Wilayah Jelajah dan Teritori Macan Tutul Jawa

5.2.6 Wilayah Jelajah dan Teritori Macan Tutul Jawa

Dari hasil pengamatan diseluruh lokasi penelitian dijumpai sebanyak 56 tanda keberadaan macan tutul Jawa. Dari total jumlah ini terbagi menjadi 32 tanda keberadaan macan tutul Jawa dijumpai di hutan dataran rendah terdiri atas 4 buah jejak kaki, 25 bekas cakaran ditanah scrape, dan 3 buah kotoran. Pada hutan pantai dijumpai sebanyak 23 tanda keberadaan macan tutul Jawa terdiri atas 6 buah jejak kaki, 16 buah bekas cakaran di tanah, dan satu buah kotoran. Pada hutan mangrove hanya dijumpai satu tanda berupa jejak kaki dengan bentuk yang tidak jelas karena jejak ini sudah cukup lama dan terkikis oleh air pasang. Pada tipe habitat padang rumput tidak dijumpai sama sekali tanda-tanda keberadaan macan tutul Jawa. Dari tanda-tanda keberadaan macan tutul Jawa ini scrape dan kotoran merupakan cara macan tutul untuk menandai teritorinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Eisenberg dan Lockhart 1972 bahwa cara mempertahankan daerah teritori dilakukan dengan pengiriman tanda-tanda berupa suara, cakaran, maupun urine , dan kotoran. Selain scrape dan kotoran, jejak kaki merupakan tanda keberadaan macan tutul Jawa yang menunjukkan bahwa tempat ditemukannya jejak kaki merupakan wilayah jelajah dari macan tutul Jawa. Whitten 1982 menjelaskan bahwa wilayah jelajah didefinisikan sebagai suatu areal yang merupakan “gudang” sumberdaya. Sumberdaya tersebut dimanfaatkan oleh satwa yang menempatinya untuk aktifitas yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda pula. Tempat-tempat dimana ditemukan jejak kaki macan tutul Jawa menunjukkan bahwa lokasi tersebut merupakan tempat yang sering digunakan oleh macan tutul Jawa. Tempat-tempat tersebut dipilih macan tutul Jawa berdasarkan adanya sumberdaya-sumberdaya yang menunjang kehidupannya meliputi makanan, sumber air dan ketersediaan tempat untuk berlindung. Hal ini didukung oleh pernyataan Boghey 1973 bahwa wilayah yang dikunjungi secara tetap karena dapat mensuplai makanan, minum, serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung atau bersembunyi, tempat tidur dan tempat kawin disebut wilayah jelajah home range. Selama penelitian dilakukan, data mengenai tanda keberadaan macan tutul Jawa banyak ditemukan di hutan dataran rendah. Ditemukan 25 cakaran di tanah scrape dengan ukuran berbeda dan tiga kotoran macan tutul Jawa. Banyaknya bekas penandaan teritori ini menunjukkan bahwa hutan dataran rendah di Cibunar merupakan daerah teritori macan tutul Jawa. Dari jejak kaki yang ditemukan dapat diketahui bahwa macan tutul yang ada di habitat hutan dataran rendah Cibunar berjumlah dua individu 8 cm x 9 cm dan 7 cm x 8 cm. Melihat dekatnya jarak antar tempat ditemukannya jejak kaki dari individu satu ukuran 8 cm x 9 cm dengan individu kedua 7 cm x 8 cm diduga bahwa kedua macan tutul Jawa ini berbeda jenis kelamin karena keduanya memiliki wilayah jelajah yang berdekatan dan saling tumpang tindih. Macan tutul jantan dan betina dapat mendiami daerah perburuan yang sama, tetapi hal ini tidak berlaku bagi individu-individu berjenis kelamin sama. Hutan dataran rendah menjadi wilayah jelajah dan teritori macan tutul Jawa karena habitat ini memiliki keragaman jenis dan kelimpahan mangsa yang cukup tinggi serta tersedia sumber air yang mengalir sepanjang tahun, banyaknya tempat-tempat yang dapat digunakan macan tutul Jawa untuk berlindung dan bersembunyi. Hutan pantai pun diperkirakan menjadi wilayah jelajah dan teritori macan tutul Jawa. Banyaknya scrape dan kotoran yang ditemukan disepanjang jalur pengamatan pada habitat ini menunjukkan bahwa macan tutul Jawa menandai daerah ini sebagai wilayah teritori dan wilayah jelajahnya. Ditemukan sebanyak 16 scrape dan sebuah kotoran pada hutan pantai. Jumlah jejak kaki macan tutul Jawa yang ditemukan di hutan pantai sebanyak 6 buah dan diduga berasal dari satu individu dengan ukuran jejak 8 cm x 8,5 cm. Sebagaimana hutan dataran rendah Cibunar, hutan pantai menjadi wilayah jelajah dan teritori macan tutul Jawa karena pada habitat ini terdapat sumberdaya yang menunjang kehidupan macan tutul Jawa meskipun kedua tipe habitat ini memiliki karakteristik yang berbeda Hutan mangrove memiliki lantai hutan yang selalu berlumpur dan basah karena sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hal ini sangat berpengaruh terhadap sulitnya menemukan tanda-tanda keberadaan macan tutul Jawa. Akan tetapi apabila dilihat dari faktor-faktor yang lain seperti kondisi lantai hutan yang selalu basah dan kurang sumber air yang menyebabkan jarangnya satwaliar mendatangi habitat ini juga akan menyebabkan macan tutul Jawa jarang menggunakan habitat hutan mangrove ini. Apabila dilihat dari sumberdaya yang terdapat di hutan mangrove seperti jarangnya ditemukan satwa mangsa, air disekitar habitat hutan mangrove merupakan campuran air sungai yang tawar dengan air laut sehingga rasanya payau dan kurang tersedianya tempat berlindung maka diduga habitat ini tidak dijadikan macan tutul Jawa sebagai wilayah jelajah dan teritori meskipun ditemukan satu buah jejak kaki dengan bentuk yang sudah tidak utuh karena terkena air laut. Jejak kaki ini diperkirakan berasal dari individu yang sama dengan yang ditemukan di hutan pantai. . Pada tipe habitat padang rumput yng sebagian besar tanahnya padat dan ditutupi oleh rerumputan menjadikan jejak atau tanda-tanda keberadaan macan tutul Jawa tidak tertinggal dengan baik. Selain itu, kondisi habitat ini terlalu terbuka sehingga satwa lain dengan mudah akan mengetahui keberadaan macan tutul jawa. Sementara macan tutul Jawa lebih sering menyembunyikan keberadaanya. Dari semua tipe habitat yang diteliti, macan tutul Jawa memilih habitat hutan dataran rendah dan hutan pantai sebagai wilayah jelajah dan teritorinya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penandaan berupa cakaran dan kotoran dikedua tipe habitat tersebut. Pemilihan habitat ini diduga terkait dengan karakteristik dari hutan dataran rendah dan hutan pantai meliputi ketersediaan mangsa, cover dan air.

5.2.7 Preferensi Habitat Macan Tutul Jawa dan Tingkatannya di Setiap Tipe Habitat