V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Taman Nasional Ujung Kulon TNUK merupakan salah satu kawasan konservasi yang menjadi habitat bagi macan tutul Jawa. Kawasan ini memiliki
beragam tipe habitat mulai dari hutan dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove, hutan rawa air tawar, semak belukar dan padang rumput. Berdasarkan
hasil pencatatan terhadap tanda-tanda jejak yang ditinggalkan macan tutul Jawa, diduga yang menjadi habitat macan tutul Jawa di semenanjung Ujung Kulon
adalah hutan dataran rendah, hutan pantai, hutan mangrove dan padang rumput.
5.1.1 Struktur dan Komposisi Vegetasi
Setiap habitat memiliki karakteristik yang berbeda hal ini berpengaruh terhadap satwaliar yang berada di dalamnya termasuk macan tutul Jawa. Salah
satu karakteristik habitat adalah kondisi struktur dan komposisi dari vegetasi yang menjadi penyusunnya.
Gambar 5 Hutan dataran rendah Cibunar. a. Hutan Dataran Rendah
Hutan dataran rendah merupakan tipe habitat terestrial yang terluas di semenanjung Ujung Kulon dengan luas kurang lebih 60 persen dari luas total
semenanjung Ujung kulon. Dari hasil analisis vegetasi pada plot contoh menggunakan metode jalur berpetak di Cibunar, diperoleh gambaran mengenai
kondisi struktur dan komposisi vegetasinya Tabel 6. Dari hasil analisis vegetasi ini ditemukan sebanyak 36 jenis tumbuhan penyusun vegetasi hutan dataran
rendah. Pada tingkat pertumbuhan semai terdapat 14 jenis, jenis yang mendominasi adalah Ki laja Oxymitra cunneiformis dengan nilai INP 37,08.
Sedangkan yang memiliki INP terkecil terdapat 4 jenis yaitu Rangdu Ceiba pentandra
, Ki poleng Tarrietia sumatrana , Ki sampang Evodia latifolia dan Lame Alstonia scholaris dengan nilai INP sebesar 4,79.
Tabel 6 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting INP tingkat semai di hutan dataran rendah
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR INP
1 Cerlang Pterorpermum diversivolium 8 7,55
11,54 19,09
2 Ki laja
Oxymitra cunneiformis 23 21,7
15,38 37,08
3 Ki besi
Diospyros spp 2 1,89
7,69 9,58
4 Rangdu Ceiba pentandra
1 0,94 3,85
4,79 5 Ipis
kulit Decasperum fruticosum
5 4,72 7,69
12,41 6 Ki
poleng Tarrietia sumatrana
1 0,94 3,85
4,79 7 Salam
Syzigium polyanthum 34 32,08
3,85 35,92
8 Ki sampang
Evodia latifolia 1 0,94
3,85 4,79
9 Ki geunteul
Diospyros javanica 10 9,43
3,85 13,28
10 Ki calung
Diospyros macrophylla 6 5,66
15,38 21,04
11 Lame Alstonia spp
1 0,94 3,85
4,79 12 Ki
tanjung Saccopetalum heterophylla 2 1,89
3,85 5,73
13 Sayar -
2 1,89 3,85
5,73 14 Barela
Vitis spp 10 9,43
11,54 20,97
Total 100 100
200
Pada tingkat pertumbuhan pancang dijumpai sebanyak 13 jenis. Jenis yang mendominasi pada tingkat pancang ini adalah Ki laja Oxymitra cunneiformis
dengan nilai INP sebesar 76,39. Untuk nilai INP terkecil terdapat 3 jenis yaitu Ki tuak, Ipis kulit Decasperum fruticosum dan Lame Alstonia scholaris dengan
nilai INP sebesar 5,56 Tabel 7.
