menyembunyikan diri. Selain itu, padang rumput tidak memiliki tutupan tajuk yang melindungi macan tutul jawa dari panas sinar matahari.
Macan tutul Jawa jarang menggunakan padang rumput dalam aktifitas hariannya karena pada habitat ini tidak memiliki tempat yang berfungsi sebagai
tempat berlindung seperti tajuk pohon. Selain itu meskipun satwa mangsa lebih mudah ditemukan di padang rumput tapi sulit untuk didapatkan karena tidak
tersedianya tempat untuk mengintai mangsa sehingga mangsa akan lebih dulu mengetahui kehadiran macan tutul Jawa.
5.2.2 Ketersediaan Satwa mangsa
Makanan bagi satwaliar merupakan faktor pembatas. Makanan harus selalu tersedia dengan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya Alikodra, 2002.
Bagi macan tutul Jawa ketersediaan pakan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting sehingga tipe habitat dengan jumlah satwa mangsa yang melimpah
akan menjadi pilihan dalam menentukan habitat yang sesuai bagi kehidupannya. Dari hasil pengamatan disetiap tipe habitat yang mernjadi lokasi penelitian
ditemukan beberapa jenis satwa mangsa macan tutul Jawa yaitu babi hutan, kancil, kijang, lutung, monyet ekor panjang, banteng dan owa Jawa dengan komposisi
kelimpahan yang berbeda di setiap tipe habitat. Untuk banteng, macan tutul Jawa memangsa anak dan satwa yang lemah
atau sakit. Jarang sekali dijumpai macan tutul Jawa memangsa banteng dewasa yang ukurannya jauh lebih besar dari ukuran macan tutul jawa. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Seidensticker 19760 dalam Gunawan 1988 bahwa berdasarkan ukuran tubuh mangsa, macan tutul lebih sering memangsa satwa
dengan ukuran berat badan antara 25-50 kg, yaitu satwa yang memiliki ukuran setengah hingga sama dengan ukuran badan macan tutul.
Pada tipe habitat hutan dataran rendah ditemukan sebanyak 7 jenis satwa mangsa macan tutul Jawa yaitu banteng, babi hutan, kancil, kijang, lutung,
monyet ekor panjang dan owa Jawa. Jenis satwa mangsa yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah babi hutan yaitu sebesar 11,84 individukm
2
dan nilai dugaan terkecil yaitu pada kancil sebesar 0,28 indkm
2
. Babi hutan banyak
terdapat di hutan dataran rendah karena di tipe habitat ini cukup banyak pakan seperti cacing tanah dan umbi-umbian.
Untuk jenis-jenis primata sebenarnya banyak terdapat di tipe habitat ini seperti lutung, monyet ekor panjang dan owa Jawa. Namun saat penelitian
dilakukan kondisinya selalu hujan sehingga perjumpaan dengan satwa primata cukup jarang. Pada tipe hutan dataran rendah terdapat jenis karnivora lain yaitu
ajag Cuon alpinus yang hidup berkelompok. Meskipun selama penelitian tidak dijumpai ajag, berdasarkan keterangan
dari petugas ajag sering muncul saat-saat tertentu dalam jumlah besar kurang lebih 15-20 ekor dalam satu kelompok Sorhim, 2009 komunikasi pribadi. Hal
ini menjadikan macan tutul Jawa memiliki pesaing berat dalam mendapatkan mangsa di habitat hutan dataran rendah karena ajag merupakan satwa yang hidup
berkelompok sedangkan macan tutul Jawa adalah satwa yang soliter. Satwa mangsa yang dijumpai di tipe habitat hutan pantai hampir sama
dengan yang dijumpai di hutan dataran rendah seperti babi hutan, kijang, kancil, lutung , monyet ekor panjang, banteng dan owa Jawa. Akan tetapi dilihat dari
kepadatan populasi dugaannya cukup berbeda. Babi hutan memiliki nilai populasi dugaan tertinggi yaitu sebesar 21,98 indkm
2
, sedangkan nilai kepadatan terendah adalah pada jenis kijang yaitu sebesar 0,23 indkm
2
. Pada tipe habitat hutan mangrove hanya dijumpai babi hutan dengan nilai
kepadatan dugaan sebesar 5,38 indkm
2
. Hal ini dapat disebabkan karena tipe vegetasi ini berada di daerah pasang surut sehingga jarang didatangi oleh satwa
khususnya satwa terrestrial. Selain itu, air pasang yang menggenangi lantai hutan dapat menghapus jejak-jejak yang ditinggalkan oleh satwa.
