahan nilai kerapatan relatif KR dan frekuensi relatif FR untuk tingkat semai dan pancang serta ditambah nilai
dominansi relatif DR untuk tingkat tiang dan pohon Soerianegara dan Indrawan, 2002. Persamaan yang digunakan adalah :
Kerapatan jenis ke-
i
K
i
= Jumlah individu suatu spesies
Luas seluruh petak
Kerapatan Relatif KR =
Kerapatan suatu spesies x 100 Kerapatan seluruh jenis
Dominansi jenis ke-
i
D
i
= Luas bidang dasar suatu spesies
Luas seluruh petak
Dominansi Relatif DR =
Dominansi suatu spesies x 100 Dominansi seluruh jenis
Frekuensi jenis ke-
i
F
i
= Jumlah petak terisi suatu spesies
Jumlah seluruh petak
Frekuensi Relatif FR =
Frekuensi suatu spesies x 100 Frekuensi seluruh jenis
Indeks Nilai Penting INP
= KR + FR +DR
Indeks Nilai Penting =
KR + FR Tumbuhan bawah Luas bidang dasar suatu spesies =
2
. .
4 1
i
d
π Keterangan:
d
i
= diameter spesies ke-i
4.4.2 Ketersediaan Mangsa
Pendugaan kepadatan populasi satwa mangsa berdasarkan metode transek garis dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Poole sebagai berikut
Krebs, 1978 :
∑ ∑
∑
+ =
j j
i i
d L
x x
D .
. 2
1 2
. ˆ
j n
i i
i j
n Sin
r d
∑
=
=
1
.
θ
Keterangan : D
= Kepadatan populasi dugaan individusatuan luas x
i
= Jumlah individu yang dijumpai pada kontak ke-
i
individu L
j
= Panjang transek jalur pengamatan ke-
j
d
j
= Rata–rata lebar kiri atau kanan jalur pengamatan ke-
j
m n
j
= Jumlah kontak pada jalur ke-
j
4.4.3 Analisis Preferensi Habitat Macan Tutul Jawa
Dalam kaitannya dengan ketersediaan daya dukung, satwaliar seringkali memilih tipe habitat yang sesuai bagi kelangsungan hidupnya dari sekian banyak
tipe habitat yang ada. Untuk menentukan habitat preferensial yang disukai bagi macan tutul Jawa di TNUK digunakan metode indeks Neu. Indeks ini merupakan
salah satu indeks yang paling umum digunakan dalam penentuan preferensi.
Untuk menentukan indeks Neu menurut Bibby et al. 1998 dalam Gunawan 2000 disajikan dalam tabel 5. Dikatakan lebih lanjut bahwa jika nilai w 1 maka
habitat tersebut disukai. Nilai w yang didapat dari hasil perhitungan merupakan indeks preferensi,
dimana nilai indeks preferensi dari habitat dibagi dalam dua kriteria, yaitu : a.
w 1 = Disukai
b. w 1
= Tidak disukai Tabel 5. Kriteria yang diukur dalam menentukan Indeks Neu
Tipe Habitat Ketersediaan
Penggunaan Indeks
a N r w b
1 a
1
n
1
r
1
w
1
b
1
2 a
2
n
2
r
2
w
2
b
2
….. ….. ….. ….. ….. ….. K a
k
n
k
r
k
w b
k
Keterangan : a
= Proporsi ketersediaan a
i
Σa n
= Jumlah perjumpaan yang teramati r
= Proporsi jumlah perjumpaan yang teramati n
i
Σn w
= Indeks preferensi r
i
a
i
b = Indeks seleksi yang distandarkan w
i
Σw Penentuan preferensi macan tutul Jawa terhadap tipe habitat diuji
menggunakan chi-square dengan persamaan sebagai berikut
Keterangan : O
i
= Frekuensi hasil pengamatan ke-
i
E
i
= Frekuensi harapan ke-iO
i
. a
i
Hipotesisi yang diujikan adalah : • H
o
: tidak terdapat pemilihan habitat oleh macan tutul Jawa • H
1
: terdapat pemilihan habitat oleh macan tutul Jawa
Kriteria uji yang digunakan adalah : • Jika χ²
hitung
≤ χ²
tabel
, maka tidak terdapat pemilihan habitat • Jika χ²
hitung
χ²
tabel
, maka terdapat pemilihan habitat
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Taman Nasional Ujung Kulon TNUK merupakan salah satu kawasan konservasi yang menjadi habitat bagi macan tutul Jawa. Kawasan ini memiliki
beragam tipe habitat mulai dari hutan dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa air tawar, semak belukar dan padang rumput. Berdasarkan
hasil pencatatan terhadap tanda-tanda jejak yang ditinggalkan macan tutul Jawa, diduga yang menjadi habitat macan tutul Jawa di semenanjung Ujung Kulon
adalah hutan dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove dan padang rumput.
5.1.1 Struktur dan Komposisi Vegetasi
Setiap habitat memiliki karakteristik yang berbeda hal ini berpengaruh terhadap satwaliar yang berada di dalamnya termasuk macan tutul Jawa. Salah
satu karakteristik habitat adalah kondisi struktur dan komposisi dari vegetasi yang menjadi penyusunnya.
Gambar 5 Hutan dataran rendah Cibunar. a. Hutan Dataran Rendah
Hutan dataran rendah merupakan tipe habitat terestrial yang terluas di semenanjung Ujung Kulon dengan luas kurang lebih 60 persen dari luas total
semenanjung Ujung kulon. Dari hasil analisis vegetasi pada plot contoh menggunakan metode jalur berpetak di Cibunar, diperoleh gambaran mengenai
kondisi struktur dan komposisi vegetasinya Tabel 6. Dari hasil analisis vegetasi ini ditemukan sebanyak 36 jenis tumbuhan penyusun vegetasi hutan dataran