Tabel 7 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting INP tingkat pancang di hutan dataran rendah
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR
INP
1 Ki laja Oxymitra cunneiformis
34 47,22 29,17
76,39 2 Jambu
kopo Eugenia spp
14 19,44 12,5
31,94 3 Cerlak
- 2 2,78
4,17 6,94
4 Ki tuak
- 1 1,39
4,17 5,56
5 Ipis kulit Decasperum fruticosum
1 1,39 4,17
5,56 6 Cerlang Pterospermum diversifolium
3 4,17 8,33
12,5 7 Lame
Alstonia spp 1 1,39
4,17 5,56
8 Ki geunteul
Diospyros javanica 2 2,78
4,17 6,94
9 Sampang Evodia latifolia
2 2,78 4,17
6,94 10 Laban
Vitex pubescens 3 4,17
8,33 12,5
11 Ki lalayu Erioglobosum rubiginosum
4 5,56 4,17
9,72 12 Lampeni
Ardisia humilis 1 1,39
4,17 5,56
13 Sulangkar Leea sambucina
3 4,17 4,17
8,33 Total 100
100 200
Untuk tingkat pertumbuhan tiang jenis yang dijumpai hanya sebanyak 8 jenis. Pada tingkat pertumbuhan ini didominasi oleh jenis ki teja Cinnanomum iners
dengan nilai INP sebesar 80,56 dan INP terkecil adalah jenis turalak dengan nilai INP sebesar 19,44. Tabel 8.
Tabel 8 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dominansi relatif DRdan indeks nilai penting INP tingkat tiang di hutan dataran rendah
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR DR INP
1 Ki endog
Xanthophyllum excelcum 1 8,33
8,33 8,54
25,21 2 Heucit
Baccaurea javanica 1 8,33
8,33 5,19
21,86 3 Turalak
Stelechocarpus burahol 1 8,33
8,33 2,77
19,44 4 Ki
teja Cinnamomum iners
3 25 25
30,56 80,56
5 Ki calung
Diospyros macrophylla 2 16,67
16,67 14,65
47,98 6 Walen
Ficus ribes 2 16,67
16,67 26,76
60,1 7 Ki
laja Oxymitra cunneiformis
1 8,33 8,33 2,83 19,5
8 Huru Litsea spp
1 8,33 8,33
8,69 25,36
Total 100 100 100 300
Pada tingkat pertumbuhan pohon terdapat sebanyak 14 jenis tumbuhan. Dari jumlah tersebut, jenis yang paling mendominasi adalah kiara Ficus
glibbosa dengan nilai INP sebesar 87,45. Dari segi frekuensi, jenis kiara tidak
tergolong menyebar akan tetapi jenis ini memiliki nilai dominansi dan luas bidang dasar yang besar sehingga berpengaruh terhadap besarnya nilai INP.
Kiara ini merupakan tumbuhan pencekik strangler yang memanfaatkan tumbuhan lain sebagai inang. Banyak satwa yang bergantung pada jenis kiara ini
seperti burung rangkong dan beberapa jenis primata seperti lutung dan monyet ekor panjang yang memakan buah dari kiara. Selain itu, jenis ini juga memiliki
tajuk yang lebar dan rimbun serta perakaran yang bercabang-cabang dan menyebar. Macan tutul Jawa sering dijumpai beristirahat diantara akar kiara ini
dan juga terkadang berburu mangsa karena banyak satwa mangsa yang sering berkumpul disekitar pohon kiara ini seperti monyet ekor panjang dan lutung.
Tabel 9 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dominansi relatif DR dan indeks nilai penting INP tingkat pohon di hutan dataran rendah
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR
FR DR INP
1 Tangkele Kleinhovia hospital
9 18 6,25
3,22 27,47
2 Sempur Dillenia obovata
5 10 12,5
4,63 27,13
3 Ki calung
Diospyros macrophylla 15 30
21,88 6,93
58,81 4 Bungur Lagerstroemia flos-reginae
3 6 9,38
1,11 16,49
5 Teureup Artocarpus elastic
2 4 6,25
0,35 10,6
6 Salam Syzigium polyanthum
3 6 9,38
0,21 15,58
7 Kedondong Spondias pinnata
2 10 3,13
0,54 7,67
8 Tatulampa Elaucarpus spp
1 2 3,13
0,11 5,23
9 Huru kemplong
Litsea spp 4 8
9,38 3,63
21,01 10 Sariawan
Symplocos odoratissima 1 2
3,13 0,05
5,18 11 Laban
Vitex pubescens 1 2
3,13 0,74
5,87 12 Ki
geunteul Diospyros javanica
1 2 3,13
0,76 5,88
13 Ki besi
Diospyros spp 1 2
3,13 0,51
5,63 14 Kiara
Ficus glibbosa 2 4
6,25 77,2
87,45 Total 100
100 100
300
b. Hutan Pantai Hutan pantai di semenanjung Ujung Kulon hanya tersebar di sepanjang
pantai Selatan dan sedikit di bagian Utara. Analisis vegetasi hutan pantai dilakukan di daerah Karang Ranjang yang terletak di bagian selatan semenanjung
Ujung Kulon. Dari hasil analisis yang dilakukan pada vegetasi hutan pantai ini ditemukan sebanyak 26 jenis pohon.
