penyebab tidak ditemukannya aktivitas mandi debu di dua lokasi tersebut adalah aktivitas ‘gerandong’ atau angkutan kayu akasia duri yang sering lewat sepanjang
jalur Batangan-Bekol serta aktvitas pencurian daun gebang di sekitar hutan pantai yang selalu mengganggu merak hijau untuk diambil bulu-bulunya.
5.2.6 Perilaku Berlindung
Perilaku berlindung merupakan tanggapan alami dari merak hijau terhadap gangguan yang datang. Tanggapan merak hijau terhadap gangguan yang datang
beragam dari mulai menunjukkan sikap curiga dengan mengeluarkan suara “tk…tk…tk…” ataupun “krooow” sambil berjalan menjauh dari sumber gangguan
hingga terbang menjauh dengan mengeluarkan suara “kokokokok” ataupun tidak. Sumber gangguan dapat berupa individu merak hijau lainnya, satwa lainnya baik
predator maupun non-predator serta manusia yang beraktivitas di dekat merak hijau.
Gambar 43. Perilaku berlindung merak hijau; a curiga, b terbang menghindar dan c menghindar dari serangan elang-laut perut-putih
Ketika mencurigai sesuatu yang dapat membahayakan dirinya, merak hijau akan bersikap terlihat tegang dengan menegakkan lehernya dan posisi berdiri
sempurna serta kepala yang diarahkan ke segala arah mencari tempat perlindungan Gambar 43. Aktivitas tersebut diikuti dengan suara curiga yang
dikeluarkannya. Ketika gangguan atau ancaman tersebut dapat menjadi bahaya, merak hijau akan terbang ke tempat yang membuatnya aman. Tempat yang biasa
digunakan untuk berlindung adalah tajuk pohon dan semak belukar. Selama di tempat perlindungan merak hijau akan terus bersuara “tk…tk…tk…” atau
“krooow” hingga merak hijau merasa aman. Sumber gangguan merak hijau di TNAP diantaranya manusia pengunjung,
petugas, pesanggem, pemburu dan peneliti, elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster, elang-ular bido Spilornis cheela, elang brontok Spizaetus
a b c
cirrhatus, anjing kampung dan merak hijau. Sementara, gangguan merak hijau di TNB bersumber dari manusia pengunjung, petugas, gelandong, pencuri dan
peneliti, ajag Cuon alpinus, elang brontok, elang-ular bido, monyet-ekor panjang Macaca fascicularis, lutung budeng Presbytis aurata, garangan jawa
Herpestes javanica, kucing hutan Felix bengalensis, biawak air-asia Varanus salvator dan merak hijau. Berdasarkan sumber gannguannya tingkat ancaman
hingga mengakibatkan kematian di TNAP tidak ditemukan, sedangkan di TNB ditemukan 3 individu tewas akibat predator.
Gambar 44. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku berlindung merak hijau di TNAP dan TNB
Perilaku berlindung merak hijau baik di TNAP maupun di TNB sudah terjadi saat memulai aktivitas hariannya hingga naik ke pohon tidurnya Gambar
44. Merak hijau di TNAP mengalami gangguan hingga harus berlindung berkisar pada pukul 05.00-11.00 WIB dan 14.00-18.00 WIB dengan frekuensi
tertinggi terjadi gangguan pada pukul 07.00-08.00 WIB. Di TNB merak hijau memiliki selang waktu mengalami gangguan yang lebih sempit, yaitu terjadi pada
waktu antara pukul 05.00-09.00 WIB dan 14.00-18.00 WIB. Frekuensi gangguan yang dialami merak hijau di TNB lebih sering terjadi pada pukul 07.00 WIB.
Namun secara umum, sebaran penggunaan waktu merak hijau di TNB terganggu
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14 0.16
0.18 0.2
Rerata frekuensi per hari
Waktu WIB
TNAP TNB
sering terjadi di sore hari, yaitu saat pukul 16.00-18.00 WIB, sedangkan di TNAP pada pagi hari berkisar antara pukul 07.00-09.00 WIB.
