Merak hijau jantan biasa melakukan aktivitas display pada areal yang lebih terbuka dan datar dibandingkan dengan areal sekitarnya terkadang dengan
topografi yang lebih tinggi. Pemilihan tempat tersebut merupakan strategi merak hijau jantan agar mudah terlihat oleh merak hijau betina dan dapat mengawasi
merak hijau jantan pesaingnya serta tempat terbuka lebih berpeluang untuk didatangi oleh merak hijau betina. Maryanti 2007 menyebutkan biasanya merak
hijau jantan melakukan display di tempat terbuka dan terkena sinar matahari, hal ini merupakan strategi merak hijau jantan untuk menghasilkan gradasi warna di
bulu hiasnya karena sinar matahari memiliki spektrum warna yang berbeda dan bila mengenai suatu benda akan berubah warna. Winarto 1993 menyatakan
bahwa aktivitas tarian hanya dilakukan pada tempat-tempat yang terbuka di antara waktu makan dan istirahat.
Areal terbuka yang dibutuhkan oleh merak hijau jantan minimal berukuran dua kali panjang bulu hiasnya atau sekitar 3x3 meter. Areal terbuka tersebut
terkadang memiliki penutupan lahan berupa rerumputan, tumbuhan bawah ataupun tanah. Ketinggian rumput dan tumbuhan bawah tempat merak hijau
jantan melakukan aktivitas display tidak akan melebihi tinggi kaki merak hijau jantan tersebut. Sesuai dengan yang diungkapkan Winarto 1993, areal terbuka
tempat display berdiameter tiga meter dengan tidak ditumbuhi vegetasi pada tingkat pohon, sapihan ataupun semak bahkan sering dilakukan di jalan-jalan
beraspal. Hal ini diikuti oleh Hernowo 1995 yang menyatakan merak memilih tempat yang datar sebagai tempat menari, biasanya tempat ini pada daerah yang
sedikit berumput, semak dan beberapa pohon. Sativaningsih 2005 menjelaskan bahwa merak hijau jantan di padang penggembalaan Sadengan memilih tempat
yang terbuka, bersih, tanahnya rata atau datar.
5.1.4 Perilaku Suara
Aktivitas bersuara dilakukan oleh merak hijau jantan dan betina baik dewasa, remaja maupun anakan. Perilaku bersuara merak hijau merupakan
strategi dalam berkomunikasi, yaitu sebagai tanda keberadaaan dirinya maupun satwaliar lainnya dan penandaan kematangan siap kawin. Suara sebagai salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perkawinan, karena suara sebagai salah satu alat pemikat merak hijau jantan terhadap merak hijau betina.
Saat musim berbiak datang, merak hijau mengeluarkan suara khas yang hanya dikeluarkan oleh jantan. Terdapat dua tipe suara yang menjadi ciri khas
musim berbiak, yaitu suara seperti kucing “ngeeyaaoow”; ”mahaaoow” atau “eewaaoow” serta suara seperti rem kendaraan bermotor “sheeiikks”. Tipe suara
lain yang tercatat selama penelitian di TNAP dan TNB adalah “auwo”, “kokokok”, “tk…tk…tk…”, “krooow”, “ngook” dan “wii…wii…wii…”. Total tipe suara
merak hijau yang ditemukan sebanyak delapan tipe suara. Kedelapan tipe suara merak hijau yang tercatat pada saat penelitian
memiliki arti tersendiri untuk setiap tipe suaranya, yaitu: 1 Tipe I : “auwo”
Suara tipe I merupakan tipe suara umum yang dikeluarkan merak hijau, baik merak hijau jantan maupun betina. Tipe suara ini bervariasi dari satu kali
hingga empat kali bersuara. Pengeluaran suara tipe I merupakan bentuk ekspresi dari strategi merak hijau dalam memberi tanda akan keberadaannya
dan untuk mencari keberadaan individu lainnya. Seringkali merak hijau bersuara “auwo” ketika terdengar suara lain yang mengejutkan atau ribut
tetapi tidak membahayakan, seperti suara gemuruh mesin pesawat terbang, suara mesin dan klakson kendaraan bermotor serta suara satwaliar yang
berkelahi. Merak hijau betina lebih sering mengeluarkan suara variasi dua kali “auwo…auwo…”, yaitu terdengar 7.25 kali per individu per hari di
hutan tanaman jati Gunting dan 10.00 kali per individu per hari di savana Bekol TNB, sedangkan merak hijau jantan lebih sering mengeluarkan suara
variasi tiga kali “auwo…auwo…auwo…”, seperti yang terdengar di padang rumput Sadengan TNAP sebesar 3.50 kali per individu per hari dan
sebanyak 3.82 kali per individu per hari di savana Bekol TNB Tabel 2. Tabel 2. Frekuensi suara tipe I di TNAP dan TNB per individu per hari
Lokasi auwo 1x
auwo 2x auwo 3x
auwo 4x ♂
♀ ♂
♀ ♂
♀ ♂
♀ TNAP
Sadengan 1.19 1.38 1.94 4.69 3.50 2.00 0.06 0.06
Gunting 0.38 1.56 0.25 7.25 2.94 0.38 0.69 0.00