Tabel 10 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting INP tingkat semai di hutan pantai
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR INP
1 Jambu kopo
Eugenia spp 1 9,09
14,29 23,38
2 Nyamplung Calophyllum inophyllum
1 9,09 14,29
23,38 3 Lame
peucang Alstonia spp
1 9,09 14,29
23,38 4 Lame
laut Alstonia spp
3 27,27 14,29
41,56 5 Sasawoan
- 3 27,27
14,29 41,56
6 Waru Hibiscus tilaceus
3 9,09 14,29
23,38 7 Lampeni
Ardisia humilis 1 9,09
14,29 23,38
Total 100 100
200
Pada tingkat pertumbuhan semai ditemukan sebanyak 7 jenis dengan nilai INP terbesar pada jenis lame laut Alstonia sp dan sasawoan sebesar 41,56. Pada
tingkat semai di tipe hutan pantai tidak tedapat jenis yang paling mendominasi. Beberapa jenis semai yang menjadi pakan satwa adalah lampeni Ardisia humilis
yang sering dimakan oleh badak, banteng, rusa dan kancil.
Gambar 6 Vegetasi hutan pantai di Karang Ranjang. Untuk tingkat pertumbuhan pancang dijumpai lebih banyak dari semai yaitu
sebanyak 12 jenis. Jenis yang mendominasi adalah lampeni Ardisia humilis dengan INP sebesar 37,8 dan nilai INP terkecil pada jenis waru Hibiscus
tilaceus sebesar 6,01. Tabel 11.
Tabel 11 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting INP tingkat pancang di hutan pantai
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR INP
1 Tokbrai Aglaia latifolia
4 5 9,52
14,52 2 Lampeni
Ardisia humilis 15 18,75
19,05 37,8
3 Lame laut
Alstonia spp 6 7,5
9,52 17,02
4 Ki kangkareng
- 2 2,5
4,76 7,26
5 Cerelang Pterospermum diversifolium
4 5 4,76
9,76 6 Ki
tanjung Saccopetalum heterophylla 6 7,5
9,52 17,02
7 Ki tulang
- 18 22,5
9,52 32,02
8 Ki sero
Mallotus blumeana 8 10
4,76 14,76
9 Ki lalayu Erioglobosum rubiginosum
2 2,5 4,76
7,26 10 Nyamplung Calophyllum inophyllum
8 10 9,52
19,52 11 Waru
Hibiscus tilaceus 1 1,25
4,76 6,01
12 Jambu kopo
Eugenia spp 6 7,5
9,52 17,02
Total 100
100 200
Pada tingkat pertumbuhan tiang hanya dijumpai sebanyak 8 jenis pohon. Ki tanjung Saccopetalum heterophylla adalah jenis yang mendominasi pada
tingkat tiang ini dengan nilai INP sebesar 73,01 dan jenis dengan INP terkecil adalah ciciap Ficus septica sebesar 18,49.Tabel 12.