Tabel 18. Rekapitulasi durasi perilaku berlindung merak hijau di TNAP dan TNB
Lokasi Durasi
Rerata
detikhari Ragam
Waktu detikhari
2
Durasi Min.
detikhari Durasi
Maks detikhari
♂ ♀
♂ ♀
♂ ♀
♂ ♀
TNAP
Padang rumput Sadengan 379
833 1246905
2051940 1495
2265 Hutan tanaman jati Gunting
1382 1262 14007694 2527560 0 5124 2852
Hutan Rowobendo 1235
1235 2770304
2800004 2899
2908
TNB
Savana Bekol 273
273 818182
818182 1177
1177 Hutan pantai Manting
252 492
571040 1076640
1008 1530
Hutan evergreen 1740 1787
3562200 3615748
3627 3688
Keterangan: ♂ = jantan; ♀ = betina; = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
Perilaku berlindung ditemukan di seluruh lokasi pengamatan di TNAP dan TNB dengan durasi yang beragam Tabel 18. Merak hijau jantan di hutan
tanaman jati Gunting melakukan aktivitas berlindung terlama dengan durasi 1382 detikhari, sedangkan merak hijau betina di padang rumput Sadengan merupakan
merak hijau betina berdurasi tersingkat untuk berlindung dari gangguan dengan durasi sebesar 833 detikhari dibandingkan dua lokasi lainnya di TNAP. Merak
hijau jantan dan betina di TNB yang memiliki durasi maksimum terlama adalah merak hijau di hutan evergreen, dengan nilai masing-masing secara berurut
sebesar 3627 detikhari dan 3688 detikhari. Di TNAP, aktivitas berlindung lebih lama dilakukan oleh merak hijau betina daripada merak hijau jantan F = 2.80; v
1
= 40, v
2
= 40, sedangkan merak hijau di TNB memiliki durasi aktivitas berlindung yang sama antara betina dan jantan karena masih dalam satu kelompok
dengan kesamaan ragam F = 1.12; v
1
= 25, v
2
= 25. Di TNAP merak hijau lebih sering berlindung daripada merak hijau di
TNB, karena frekuensi merak hijau di TNAP mengalami gangguan lebih sering dibandingkan merak hijau di TNB Gambar 45. Merak hijau di TNAP dan TNB
minimal melakukan aktivitas berlindung dalam satu hari sebanyak satu kali. Merak hijau di hutan tanaman jati Gunting lebih sering berlindung dari pada
padang rumput Sadengan dan hutan Rowobendo. Di hutan tanaman jati Gunting merak hijau berlindung akibat gangguan sebanyak 2-3 kali per individu per hari.
Sementara itu, merak hijau di hutan evergreen lebih sering berlindung daripada savana Bekol dan hutan pantai Manting.
Gambar 45. Grafik frekuensi harian perilaku berlindung merak hijau pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB
Uji chi-square terhadap frekuensi perilaku berlindung menunjukkan bahwa merak hijau di TNAP memiliki peluang yang berbeda untuk melakukan perilaku
berlindung di padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo
χ = 55.102, P 0.01, yang menandakan bahwa tipe habitat berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi perilaku berlindung merak hijau.