Rowobendo 0.33 2.00 0.22 5.67 2.33 0.67 0.22 0.00
TNB
Bekol 0.36 0.45
0.36 10.00
3.82 0.09
0.00 0.00
Manting 0.20 0.80
0.00 9.70 0.30 0.10 0.00
0.00 Evergreen
0.00 0.00 0.00 9.80 0.20 0.00 0.00
0.00
Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
2 Tipe II : “kokokok” Secara umum, suara tipe II dikeluarkan oleh merak hijau saat terbang, baik
itu karena mendapat gangguan atau saat akan turun dari pohon maupun naik ke pohon. Namun, suara ini dikeluarkan juga ketika pagi hari yaitu saat
bangun dari tidur serta dikeluarkan juga saat lari akibat dikejar individu lain atau satwa lain dan dikeluarkan akibat merak hijau tersebut melihat individu
lain dalam keadaan bahaya. Suara tipe II ini lebih sering dikeluarkan oleh merak hijau betina di TNAP, seperti merak hijau betina di padang rumput
Sadengan TNAP yang memiliki frekuensi 0.19 dan 1.50 kali per individu per hari. Namun, di TNB suara tipe ini berimbang baik merak hijau jantan
maupun betina, seperti di hutan pantai Manting merak hijau jantan mengeluarkan suara “auwo…kokokok” sebanyak 2.40 kali per individu per
hari, sedangkan merak hijau betina hanya 1.80 kali per individu per hari. Hal ini berbalik jika dilihat di hutan evergreen, dimana merak hijau jantan
tidak bersuara namun merak hijau betina mengeluarkan suara “auwo…kokokok” sebanyak 2.60 kali per individu per hari. Suara tipe II
memiliki variasi suara, yaitu gabungan antara suara tipe I dan II yang berbunyi “auwo…kokokok”. Variasi “auwo…kokokok” ini memiliki
makna yang sama dengan suara “kokokok”, namun terkadang suara ini digunakan untuk mengetahui individu lainnya. Variasi “auwo…kokokok”
lebih sering terdengar dibandingkan suara “kokokok” Tabel 3. Tabel 3. Frekuensi suara tipe II di TNAP dan TNB per individu per hari
Lokasi kokokok
auwo…kokokok ♂
♀ ♂
♀ TNAP
Sadengan 0.00 0.19 0.25 1.50 Gunting
0.06 0.50 0.63 1.25 Rowobendo 0.11
0.11 1.00
1.44
TNB
Bekol 0.36 0.18
1.64 1.27
Manting 0.00 0.00 2.40 1.80
Evergreen 0.00 1.80 0.00 2.60
Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
3 Tipe III : “tk…tk…tk…” Suara tipe ini menunjukan bahwa merak hijau sedang mencurigai sesuatu,
tetapi kecurigaannya itu belum sampai pada taraf terganggu atau berbahaya bagi dirinya. Aktivitas ini sering bersamaan dengan aktivitas makan sambil
berjalan. Tipe suara ini memiliki tiga variasi diantaranya “tk…tk…tk…”, “tk…tk…tk…kokokok” dan “tk…tk…tk… krooow”. Tipe suara ini
dikeluarkan oleh merak hijau betina. Di TNAP, tipe suara III paling sering terdengar di hutan tanaman jati Gunting, yaitu suara “tk…tk…tk…”, “tk…
tk…tk…kokokok” dan “tk…tk…tk…krooow” secara berurut sebanyak 0.31, 0.06 dan 0.56 kali per individu per hari. Suara tipe III di TNB lebih sering
terdengar di savana Bekol, yaitu sebanyak 0.91 dan 0.09 kali per individu per hari untuk variasi “tk…tk…tk…” dan “tk…tk…tk… krooow” Tabel 4.
Tabel 4. Frekuensi suara tipe III di TNAP dan TNB per individu per hari
Lokasi tk…tk…tk… tk…tk…tk…kokokok tk…tk…tk…krooow
♂ ♀
♂ ♀
♂ ♀
TNAP
Sadengan 0.00 0.19 0.00
0.06 0.00 0.44
Gunting 0.00
0.31 0.00 0.06 0.00
0.56 Rowobendo 0.00
0.11 0.00 0.00 0.00
0.22
TNB
Bekol 0.00 0.91 0.00
0.00 0.00
0.09 Manting 0.00
0.10 0.00 0.00
0.00 0.00
Evergreen 0.00 0.80 0.00
0.00 0.00
0.00
Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
4 Tipe IV : “krooow” Suara tipe IV memiliki makna yang hampir sama dengan suara tipe III, yaitu
merupakan sinyal mencurigai sesuatu. Namun, tipe ini mengindikasikan curiga terhadap suatu yang dapat membahayakannya. Variasi yang sering
terdengar dari tipe ini adalah suara “krooow” dibandingkan suara “krooow…kokokok”. Hal ini terlihat di TNAP dan TNB, merak hijau
betina di kedua lokasi tersebut mengeluarkan variasi tipe suara tersebut, yaitu di padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting sebanyak
0.19 kali per individu per hari, hutan Rowobendo sebanyak 0.22 kali per individu per hari, savana Bekol sebanyak 0.09 kali per individu per hari
serta hutan pantai Manting dan hutan evergreen sebanyak 0.20 kali per individu per hari Tabel 5. Merak hijau jantan hanya terdengar di hutan
Rowobendo dan savana Bekol mengeluarkan suara “krooow…kokokok” sebanyak 0.11 dan 0.18 kali per individu per hari.