Tabel 12 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dominansi relatif DR dan indeks nilai penting INP tingkat tiang di hutan pantai
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR DR INP
1 Jambu kopo
Eugenia spp 1 5,88
8,33 12,86
27,07 2 Ki
tanjung Saccopetalum heterophylla 5
29,41 16,67 26,93 73,01 3 Lame
peucang Alstonia spp
4 23,53 25
23,91 72,44
4 Ciciap Ficus septic
1 5,88 8,33
4,27 18,49
5 Taritih Intsia amboinensis
2 11,76 16,67 1,03 29,46
6 Plangas -
1 5,88 8,33
9,05 23,27
7 Ki geunteul
Diospyros javanica 1 5,88
8,33 7,82
22,03 8 Bungur Lagerstroemia flos-reginae
2 11,76 8,33
14,13 34,23
Total 100 100 100 300
Pada analisis vegetasi hutan pantai ini, tingkat pertumbuhan pohon memiliki jenis paling banyak yaitu sebanyak 15 jenis Tabel 13. Jenis yang paling
mendominasi pada tingkat pohon adalah cerlang Pterospermum diversifolium dengan INP sebesar 86,92. Cerlang merupakan jenis pohon yang cukup banyak
dijumpai di daerah peralihan antara hutan pantai dengan hutan dataran rendah. Jenis ini memiliki tajuk yang cukup lebar dan rapat sehingga memberi naungan
bagi vegetasi dibawahnya yang mengakibatkan lantai hutan dibawah tegakan ini agak jarang ditumbuhi vegetasi lain. Hutan dengan lantai hutan yang bersih dari
vegetasi seperti semak dan rotan sering digunakan oleh macan tutul Jawa untuk beristirahat. Selain itu kondisi ini memudahkan macan tutul Jawa dalam
melakukan pengejaran terhadap mangsanya. Jenis dengan INP terkecil adalah kiara Ficus glibbosa dengan INP sebesar
6,86. Jenis ini sangat disukai oleh beberapa jenis satwa karena buahnya sering menjadi pakan bagi monyet ekor panjang, jelarang dan burung. Selain kedua
jenis di atas, banyak jenis pohon lain yang juga berpengaruh terhadap satwa
seperti jambu kopo Eugenia sp dan turi yang juga sering menjadi pakan bagi satwa mangsa macan tutul Jawa seperti monyet ekor panjang dan lutung.
Tabel 13 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dominansi relatif DR dan indeks nilai penting INP tingkat pohon di hutan pantai
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR DR INP
1 Kampis Hernandia peltata
1 2,33 3,7 1,09 7,12
2 Nyamplung Calophyllum inophyllum 3
6,98 7,41 8,87 23,25 3 Malapari
Pongamia pinnata 4 9,3
7,41 5,53
22,24 4 Waru
Hibiscus tilaceus 1
2,33 3,7 1,79 7,82 5 Cerelang
Pterospermum diversifolium 13
30,23 18,52 38,17 86,92 6 Kiara
Ficus glibbosa 1
2,33 3,7 0,83 6,86 7 Ki
kangkareng -
2 4,65 7,41 8,42 20,48
8 Ki tanjung Saccopetalum heterophylla
2 4,65 7,41 3,08 15,14
9 Jambu kopo Eugenia spp
6 13,95 14,81 10,82 39,59
10 Walen Ficus ribes
1 2,33 3,7 4,31 10,34
11 huru kuning Litsea spp
2 4,65 7,41 5,64 17,7
12 Turi Sesbania grandiflora
1 2,33 3,7 1,33 7,36
13 Lame laut
Alstonia spp 1
2,33 3,7 0,85 6,88 14 Hanja
Anthocephalus chinensis 3
6,98 3,7 2,64 13,32 15 Sasawoan
- 2
4,65 3,7 6,62 14,97 Total
100 100 100 100
c. Hutan Mangrove Hutan mangrove terletak di daerah pasang surut yang berlumpur dan
sedikit berpasir serta berarus tenang sehingga di semenanjung Ujung Kulon, persebaran hutan mangrove hanya di sepanjang pantai Utara saja. Analisis
vegetasi hutan mangrove dilakukan di daerah Laban yang merupakan pesisir Utara Ujung kulon. Kondisi vegetasi hutan mangrove lebih homogen
dibandingkan dengan tipe vegetasi lainnya. Hanya ditemukan sebanyak 4 jenis mangrove yaitu ki kabal Xylocarpus sp, bangka jingkang Rhizopora sp,
bangka cengkeh Bruguiera sp dan pedada bogem Sonneratia sp.
Ditemukan 2 jenis mangrove pada tingkat pertumbuhan semai yaitu ki kabal dan bangka cengkeh. Tingkat semai ini didominasi oleh jenis bangka
cengkeh. Tabel 14.