Padang rumput merupakan tipe vegetasi yang terbuka karena tidak memiliki tutupan hutan berupa tajuk. Satwa yang dijumpai di habitat ini adalah
babi hutan dan banteng. Kepadatan babi hutan di padang rumput adalah sebesar 2,53 indkm
2
, sedangkan untuk banteng tidak dapat di analisis karena datanya tidak mencukupi.
Berdasarkan hasil analisis kotoran macan tutul Jawa, dari empat sampel kotoran yang dianalisis secara makroskopis semuanya mengandung rambut kancil
Tragulus javanicus. Kancil merupakan mamalia kecil pemakan tumbuhan. Dari
hasil pengamatan, kancil hanya ditemukan di habitat hutan dataran rendah dan hutan pantai. Pada hutan dataran rendah kepadatan kancil hanya sebesar 0,28
individuha sedangkan pada hutan pantai sebesar 3,93 individuha. Meskipun kepadatan kancil tidak terlalu tinggi akan tetapi satwa ini mudah ditangkap oleh
macan tutul Jawa karena kancil dalam keadaan terancam binatang ini tidak segera lari menjauh tapi bersembunyi dan diam.
Babi hutan ditemukan di semua tipe habitat mulai dari hutan dataran rendah hingga padang rumput. Di setiap tipe habitat, babi hutan memiliki
kepadatan tertinggi sehingga kelimpahannya tinggi. Meskipun dalam kotoran macan tutul yang dianalisis tidak ditemukan sisa-sisa babi hutan yang dimakan
oleh macan tutul Jawa, akan tetapi berdasarkan keterangan petugas dan penduduk sekitar hutan macan tutul Jawa sering memangsa babi hutan. Meskipun babi
hutan lebih sulit ditangkap oleh macan tutul Jawa daripada kancil karena babi hutan biasanya hidup dalam kelompok dengan jumlah besar, satwa ini termasuk
salah satu satwa mangsa yang disukai macan tutul Jawa karena mudah dijumpai di berbagai tempat.
Selain memangsa satwaliar, di TNUK macan tutul Jawa terkadang memangsa satwa ternak meskipun jarang terjadi. Berdasarkan wawancara dengan
penduduk sekitar hutan, macan tutul Jawa menyerang ternak yang berkeliaran dipinggir hutan. Jenis ternak yang sering dimangsa oleh macan tutul Jawa adalah
kambing dan domba yang ukurannya setengah atau sama dengan ukuran badannya. Macan tutul Jawa menyerang ternak diperkirakan karena adanya
proses belajar pada macan tutul Jawa bahwa satwa ternak lebih mudah ditangkap. Penduduk sekitar TNUK terbiasanya melepaskan ternaknya begitu saja
sehingga ketika ternak tersebut berkeliaran disekitar hutan macan tutul Jawa akan menganggapnya sebagai mangsa. Karena satwa ternak lebih mudah ditangkap
daripada satwaliar seperti babi hutan akhirnya macan tutul Jawa terkadang masuk ke perkampungan saat malam hari untuk menyerang ternak milik penduduk.
Ketersediaan satwa mangsa macan tutul Jawa berbeda-beda disetiap tipe habitat. Hutan dataran rendah dan hutan pantai memiliki keanekaragaman dan
kelimpahan satwa mangsa yang melimpah sedangkan hutan mangrove dan padang rumput memiliki keanekaragaman dan ketersediaan satwa mangsa yang
rendah. Babi hutan dan kancil merupakan satwa mangsa yang disukai macan tutul Jawa karena kedua jenis satwa ini mudah dijumpai dan kelimpahannya cukup
banyak.Hal ini terlihat dari sampel kotoran yang ditemukan banyak mengandung rambut kancil. Berdasarkan informasi dari petugas, macan tutul Jawa sering
memangsa babi hutan Hadimi, 2009 komunikasi pribadi.
5.2.3 Ketersediaan Air