Perilaku Display Perilaku Berbiak

Dwisatya 2006 menyebutkan bahwa pemicu musim kawin merak hijau dicirikan oleh perubahan struktur dan fisiologi gonad. Hal ini mempertegas pernyataan Immelmann 1983 bahwa musim kawin satwa dipengaruhi oleh siklus hormonal tubuhnya dan siklus hormonal dipengaruhi lingkungan. Carthy 1979 dalam Dwisatya 2006 menyatakan bahwa cahaya, suhu dan kelembaban merupakan faktor eksternal untuk menentukan kapan saat yang tepat untuk melangsungkan kawin. Perilaku berbiak merak hijau terjadi pada kisaran bulan September hingga November di TNAP dan bulan Oktober hingga Desember di TNB yang merupakan bulan dengan curah dan jumlah hari hujan yang sangat rendah dibandingkan bulan-bulan lainnya, sehingga merak hijau membutuhkan intensitas cahaya yang banyak untuk membantu dalam proses display dan pengeraman telur-telurnya. Proses berbiak merak hijau terdiri dalam tiga tahap, yaitu pra kawin, kawin dan pasca kawin. Dwisatya 2006 membagi perilaku berbiak merak hijau dalam beberapa tahapan, yaitu tahap pre-display, tahap display, tahap kopulasi kawin, tahap post-kopulasi dan pengeraman.

5.1.3 Perilaku Display

Perilaku display merupakan ciri awal akan dimulainya perkawinan. Perilaku display dilakukan oleh merak hijau jantan saat bulu hiasnya mulai tumbuh. Perilaku ini bertujuan untuk menarik perhatian merak hijau betina dan menunjukkan kematangan secara seksual terhadap merak hijau betina maupun merak hijau jantan lainnya Gambar 10. Perilaku display dimulai berkisar 1-3 bulan sebelum terjadinya proses perkawinan. Di TNAP awal perkawinan berlangsung pada bulan September dan di TNB berlangsung sekitar bulan Oktober. Di TNAP perilaku display dimulai pada bulan Juni, sedangkan di TNB sekitar bulan Juli. Gambar 10. Perilaku display merak hijau; a merak hijau jantan display di depan merak hijau betina, b merak hijau jantan display di depan merak hijau jantan lainnya Proses display diawali dengan tubuh merak hijau jantan membungkuk ditopang oleh kedua kakinya yang membengkok, diikuti dengan leher yang dilengkungkan membentuk huruf “S” serta mengembangkan bulu-bulunya. Kedua sayap dikembangkan dan diturunkan hingga tungkai kaki. Bulu hias didirikan dengan cara menegakkan bulu ekornya yang berfungsi juga sebagai penopang beban bulu hias. Bulu hias dimekarkannya dengan cara menggoyangkan tubuhnya hingga berbentuk kipas raksasa atau setengah lingkaran sempurna, bulu hias yang mekar ditopang oleh bulu ekor dan kedua sayapnya Gambar 11. Gambar 11. Perilaku display merak hijau; a posisi awal, b posisi sempurna. Saat display untuk menarik perhatian merak hijau betina, merak hijau jantan juga melakukan putaran patah-patah diiringi dengan hentakan kaki ke permukaan saat merak hijau betina mendekatinya. Gerakan ini dilakukan ketika merak hijau betina ingin melihat merak hijau jantan tampak depan. Namun, merak hijau jantan selalu berputar membelakanginya, sehingga merak hijau betina a b a b hanya dapat melihat bagian belakang merak hijau jantan. Akan tetapi merak hijau jantan akan berputar secara mendadak, sehingga menghasilkan posisi berhadapan dan akan menggetarkan bulu hiasnya hingga mengeluarkan bunyi gemerisik. Suara gemerisik tersebut dihasilkan oleh resonansi antara bulu hias satu dengan bulu hias lainnya yang melengkung-lengkung seperti gelombang akibat digetarkan. Selain menggetarkannya, merak hijau akan merundukkan bulu hiasnya seakan- akan menyentuh permukaan yang dipijaknya. Hal tersebut akan dilakukan berulang hingga