Preferensi Habitat Macan Tutul Jawa dan Tingkatannya di Setiap Tipe Habitat

tetapi apabila dilihat dari faktor-faktor yang lain seperti kondisi lantai hutan yang selalu basah dan kurang sumber air yang menyebabkan jarangnya satwaliar mendatangi habitat ini juga akan menyebabkan macan tutul Jawa jarang menggunakan habitat hutan mangrove ini. Apabila dilihat dari sumberdaya yang terdapat di hutan mangrove seperti jarangnya ditemukan satwa mangsa, air disekitar habitat hutan mangrove merupakan campuran air sungai yang tawar dengan air laut sehingga rasanya payau dan kurang tersedianya tempat berlindung maka diduga habitat ini tidak dijadikan macan tutul Jawa sebagai wilayah jelajah dan teritori meskipun ditemukan satu buah jejak kaki dengan bentuk yang sudah tidak utuh karena terkena air laut. Jejak kaki ini diperkirakan berasal dari individu yang sama dengan yang ditemukan di hutan pantai. . Pada tipe habitat padang rumput yng sebagian besar tanahnya padat dan ditutupi oleh rerumputan menjadikan jejak atau tanda-tanda keberadaan macan tutul Jawa tidak tertinggal dengan baik. Selain itu, kondisi habitat ini terlalu terbuka sehingga satwa lain dengan mudah akan mengetahui keberadaan macan tutul jawa. Sementara macan tutul Jawa lebih sering menyembunyikan keberadaanya. Dari semua tipe habitat yang diteliti, macan tutul Jawa memilih habitat hutan dataran rendah dan hutan pantai sebagai wilayah jelajah dan teritorinya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penandaan berupa cakaran dan kotoran dikedua tipe habitat tersebut. Pemilihan habitat ini diduga terkait dengan karakteristik dari hutan dataran rendah dan hutan pantai meliputi ketersediaan mangsa, cover dan air.