Gambar 7 Vegetasi hutan mangrove.di Laban Tabel 14 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting
INP tingkat semai di hutan mangrove
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR INP
1 Ki kabal
Xylocarpus spp 8 2,21
12,5 14,71
2 Bangka cengkeh
Bruguiera spp 354 97,79
87,5 185,29
Total 100 100 200
Pada tingkat pertumbuhan pancang ditemukan pertambahan jenis dari 2 jenis yang dijumpai pada semai yaitu bangka jingkang. Pada tingkat pertumbuhan
pancang masih didominasi oleh jenis bangka cengkeh. Tabel 15. Tabel 15 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting
INP tingkat pancang di hutan mangrove
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR INP
1 Ki kabal
Xylocarpus spp 7 5,88
27,27 33,16
2 Bangka cengkeh
Bruguiera spp 111 93,28
63,64 156,91
3 Bangka jingkang
Rhizophora spp 1 0,84
9,09 9,93
Total 100 100
200
Untuk tingkat pertumbuhan pohon dijumpai 3 jenis mangrove yaitu ki kabal, bangka cengkeh dan pedada bogem. Jenis yang paling mendominasi
adalah bengka cengkeh dengan nilai INP sebesar 180,29 dan jenis dengan INP terkecil adalah ki kabal dengan INP sebesar 38,96.Tabel 11. Dilihat dari jenis
yang mendominasi yaitu bangka cengkeh Bruguiera sp dapat terlihat bahwa keadaan hutan mangrove ini tidak selalu terkena pasang naik kecuali saat pasang
tinggi. Vegetasi hutan mangrove ini jarang dikunjungi oleh macan tutul Jawa karena macan tutul Jawa kurang suka vegetasi dengan lantai hutan yang basah
dan berlumpur. Satwa mangsa yang sering dijumpai di vegetasi ini adalah babi hutan yang datang saat kondisi surut.
Tabel 16 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting INP tingkat tiang di hutan mangrove
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah individu
KR FR DR INP
1 Ki kabal Xylocarpus spp
8 17,78 18,75 2,43
38,96 2 Bangka
cengkeh Bruguiera spp
30 66,67 50
63,62 180,29
3 Pedada bogem Sonneratia acida
7 15,56 31,25 33,94
80,75 Total 100
100 100
300
d. Padang Rumput Padang rumput atau padang penggembalaan di semenanjung Ujung Kulon
tersebar di beberapa lokasi. Vegetasi ini ada yang tumbuh secara alami dan ada pula yang sengaja dibuat untuk menunjang kebutuhan pakan satwa-satwa grazer.
Analisis vegetasi padang rumput dilakukan di daerah Cibunar yang merupakan padang rumput alami.
Gambar 8 Vegetasi padang rumput di Cibunar
.
Dari hasil analisis yang dilakukan, ditemukan 5 jenis rumput penyusun vegetasi ini yaitu jampang besar Axonopus sp, jampang piit Axonopus
compressus , pingping kasir, rampong dan meniran. Tabel 17.
Tabel 17 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting INP di habitat padang rumput
No Jenis Nama
ilmiah Jumlah
individu KR FR INP
1 Jampang piit
Axonopus compressus 1250 64,8
20 84,8
2 Pingping kasir Paspalum scrobiculatum
90 4,67 20
24,67 3 Rampong
Anailema nudiflorum 230 11,92
20 31,92
4 Jampang Axonopus spp
135 7 20
27 5 Meniran
Phyllanthus niruri 224 11,61
20 31,61
Total 100 100
200
Dari kelima jenis yang ditemukan, jampang piit adalah jenis yang paling mendominasi dengan nilai INP sebesar 84,8 sedangkan jenis dengan INP terkecil
adalah pingping kasir yaitu sebesar 24,67. Jenis satwa mangsa yang sering dijumpai di padang rumput ini adalah banteng dan terkadang dijumpai juga rusa.
Jenis rumput yang disukai oleh banteng dan rusa adalah jampang besar dan jampang piit.
5.1.2 Ketersediaan Satwa Mangsa