4.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah peta lokasi penelitian, tali atau pita berwarna untuk menandai plot pengamatan, meteran untuk mengukur
jejak satwa dan diameter pohon, golok untuk merintis jalur, teropong binokuler, kamera untuk dokumentasi, kompas sebagai alat navigasi, alat pengukur waktu,
alat tulis, tally sheet, kaca pembesar lup untuk analisis feses, dan buku panduan lapangan pengenalan jenis satwaliar. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alkohol 70 untuk analisis kotoran macan tutul Jawa. Objek pada penelitian ini adalah macan tutul Jawa dan habitatnya.
4.3 Metode Pengumpulan Data
4.3.1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan meliputi : a.
Orientasi lapang, yang bertujuan untuk mencari informasi awal mengenai lokasi penelitian dan mencocokkan keadaan di lapangan dengan peta
lokasi serta konsultasi pengelola TNUK. b.
Studi literatur mengenai macan tutul Jawa khususnya di TNUK melalui penelusuran pustaka dan dokumen yang terkait dengan macan tutul Jawa
di TNUK.
4.3.2. Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan adalah karakteristik habitat macan tutul Jawa di berbagai tipe penutupan vegetasi dan perjumpaan aktifitas macan tutul Jawa baik
secara langsung maupun tidak langsung jejak kaki, suara, cakaran, kotoran, dan sisa mangsa. Karakteristik habitat yang diteliti meliputi :
a. Struktur dan komposisi vegetasi
b. Ketersediaan satwa mangsa
c. Ketersediaan air
d. Bentuk – bentuk Cover
5 5
2 m
4.3.3 Cara Pengumpulan Data
a. Struktur dan komposisi vegetasi Untuk mengetahui karakteristik detail dari struktur dan komposisi vegetasi
dilakukan dengan cara analisis vegetasi. Analisis vegetasi dilakukan dengan cara sampling pada lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah metode garis
berpetak yaitu dengan membuat petak–petak contoh di sepanjang jalur pengamatan.
Ukuran petak yang digunakan adalah 20 m x 20 m untuk tingkat pertumbuhan pohon. Dalam petak dibuat sub plot berukuran 2 m x 2 m untuk
tingkat pertumbuhan semai, 5 m x 5 m untuk tingkat pertumbuhan pancang, dan 10 m x 10 m untuk tingkat pertumbuhan tiang. Data yang dikumpulkan untuk
tingkat pertumbuhan pohon dan tiang adalah jenis pohon, diameter setinggi dada, tinggi bebas cabang dan tinggi total. Untuk tingkat pertumbuhan pancang dan
semai meliputi jenis tumbuhan dan jumlah individu setiap jenis Soerianegara dan Indrawan, 2002.
10 m 5 m
10 m
10 m 10 m
Gambar 3. Bentuk Plot Contoh Analisis Vegetasi b. Ketersediaan Satwa Mangsa
Ketersediaan satwa mangsa meliputi jenis satwa mangsa macan tutul jawa beserta populasinya. Untuk mengetahui ketersediaan satwa mangsa dilakukan
dengan dengan metode transek garis line transect yaitu metode pengamatan populasi satwaliar dengan bentuk unit contoh berupa jalur pada lintasan
pergerakan macan tutul jawa dan satwa mangsanya.
Data yang diambil meliputi kontak langsung dalam jarak tertentu dengan satwaliar sehingga dapat diketahui jenis, jumlah individu serta komposisi
kelompoknya serta melalui kontak tidak langsung dengan satwaliar. Pencatatan data melalui kontak tidak langsung merupakan pencatatan jenis satwa
berdasarkan perjumpaan jejak kaki, tanda–tanda yang ditinggalkan di pohon, tempat untuk bersarang, maupun tanda suara.
Data jenis satwa dan jumlah individu yang dicatat adalah satwa yang terletak di depan pengamat. Selain itu, dilakukan pencatatan terhadap jarak antara
pengamat dengan satwa yang terdeteksi, sudut kontak antara pengamat dengan satwa yang terdeteksi serta waktu ditemukannya jenis satwaliar tersebut
Anderson et al, 1969 dalam Krebs, 1978.