5.2.7 Preferensi Habitat Macan Tutul Jawa dan Tingkatannya di Setiap Tipe Habitat

Dari hasil pengujian menggunakan uji chi-square dengan frekuensi pengamatan berupa jumlah tanda keberadaan macan tutul Jawa yang teramati didapat nilai χ 2 hitung sebesar18,42. Nilai ini lebih tinggi dari χ 2 tabel yang hanya bernilai sebesar 5,991. Karena nilai χ 2 hitung lebih besar dari nilai χ 2 tabel maka hasil pengujian menunjukkan adanya pemilihan habitat oleh macan tutul Jawa. Selanjutnya dari keempat tipe habitat yang diteliti dilakukan uji preferensi habitat menggunakan indeks Neu untuk mengetahui tingkat preferensi habitat oleh macan tutul Jawa pada setiap tipe habitat. Pada pengujian ini tipe habitat padang rumput tidak dimasukkan kedalam pengujian karena pada tipe habitat ini tidak dijumpai aktivitas macan tutul Jawa. Dari pengujian dengan indeks Neu ini diketahui bahwa habitat yang disukai oleh macan tutul Jawa adalah hutan dataran rendah dan hutan pantai. Sedangkan hutan mangrove tidak disukai. Dari kedua tipe habitat yang disukai dapat diketahui bahwa tipe habitat hutan pantai lebih disukai oleh macan tutul Jawa daripada hutan dataran rendah. Gunawan 1988 menyatakan bahwa karakteristik habitat macan tutul yaitu memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi melimpahnya sumber pakan , daerah berbukit, terdapat aliran sungai dan wilayah tersebut diduga dapat memberikan fungsinya sebagai habitat macan tutul yaitu dalam hal penyediaan suplai makanan, tempat tidur, berkembang biak dan tempat berlindung shelter. Hutan pantai menjadi habitat yang paling disukai oleh macan tutul Jawa karena dari hasil pengamatan pada tipe habitat ini tersedia komponen-komponen habitat yang menunjang bagi kehidupan macan tutul Jawa. Dilihat dari struktur dan komposisi vegetasi di habitat hutan pantai memiliki penutupan tajuk yang rindang tapi tidak terlalu rapat. Hal ini menjadikan banyak tumbuhan bawah yang yang tumbuh dan ini menyediakan pakan yang cukup bagi satwa mangsa seperti kancil dan babi hutan yang sering dimangsa macan tutul Jawa. Selain itu, substrat lantai hutan yang berpasir menyebabkan lantai hutan di hutan pantai selalu kering. Berdasarkan pengamatan, macan tutul Jawa cenderung menghindari daerah–daerah yang basah dan berair kecuali dalam keadaan terdesak. Dari ketersediaan satwa mangsa. habitat hutan pantai terdapat satwa mangsa yang cukup beragam seperti babi hutan, kancil, kijang, monyet ekor panjang, dan owa Jawa. Kancil merupakan satwa mangsa yang disukai macan tutul Jawa di Ujung Kulon. Hal ini terlihat dari analisis kotoran yang dilakukan terhadap 4 buah sampel kotoran semuanya mengandung rambut kancil. Kancil merupakan mamalia kecil yang mudah ditangkap karena bila dalam keadaan terancam, satwa ini tidak lari melainkan bersembunyi dan diam. Ketersediaan air dan cover di habitat hutan pantai sangat melimpah. Beberapa sungai mengalir di tipe habitat ini seperti sungai Cilintang dan Ciperepet. Selain itu terdapat juga rawa dan genangan atau telaga kecil yang banyak dijumpai pada musim hujan. Secara umum topografi hutan pantai adalah datar, hal ini memudahkan macan tutul Jawa dalam pergerakannya baik untuk mencari mangsa ataupun mencari pasangan. Habitat hutan dataran rendah termasuk habitat yang cukup disukai.Dari segi struktur dan komposisi vegetasinya, hutan dataran rendah memiliki tutupan tajuk yang rindang dan rapat. Sehingga lantai hutannya lembab dan basah serta jarang ditumbuhi tumbuhan bawah. Hal ini menyebabkan satwa herbivora jarang ditemui di hutan dataran rendah, namun ketersediaan satwa-satwa primata seperti lutung, owa jawa dan monyet ekor panjang cukup melimpah karena tajuk yang rapat dan lebar merupakan habitat yang sesuai untuk satwa-satwa arboreal. Selain itu, dari ketersediaan cover dan air pada habitat cukup tersedia. Terdapat sungai Cibunar yang selalu mengalir sepanjang tahun dan juga terdapat beberapa mata air kecil. Tajuk dan banir beberapa jenis pohon seperti ki calung Diospyros macrophylla memiliki banir besar dan tinggi dan sering digunakan macan tutul sebagai cover. Topografi hutan dataran rendah Cibunar adalah mulai datar hingga berbukit. Daerah yang berbukit-bukit memudahkan macan tutul Jawa dalam mengikuti pergerakan satwa mangsanya karena biasanya satwa mangsa akan bergerak disepanjang punggungan bukit. Akan tetapi daerah berbukit ini memiliki kerapatan tajuk yang tinggi dan jarang terdapat tumbuhan bawah sebagai makanan dari satwa mangsa macan tutul Jawa. Hal ini mengakibatkan satwa mangsa jarang terdapat di punggungan bukit kecuali jenis-jenis primata seperti lutung, owa Jawa dan monyet ekor panjang dan sangat sulit untuk ditangkap oleh macan tutul Jawa. Selain itu adanya pesaing dalam mendapatkan mangsa seperti ajag membuat pergerakan macan tutul Jawa di hutan dataran rendah cukup terbatas. Hutan mangrove tidak termasuk sebagai habitat yang disukai oleh macan tutul Jawa. Hal ini dapat disebabkan karena tipe habitat ini berada pada daerah pasang surut air laut sehingga jarang dikunjungi oleh macan tutul Jawa. Selain itu, habitat ini memiliki lantai hutan berlumpur dan berair sehingga diduga macan tutul kurang menyukai habitat ini. Kemudian dari segi ketersediaan satwa mangsa, berdasarkan pengamatan hanya dijumpai babi hutan pada habitat ini. Ketersediaan cover dan air yang kurang dapat juga menjadi penyebab macan tutul Jawa tidak menyukai tipe habitat ini. Sungai-sungai di hutan mangrove adalah muara-muara berair payau dan asin saat pasang sehingga ketersediaan air tidak mencukupi pada habitat ini.

5.2.8 Implikasi Pengelolaan Macan Tutul Jawa dan Habitatnya