merak hijau betina menerima tariannya atau menjauhinya. Aktivitas merak hijau betina pada saat merak hijau jantan melakukan display bervariasi. Merak hijau betina yang tertarik pada tarian merak hijau jantan akan mendekatinya dengan berputar mengelilingi merak hijau jantan yang sedang display. Adapun merak hijau betina yang tidak tertarik akan melanjutkan aktivitasnya seperti makan, mandi debu, menelisik dan minum Gambar 12. Gambar 12. Aktivitas merak hijau betina ketika merak hijau jantan display: a makan, b berputar mengelilingi merak hijau jantan. Perilaku display diakhiri dengan cara menurunkan bulu hias langsung ke belakang ataupun ke sisi kanan atau kiri tubuh dengan bantuan bulu ekor seperti menutup kipas. Posisi kepala merundukkan dan memanjangkan ke depan seolah- olah seperti gerakan mematuk makanan di permukaan tanah. Setelah bulu hias diturunkan, kepala akan ditegakkan dan kedua sayap akan ditarik ke posisi semula. Aktivitas ini akan diakhiri dengan perilaku menelisik bulu untuk merapikan bulu- bulunya Gambar 13. a b Gambar 13. Proses akhir perilaku display, dilihat searah jarum jam berurutan dari a-b-d-c. Merak hijau jantan melakukan aktivitas display setelah turun dari dan sebelum naik ke tempat tidurnya. Waktu berlangsungnya aktivitas display terbagi dalam dua kategori yaitu pagi dan sore hari. Di TNAP, aktivitas display berlangsung pada pukul 05.00-11.00 WIB dan berkisar antara pukul 14.00-17.30 WIB. Aktivitas display di TNB berkisar antara pukul 04.00-09.00 WIB dan berlangsung pada pukul 13.00-17.30 WIB. Merak hijau jantan melakukan aktivitas display paling banyak frekuensinya pada pukul 08.00-09.00 WIB di TNAP dan pukul 05.00-06.00 WIB di TNB Gambar 14. Pada pagi hari aktivitas display di TNAP akan bertambah frekuensinya seiring bertambahnya waktu hingga pukul 09.00 WIB. Hal ini, berbanding terbalik dengan TNB yang semakin menurun frekuensi aktivitas display hingga pukul 09.00 WIB. Akan tetapi, waktu aktivitas display sore hari baik di TNAP maupun di TNB memiliki frekuensi sejajar, yaitu mengalami peningkatan pada pukul 14.00-15.00 WIB dan menurun kembali pada pukul 15.00-17.00 WIB. Secara umum, merak hijau jantan di TNB melakukan display rerata 10 kali per jantan per hari, sedangkan merak hijau jantan di TNAP hanya rerata 5 kali per hari melakukan display. a b c d Gambar 14. Grafik frekuensi perilaku display per hari merak hijau jantan di TNAP dan TNB Durasi aktivitas display merak hijau jantan berbeda-beda berdasarkan tipe habitat di TNAP maupun TNB. Durasi rerata terlama di TNAP terdapat di hutan tanaman jati Gunting Perhutani Banyuwangi Selatan, diikuti padang rumput Sadengan dan hutan Rowobendo dengan nilai durasi secara berurutan sebesar 3482 detikhari, 2851 detikhari dan 2264 detikhari. Di TNB, hutan pantai Manting memiliki durasi aktivitas display terlama, diikuti savana Bekol dan hutan evergreen dengan nilai durasi secara berurut sebesar 2992 detikhari, 2785 detikhari dan 1606 detikhari Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi durasi perilaku display merak hijau di TNAP dan TNB Lokasi Durasi Rerata detikhari Ragam Waktu detikhari 2 Durasi Min. detikhari Durasi Maks. detikhari TNAP Padang rumput Sadengan 2851 6708750 361 5442 Hutan tanaman jati Gunting 3482 9313538 430 6533 Hutan Rowobendo 2264 9543948 5353 TNB Savana Bekol 2785 1099293 1737 3834 Hutan pantai Manting 2992 899860 2043 3941 Hutan evergreen 1606 549937 864 2348 Keterangan: = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan Merak hijau jantan biasa melakukan aktivitas display pada areal yang lebih terbuka dibandingkan dengan areal sekitarnya. Areal terbuka yang dibutuhkan 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Rerata frekuensi per hari Waktu WIB TNAP TNB oleh merak hijau jantan minimal berukuran dua kali panjang bulu hiasnya atau sekitar 3x3 meter. Areal terbuka tersebut terkadang memiliki penutupan lahan berupa rerumputan, tumbuhan bawah ataupun tanah. Ketinggian rumput dan tumbuhan bawah tempat merak hijau jantan melakukan aktivitas display tidak akan melebihi tinggi kaki merak hijau jantan tersebut. Frekuensi aktivitas display merak hijau jantan berbeda pada tiap tipe habitat Gambar 15. Merak hijau hutan tanaman jati Gunting melakukan aktivitas display lebih sering dibandingkan dua loksi lainnya di TNAP. Frekuensi aktivitas display merak hijau di hutan tanaman jati Gunting sebesar 10 kali per individu per hari, sedangkan di padang rumput Sadengan dan hutan Rowobendo secara berurut sebanyak delapan dan tujuh kali per individu per hari. Di TNB, aktivitas display merak hijau di atas enam kali per individu per hari. Frekuensi terbesar terjadi di hutan pantai Manting, yaitu merak hijau melakukan aktivitas display sebanyak 16 kali per individu per hari. Gambar 15. Grafik frekuensi harian perilaku display merak hijau di beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB Merak hijau melakukan aktivitas display lebih sering terlihat di padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting daripada hutan Rowobendo, sedangkan di TNB aktivitas display merak hijau paling sedikit ditemukan di hutan evergreen daripada savana Bekol dan hutan pantai Manting. Namun, hal ini tidak 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Padang Rumput Hutan Tanaman Jati Hutan Rowobendo Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen TNAP TNB Rerata frekuensi per hari Tipe Habitat berarti perilaku display dipengaruhi tipe habitat, karena berdasarkan uji chi-square terhadap frekuensi dan durasi bahwa perilaku display merak hijau tidak terpengaruh oleh tipe habitat baik di TNAP maupun TNB χ = 0.000, P = 9.210. Nilai tersebut menunjukkan bahwa merak hijau memiliki peluang melakukan aktivitas display yang sama pada setiap tipe habitat baik di TNAP maupun TNB. Merak hijau jantan melakukan aktivitas display pada termpat terbuka sebagai bentuk strateginya. Tipe habitat di TNAP dan TNB tidak mempengaruhi perilaku display, akan tetapi habitat padang rumput di TNAP dan savana di TNB lebih berpeluang menyediakan tempat terbuka, sehingga merak hijau jantan akan melakukan aktivitas display di padang rumput maupun savana. Mengingat terbuka memiliki peluang dikunjungi oleh merak hijau betina. Perilaku display termasuk dalam perilaku percumbuan courtship. Perilaku display merupakan perilaku pra kawin merak hijau yang dilakukan merak hijau jantan bertujuan untuk menarik perhatian merak hijau betina agar bersedia melakukan perkawinan. McFarland 1987 dalam Dwisatya 2006 menyatakan bahwa percumbuan adalah sebagai permulaan untuk menarik pasangan. Merak hijau melakukan perilaku display merupakan bentuk strategi dalam keberlangsungan hidupnya untuk dapat bereproduksi dengan memanfaatkan bulu indah yang dimilikinya. McFarland 1987 dalam Dwisatya 2006 menyatakan bahwa burung memiliki indera penglihatan dan pendengaran lebih berkembang daripada indera penciuman, sehingga secara umum burung menarik pasangan dengan tarian dan kicauan atau panggilan. Perilaku