S
1
S
3
r
1
r
3
y
2
y
3
α
1
α
3
To P
1
P
2
α
2
P
3
Ta y
2
S
2
Gambar 4. Metode transek Garis Keterangan :
To = Titik
awal Ta =
Titik akhir
r = Jarak pengamat dengan satwaliar
S = Posisi satwaliar
α = Sudut antara posisi satwaliar dengan garis transek
y = r. sin
α
c. Ketersediaan Air Ketersediaan air diketahui dengan menginventarisasi sumber air yang
digunakan macan tutul Jawa sebagai tempat minum. Data yang diambil adalah parameter fisik. Parameter fisik diperoleh melalui bentuk sumber air, ukuran
sumber air lebar dan kedalaman, lokasi sumber air dan intensitas penggunaannya
oleh satwaliar. Parameter yang diamati disajikan dalam tabel 3. Selain itu, dilakukan studi literatur dan wawancara kepada petugas lapangan dan masyarakat
sekitar sebagai data penunjang. Tabel 3. Parameter fisik sumber air yang digunakan macan tutul Jawa
Sumber air Lebar m
Kedalaman m
Ketersediaan Intensitas penggunaan
oleh satwa Tipe habitat
Bentuk sumber air
yang digunakan
Lebar sumber air
Kedalaman rata-rata
sumber air Tingkat
kelimpahan dan kemudahan
didapat sumber air
Tinggi rendahnya
penggunaan sumber air
oleh satwaliar dilihat dari
bekas-bekas aktivitas
disekitar sumber air
Tipe habitat ditemukannya
sumber air
d. Bentuk – bentuk Cover Bentuk cover pelindung dipelajari dengan cara observasi langsung di
lapangan dan wawancara dengan masyarakat sekitar hutan dan petugas. Cover dibedakan menurut fungsi dan bentuknya. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut Tabel 4. Bentuk dan Fungsi Cover
Tipe cover Fungsi cover Tipe
habitat Ketinggian
mdpl Substrat
dominan
Bentuk-bentuk fisik tipe habitat yang
digunakan macan tutul sebagai cover
Kegunaan cover dalam melindungi macan tutul
Tipe vegetasi
dominan tempat
cover dijumpai
Posisi ketinggian
ditemukannya cover dari
permukaan laut
Jenis vegetasi yang
mendominasi disekitar cover
e. Keberadaan dan KelimpahanMacan Tutul Jawa Untuk mengetahui keberadaan dan kelimpahan macan tutul Jawa digunakan
metode transek dengan panjang dan lebar jalur disesuaikan dengan kondisi setiap tipe habitat.
Data yang diambil meliputi kontak langsung dan kontak tidak langsung dengan macan tutul Jawa . Pencatatan data melalui kontak tidak langsung yaitu
pencatatan data berdasarkan perjumpaan jejak kaki, tanda–tanda yang ditinggalkan di pohon, tempat untuk bersarang, maupun tanda suara. Data
perjumpaan yang dicatat adalah kontak yang terletak di depan pengamat. 4.4
f. Analisis Feses Macan Tutul Jawa Sebagai data pendukung dilakukan analisis feses.Pakan macan tutul Jawa di
habitatnya dapat diketahui berdasarkan analisis rambut dalam feses. Sampel feses macan tutul Jawa yang dikoleksi diambil di sepanjang jalur pengamatan. Analisis
terhadap rambut dalam feses dapat dilakukan secara makroskopis menggunakan kaca pembesar dengan membandingkan warna, panjang, dan ketebalan rambut
dalam feses dengan rambut satwa mangsa yang ada. Feses yang telah dikoleksi dibersihkan dengan menggunakan saringan untuk mendapatkan rambut yang
terbebas dari kotoran feses. Pemilihan dan pengambilan feses dilakukan dengan memperhitungkan kondisi feses pada saat ditemukan yaitu bentuk feses umur
feses dimana feses dengan bentuk yang sudah rusak dan berumur lama tidak dianalisis..
4.4 Analisis Data