Sama halnya dengan lamanya merak hijau berlindung dari gangguan sangat terpengaruh nyata oleh tipe habitat
χ = 41.255, P 0.01. Hal yang sama terhadap hasil uji chi-square perilaku berlindung merak
hijau di TNB. Tipe habitat memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap frekuensi dan durasi berlindung merak hijau. Tipe habitat seperti savana Bekol,
hutan pantai Manting dan hutan evergreen berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi dan lamanya merak hijau berlindung di TNB
χ = 9.303, P 0.01. Perilaku berlindung adalah perilaku individu ketika merasa terancam dari
gangguan dengan respon yang beragam dapat berupa berjalan menjauh, terbang ke pohon atau masuk ke dalam semak-semak Maryanti 2007. Menurut
Sativaningsih 2005, merak hijau merespon adanya gangguan tergantung pada jarak gangguan dan kondisi merak hijau saat gangguan tersebut muncul. Selama
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
Padang Rumput Hutan Tanaman
Jati Hutan
Rowobendo Savana
Hutan Pantai Hutan Evergreen
TNAP TNB
Rerata frekuensi per hari
Tipe Habitat
pengamatan merak hijau lebih banyak melakukan berlindung daripada menghadapi gangguan tersebut.
Saat terganggu dan atau merasa terganggu, merak hijau akan berlindung disertai suara-suara yang dikeluarkannya. Ketika terbang menghindar gangguan
merak mengeluarkan suara “kokoko…” Hernowo 1995; Sativaningsih 2005; Dwisatya 2006 dan Maryanti 2007 sedangkan ketika mencurigai sesuatu, merak
akan mengeluarkan suara “tk…tk…tk…” Winarto 1993; Hernowo 1995; Sativaningsih 2005 dan Maryanti 2007. Setelah ancaman atau gangguan sudah
mereda merak hijau akan keluar dari tempat berlindung dan melanjutkan aktivitasnya semula dengan sikap masih siaga dan waspada.
Gangguan atau ancaman terhadap merak hijau bisa terjadi setiap saat selama 24 jam Maryanti 2007. Akan tetapi pada pukul 07.00-08.00 WIB di
TNAP memiliki frekuensi terbanyak merak hijau mengalami gangguan. Terutama dikarenakan oleh pesanggem di hutan tanaman jati Gunting sebagai tempat
tersering merak hijau mengalami gangguan dari pada di padang rumput Sadengan dan hutan Rowobendo. Berbeda halnya dengan padang rumput yang selalu dijaga
relawan dan selalu diperiksa keadaanya oleh polhut, sehingga relatif lebih aman dibandingkan tempat lain.
Di TNB, merak hijau sering terganggu pada pukul 07.00 dan 16.00 WIB. Maryanti 2007 menyebutkan intensitas terbesar merak hijau mengalami
gangguan antara pukul 06.00-07.00 dan 15.00-16.00 WIB. Hal ini berhubungan dengan aktivitas manusia yang mulai aktif pada waktu tersebut, terutama angkutan
pembinaan akasia duri. Merak hijau memiliki peluang yang berbeda mendapat gangguan baik di
padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan alam Rowobendo berdasarkan hasil uji chi-square di TNAP. Merak hijau di hutan tanaman jati
lebih sering mengalami gangguan dengan durasi berlindungnnya paling lama dari dua lokasi lainnya. Gangguan ini disebabkan oleh pesanggem yang menjaga
tumbuhan tumpangsarinya, sehingga intensitas mengalami gangguan yang sering. Dalam mengusir merak sering menggunakan batu yang menyebabkan trauma,
maka saat terjadi pengusiran kembali merak akan berlindung sangat lama hingga
situasi aman. Merak hijau pada habitat yang terdapat interaksi manusia akan berpeluang besar mengalami gangguan.
Merak hijau di TNB memiliki hasil uji chi-square yang sama dengan TNAP. Akan tetapi durasi dan frekuensi perilaku berlindung tidak berbanding
lurus. Hutan evergreen merupakan tempat terbanyak terjadinya frekuensi ganguan, namun memiliki durasi berlindung yang lebih kecil dari savana Bekol.
Karena sumber gangguan di hutan evergreen hanya bersifat insidensial yaitu berupa kendaraan yang lewat. Sementara itu, sumber gangguan pada merak hijau
di savana Bekol banyak berasal dari predatornya seperti anjing liar dan elang brontok, sehingga merak hijau akan berlindung lebih lama.
5.2.7 Perilaku Bertarung