Perilaku Pasca Kawin Perilaku Berbiak

sejak awal musim berbiak hingga berakhirnya musim berbiak. Tempatnya berupa areal terbuka dan bersih dari tumbuhan bawah. Selama pengamatan ditemukan sebanyak tiga merak hijau jantan di TNAP dan tiga merak hijau jantan di TNB yang melakukan aktivitas perkawinan. Strategi yang digunakan merak hijau jantan di kedua lokasi tersebut memiliki kesamaan yaitu menguasai sumberdaya pakan atau minum, sehingga memiliki peluang yang lebih besar untuk kawin. Wilayah yang dikuasainya hanya sesaat atau half-time territory yaitu penguasaan wilayah teritori hanya pada saat musim berbiak saja. McFarland 1987 dalam Dwisatya 2006 menyatakan bahwa betina akan memilih jantan yang teritorinya kaya pakan dan tempat bersarang yang memadai. Proses kopulasi merak hijau sangat cepat baik di TNAP maupun TNB, yaitu berdurasi rerata 10-19 detik. McFarland 1993 menyatakan bahwa kopulasi pada jenis burung berlangsung singkat. Hasil penelitian Dwisatya 2006 di TMII mendapatkan proses kopulasi secara keseluruhannya berlangsung singkat, hanya dalam hitungan detik yaitu antara 9-24 detik. Durasi maupun frekuensi aktivitas kawin sama pada beberapa tipe habitat baik di TNAP maupun TNB. Hal ini dipertegas dengan hasil uji chi-square yang menunjukkan nilai χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tab berarti perilaku kawin tidak dipengaruhi oleh tipe habitat. Faktor yang mempengaruhi proses perkawinan, diantaranya: 1 Keadaan cuaca, 2 Kecepatan angin, 3 Aktivitas satwa lain, 4 Faktor internal merak hijau kesiapan kawin, 5 Jumlah merak hijau betina, 6 Jumlah merak hijau jantan pengganggu, 7 Predator, 8 Ketidaksempurnaan fisik, dan 9 Gangguan aktivitas manusia.

5.1.6 Perilaku Pasca Kawin

Merak hijau jantan pada pasca perkawinan akan merontokkan bulu hiasnya setelah hujan turun Gambar 21. Perontokan bulu hiasnya tidak serentak seluruhnya, namun secara bertahap yaitu dari bulu hias yang terpanjang. Waktu yang dibutuhkan untuk merontokkan seluruh bulu hiasnya selama satu bulan. Perontokkan bulu hias ini merupakan strategi merak hijau jantan untuk mengurangi beban bawaan akibat bulu yang basah serta akan memudahkan bergerak apabila ada predator. Gambar 21. Merak hijau jantan yang merontokkan bulu hiasnya di hutan tanaman jati Gunting, TNAP Pasca perkawinan merak hijau betina akan membuat sarang dan bertelur. Masa bersarang atau bertelur ditandai dengan merak hijau betina yang mulai memisahkan diri dari kelompoknya setelah dibuahi merak hijau jantan. Saat penelitian, sarang dan telur merak hijau hanya ditemukan di TNB. Sebanyak tiga buah sarang yang ditemukan, dua sarang ditemukan di bawah pohon talok Grewia elioarpa HM 45 dan pohon akasia duri Acacia leucophloea diantara lamuran Polytrias amaura HM 113 jalan Batangan-Bekol serta satu sarang ditemukan di areal semak belukar di antara tumbuhan bawah putri malu Mimosa pudica dan tembelekan Eupatorium odoratum Gambar 22. Gambar 22. Sarang dan telur merak hijau di TNB, a HM 45, b HM 113 dan c di antara semak belukar Sarang merak hijau berupa tanah cekung berbentuk elips dengan ukuran berkisar antara 23.7-30x17.7-30 cm pada areal terbuka berserasah yang sedikit ditumbuhi vegetasi pada tingkat pohon dan sapihan serta terkena sedikit sinar matahari agar selalu hangat. Berdasarkan tiga sarang yang ditemukan, jumlah a b c Foto by: Widyantoro telur per sarang berkisar antara 3-5 buah. Ukuran rerata telur merak hijau 73.86x54.71 mm n = 7. Akhir musim berbiak merak hijau ditandai dengan datangnya musim penghujan. Merak hijau jantan yang telah melakukan perkawinan akan merontokkan bulu hiasnya akibat sering menyentuh permukaan tanah yang basah, sehingga membuat bulu menjadi basah, kusam dan rentan akan kutu dan kuman. Selain itu, akibat basah berat bulu akan bertambah, sehingga memperlambat gerakan merak itu sendiri dan banyak menghabiskan energi. Sementara itu, merak hijau betina pasca kawin memisahkan diri dari kelompoknya untuk membuat sarang dan bertelur. Sarang merak hijau berupa tanah cekung berbentuk elips dengan ukuran berkisar antara 23.7-30x7.7-30 cm n = 3 pada areal terbuka berserasah yang sedikit ditumbuhi vegetasi pada tinggat pohon dan sapihan serta terkena sedikit sinar matahari agar selalu hangat. Winarto 1993 dan Hernowo 1995 menyatakan bahwa sarang merak hijau berbentuk oval. Serta Hernowo 1995 menambahkan bahwa merak hijau bersarang diantara semak dan rerumputan di areal terbuka sedikit pohon. Blake 1993 dalam Dwisatya 2006 menyebutkan bahwa merak hijau betina normal menghasilkan enam butir telur dan akan dieraminya selama 26 sampai dengan 30 hari, namun biasanya selama 28 hari. Setelah telur menetas, induk merak hijau betina anak memelihara anakan merak Gambar 23. Anakan merak hijau saat berumur satu bulan sudah dapat tidur di atas pohon bersama induknya Adjir press.com. 2007. Gambar 23. Anakan merak hijau berumur empat hari. 5.2 Perilaku Harian pada Musim Berbiak 5.2.1 Perilaku Makan