display dilakukan sebagai strategi seleksi merak hijau guna mendapatkan pejantan dan betina siap kawin yang berkualitas, sehingga menghasilkan keturunan yang bermutu dengan tingkat keselamatan yang tinggi maka akan terjamin keberlangsungan hidup keturunannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Dwisatya 2006 bahwa display sangat penting dalam pengenalan intraspesies untuk menghindari perkawinan silang dan merupakan cara jantan dalam menyebabkan kesiapan betina untuk melakukan kopulasi yang bertepatan dengan terjadinya kopulasi yang memungkinkan berlangsungnya pembuahan. Selain itu, percumbuan meminimalkan resiko perkawinan silang dan menjamin perkawinan hanya terjadi dengan individu spesies yang sama McFarland 1987 dalam Dwisatya 2006. Merak hijau jantan akan melakukan perilaku display saat ada atau tidak ada merak hijau betina di dekatnya, bahkan sering kali dilakukan di depan merak hijau jantan lainnya. Pattaratuma 1977 menyebutkan bahwa saat awal musim percumbuan merak hijau jantan akan berusaha mencari merak hijau betina, lalu akan display setelah menemukannya. Hal ini dipertegas oleh Hernowo 1995 bahwa merak hijau jantan berperilaku display ketika melihat merak hijau betina. Maryanti 2007 berpendapat bahwa aktivitas display dilakukan apabila merak hijau betina mendekat untuk menarik perhatiannya, namun terkadang juga dilakukan di depan merak hijau jantan yang lain untuk menunjukkan kejantanannya pada merak hijau jantan lain. Saat melakukan display, merak hijau jantan akan mengkombinasikan beberapa gerakan seperti berbalik, berputar dan menggerisikkan bulu hiasnya. Hal ini merupakan strategi untuk menambah rangsangan seksual bagi merak hijau betina yang berada didekatnya. Merak hijau jantan akan membelakangi merak hijau betina yang diliriknya, kemudian akan membalikkan tubuhnya ketika merak hijau betina mendekatinya, sehingga memberi kesan keterkejutan dengan memperlihatkan bulu hias bagian depan yang indah penuh warna. Grzimek’s 1972 menyatakan bahwa merak jantan tidak pernah merayu merak betina secara langsung, tetapi segera membalikkan tubuhnya ketika merak betina mendekatinya. Gerakan lain yang dilakukan merak hijau jantan saat display adalah berputar dan menggerisikkan bulu hiasnya. Hal ini bertujuan agar bulu hiasnya mendapatkan pencahayaan dari berbagai sudut, sehingga menambah keindahan bulunya dari efek pencahayaan dan penggetaran bulu hias menambah indah akibat ocelus yang terlihat banyak dan berkilauan. Anonim dalam Dwisatya 2006 menyatakan bahwa struktur dua dimensi berlapis-lapis pada bulu hias merak memiliki perbedaan luas antara lapisan satu dengan yang lainnya memantulkan cahaya-cahaya yang berlainan, sehingga warna yang dihasilkan menjadi bermacam-macam. Karena ini merupakan strategi merak hijau dalam hal pewarisan kondisi tersebut kepada keturunannya, sehingga keturunannya akan berhasil dalam bereproduksi. Selama penelitian diketahui merak hijau jantan melakukan display pada pukul 05.00-11.00 dan 14.00-18.00 WIB di TNAP, sedangkan di TNB berlangsung pada pukul 04.00-09.00 dan 13.00-18.00 WIB. Hasil penelitan lainnya menyebutkan bahwa di TNAP merak hijau jantan melakukan aktivitas display pada pukul 06.00-09.30 dan 14.00-17.30 WIB Maryanti 2007 serta pada pukul 06.00-08.00 dan 16.00-17.00 WIB Sativaningsih 2005. Waktu-waktu yang digunakan merak hijau untuk melakukan aktivitas display merupakan waktu di mana intensitas cahaya matahari banyak tetapi tidak panas. Hal ini bertujuan supaya mendapatkan hasil maksimal dengan memamerkan bulu hiasnya yang indah akibat terkena cahaya yang maksimal tanpa menghilangkan energi yang berlebih akibat kepanasan. Merak hijau lebih sering melakukan aktivitas display pada pagi hari daripada sore hari. Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas display. Pada waktu pagi, merak hijau memiliki energi yang lebih besar serta kondisi intensitas cahaya maksimal dengan angin yang tidak besar. Namun, di sore hari merak hijau jantan akan merasa lelah setelah melakukan aktivitas di pagi dan siang hari, sehingga energinya berkurang serta angin besar yang mengganggu kesempurnaan display. Durasi rerata perilaku display pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB beragam. Sama halnya dengan hasil penelitian Maryanti 2007 menyebutkan bahwa durasi aktivitas display merak hijau di TNAP dan TNB beragam. Namun, hal ini tidak berarti tipe habitat mempengaruhi perilaku display. Karena berdasarkan uji chi-square menunjukkan nilai χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tab baik di TNAP maupun TNB yang berarti tipe habitat tidak mempengaruhi perilaku display. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi durasi aktivitas display, seperti kondisi cuaca, keberadaan merak hijau betina dan keberadaan jantan pesaing. Hernowo 1995 menyatakan bahwa perilaku display tidak hanya dilakukan untuk menarik perhatian betina tetapi juga merupakan tanda pada jantan lainnya pada saat sedang menunjukkan tariannya. Aktivitas ini berlangsung selama 2-5 menit, tetapi aktivitas display yang bertujuan untuk menarik perhatian betina bisa berlangsung lebih dari 7 menit bahkan sampai 30 menit. Merak hijau jantan biasa melakukan aktivitas display pada areal yang lebih terbuka dan datar dibandingkan dengan areal sekitarnya terkadang dengan topografi yang lebih tinggi. Pemilihan tempat tersebut merupakan strategi merak hijau jantan agar mudah terlihat oleh merak hijau betina dan dapat mengawasi merak hijau jantan pesaingnya serta tempat terbuka lebih berpeluang untuk didatangi oleh merak hijau betina. Maryanti 2007 menyebutkan biasanya merak hijau jantan melakukan display di tempat terbuka dan terkena sinar matahari, hal ini merupakan strategi merak hijau jantan untuk menghasilkan gradasi warna di bulu hiasnya karena sinar matahari memiliki spektrum warna yang berbeda dan bila mengenai suatu benda akan berubah warna. Winarto 1993 menyatakan bahwa aktivitas tarian hanya dilakukan pada tempat-tempat yang terbuka di antara waktu makan dan istirahat. Areal terbuka yang dibutuhkan oleh merak hijau jantan minimal berukuran dua kali panjang bulu hiasnya atau sekitar 3x3 meter. Areal terbuka tersebut terkadang memiliki penutupan lahan berupa rerumputan, tumbuhan bawah ataupun tanah. Ketinggian rumput dan tumbuhan bawah tempat merak hijau jantan melakukan aktivitas display tidak akan melebihi tinggi kaki merak hijau jantan tersebut. Sesuai dengan yang diungkapkan Winarto 1993, areal terbuka tempat display berdiameter tiga meter dengan tidak ditumbuhi vegetasi pada tingkat pohon, sapihan ataupun semak bahkan sering dilakukan di jalan-jalan beraspal. Hal ini diikuti oleh Hernowo 1995 yang menyatakan merak memilih tempat yang datar sebagai tempat menari, biasanya tempat ini pada daerah yang sedikit berumput, semak dan beberapa pohon. Sativaningsih 2005 menjelaskan bahwa merak hijau jantan di padang penggembalaan Sadengan memilih tempat yang terbuka, bersih, tanahnya rata atau datar.

5.1.4 Perilaku Suara