Ketersediaan Satwa Mangsa Ketersediaan Air

Dari hasil analisis yang dilakukan, ditemukan 5 jenis rumput penyusun vegetasi ini yaitu jampang besar Axonopus sp, jampang piit Axonopus compressus , pingping kasir, rampong dan meniran. Tabel 17. Tabel 17 Kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting INP di habitat padang rumput No Jenis Nama ilmiah Jumlah individu KR FR INP 1 Jampang piit Axonopus compressus 1250 64,8 20 84,8 2 Pingping kasir Paspalum scrobiculatum 90 4,67 20 24,67 3 Rampong Anailema nudiflorum 230 11,92 20 31,92 4 Jampang Axonopus spp 135 7 20 27 5 Meniran Phyllanthus niruri 224 11,61 20 31,61 Total 100 100 200 Dari kelima jenis yang ditemukan, jampang piit adalah jenis yang paling mendominasi dengan nilai INP sebesar 84,8 sedangkan jenis dengan INP terkecil adalah pingping kasir yaitu sebesar 24,67. Jenis satwa mangsa yang sering dijumpai di padang rumput ini adalah banteng dan terkadang dijumpai juga rusa. Jenis rumput yang disukai oleh banteng dan rusa adalah jampang besar dan jampang piit.

5.1.2 Ketersediaan Satwa Mangsa

Ketersediaan satwa mangsa merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan macan tutul Jawa. Dari hasil pengamatan di setiap tipe habitat, diketahui bahwa ada perbedaan dari segi keragaman maupun kelimpahan dari satwa mangsa disetiap tipe habitat. Gambar 9 Babi hutan a dan kancil b merupakan mangsa yang disukai macan tutul Tabel 18 Ketersediaan satwa mangsa di setiap tipe habitat Jenis satwa kepadatan populasi dugaan indkm 2 Hutan dataran rendah Hutan pantai Hutan mangrove Padang rumput Babi hutan 11,84 21,98 5,38 2,53 Kancil 0,28 3,93 X X Kijang 2,94 0,23 X X Lutung 8,15 - - - Monyet ekor panjang - 23,57 - X Banteng - - X - Owa jawa - - X X X = tidak ditemukan Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa jumlah satwa mangsa yang terdapat di hutan dataran rendah dan hutan pantai lebih beragam yaitu sebanyak 7 jenis. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keanekaragaman vegetasi yang cukup tinggi dikedua habitat tersebut, akan tetapi dari segi kelimpahan hutan pantai memiliki nilai kelimpahan satwa mangsa yang lebih tinggi karena banyaknya tumbuhan bawah yang akan menyediakan pakan yang cukup bagi satwa mangsa sedangkan pada hutan dataran rendah, tumbuhan bawah tumbuh jarang karena pengaruh sinar matahari yang tertutup tajuk yang rapat.. Pada tipe habitat hutan mangrove dan padang rumput lebih sedikit jenis satwa mangsa yang dijumpai. Hal ini terkait dengan kondisi dari tipe habitat itu sendiri. Hutan mangrove memiliki komposisi vegetasi yang lebih homogen dan keanekaragaman vegetasi sedikit yang berpengaruh pada kurang tersedianya makanan bagi satwa mangsa tersebut. Pada tipe habitat padang rumput, tutupan hutannya sangat sedikit sehingga tidak adanya cover untuk melindungi satwa mangsa dari panas matahari maupun ancaman dari pemangsa.

5.1.3 Ketersediaan Air

Air merupakan komponen penting bagi kehidupan satwaliar dalam hal ini adalah macan tutul dan satwa mangsanya. Semenanjung Ujung Kulon memiliki banyak daerah aliran sungai yang tersebar diseluruh semenanjung ini. Terdapat sungai-sungai besar yang selalu mengalir sepanjang tahun seperti sungai Cibunar yang bermuara ke samudera Indonesia dan sungai Cilintang yang bermuara ke selat Sunda. Tabel 19. Gambar 10 a. sungai Cibunar b Sungai Citadahan c Rawa Kecil Karang ranjang d Sungai Ciperepet Tabel 19 Ketersediaan air di Ujung Kulon Sumber air Lebar m Kedalaman m Ketersediaan Intensitas penggunaan oleh satwaliar Tipe habitat Sungai Cibunar + 10 +0,5-1,5 Sepanjang tahun Sering Hutan dataran rendah, padang rumput Sungai Ciperepet + 6 +1-1,5 Sepanjang tahun Jarang Hutan mangrove Sungai Cilintang + 15 +1-2 Sepanjang tahun Sering Hutan pantai, hutan manrove Telaga kecil 6 +0,5-1 Berair saat musim hujan Sering Hutan pantai Rawa kecil 12 +0,5-1 Berair saat musim hujan sering Hutan pantai keterangan: sering= digunakan setiap hari; jarang= tidak digunakan setiap hari Pada tipe habitat hutan dataran rendah dan padang rumput terdapat sungai Cibunar yang berhulu dari Gunung Payung. Sungai ini sangat jernih karena disepanjang alirannya tidak terdapat rawa dan dasar sungainya berbatu. Karena lokasi penelitian berada dibagian hilir dan muara, maka terkadang kualitas air dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Apabila air laut sedang pasang naik maka air akan menjadi payau. Tipe habitat hutan pantai memiliki sumber air yang melimpah. Pada habitat ini mengalir banyak sungai besar seperti Cilintang dan Ciperepet. Selain itu terdapat beberapa sumber air yang hanya berair saat musim hujan berupa telaga atau rawa-rawa kecil. Akan tetapi kondisi air di habitat ini dipengaruhi oleh kondisi tanah dan batuannya sehingga mengandung kapur. Selain itu, banyaknya rawa-rawa disepanjang sungai yang mengalir di habitat ini menjadikan warna air keruh dan berlumpur. Pada habitat hutan mangrove mengalir sungai yang sama dengan hutan pantai yaitu sungai Cilintang dan sungai Ciperepet. Karena letak tipe habitat ini di sekitar muara maka kondisi airnya menjadi payau karena dipengaruhi oleh air laut sehingga sumber air di habitat ini jarang digunakan oleh macan tutul maupun satwa mangsanya untuk kebutuhan minum maupun aktifitas lainnya seperti berkubang atau mandi. Selain itu, disekitar muara banyak dijumpai beberapa jenis reptil seperti buaya muara Crocodylus porosus dan ular sanca Phyton reticulatus yang membahayakan bagi macan tutul dan satwa mangsanya.

5.1.4 Ketersediaan Cover