Tabel 5. Frekuensi suara tipe IV di TNAP dan TNB per individu per hari
Lokasi krooow krooow…kokokok
♂ ♀
♂ ♀
TNAP
Sadengan 0.00 0.19 0.00
0.00 Gunting
0.00 0.19 0.00
0.06 Rowobendo 0.00
0.22 0.11 0.00 TNB
Bekol 0.00 0.09 0.18 0.18
Manting 0.00 0.20 0.00
0.20 Evergreen 0.00
0.20 0.00 0.00
Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
5 Tipe V : “ngook” Suara tipe V memiliki makna beragam. Di TNAP, suara ini terdengar di
padang rumput Sadengan yang dikeluarkan oleh merak hijau betina yang sedang jalan saat tertinggal oleh kelompoknya, yaitu sebayak 0.06 kali per
individu per hari. Untuk suara yang terdengar di hutan tanaman jati Gunting, merak hijau jantan terlihat bersuara saat akan melakukan display sebanyak
0.19 kali per individu per hari, sedangkan merak hijau betina yang mengeluarkan suara “ngook” terlihat sedang mengamati merak hijau betina
lainnya kawin sebanyak 0.19 kali per individu per hari. Di TNB, suara ini dikeluarkan oleh merak hijau jantan saat akan melakukan display, yaitu
sebanyak 0.36 kali per individu per hari di savana Bekol dan di hutan pantai Manting sebanyak 0.50 kali per individu per hari. Sementara itu, merak
hijau betina bersuara saat akan menuju bak minum di savana Bekol sebanyak 0.09 kali per individu per hari dan sebanyak 0.10 kali per individu
per hari sedang berteduh di bawah pohon di hutan pantai Manting Tabel 6. Tabel 6. Frekuensi suara tipe V di TNAP dan TNB per individu per hari
Lokasi ngook
♂ ♀
TNAP
Sadengan 0.00 0.06
Gunting 0.19 0.19
Rowobendo 0.00 0.00
TNB
Bekol 0.36 0.09
Manting 0.50 0.10
Evergreen 0.00 0.00
Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
6 Tipe VI : “eewaaoow” Tipe suara ini hanya dikeluarkan oleh merak hijau jantan pada saat musim
berbiak. Di TNAP, suara ini terdengar pada awal bulan September, sedangkan di TNB terdengar pada bulan Oktober. Suara tipe VI bermakna
bahwa merak hijau jantan tersebut siap untuk kawin. Suara panggilan ini dilakukan baik sedang display atau disela-sela aktivitas lain. Terdapat tiga
variasi dari tipe suara ini, yaitu “eewaaoow”, “maahaaoow” dan “ngeeyaaoow”. Tipe suara ini paling sering terdengar di hutan tanaman jati
Gunting TNAP sebanyak 1.56 sampai 5.50 kali per individu per hari, sedangkan di TNB suara ini lebih sering terdengar di hutan pantai Manting,
yaitu sebanyak 10.30 kali per individu per hari Tabel 7. Tabel 7. Frekuensi suara tipe VI di TNAP dan TNB per individu per hari
Lokasi eewaaoow maahaaoow ngeeyaaoow TNAP
Sadengan 0.56 0.38
2.44 Gunting
3.38 1.56 5.50 Rowobendo 2.67
1.22 4.33
TNB
Bekol 6.27 4.64 4.55 Manting 10.30
6.90 6.60
Evergreen 6.40 6.20
6.20
Keterangan : = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
7 Tipe VII : “sheeiikks” Tipe suara ini merupakan suara khas yang dikeluarkan pada musim berbiak
selain suara tipe VI. Suara tipe ini lebih dapat dijadikan sebagai patokan kematangan seksual merak hijau jantan, karena selama penelitian suara ini
hanya terdengar dari merak hijau jantan yang kawin. Suara tipe VII dikeluarkan pada saat merak hijau jantan akan naik ke atas punggung merak
hijau betina dan saat merak hijau melakukan aktivitas display. Di TNAP, suara “sheeiikks” terdengar di padang rumput Sadengan sebanyak 0.38 kali
per individu per hari dan hutan tanaman jati Gunting sebanyak 0.13 kali per individu per hari. Di kedua lokasi tersebut hanya terdengar saat kawin,
yaitu saat merak hijau jantan akan naik ke atas ke punggung merak hijau betina. Namun, suara “sheeiikks” di TNB terdengar saat display dan kawin,
yaitu di savana Bekol sebanyak 0.45 kali per individu per hari dan di hutan pantai Manting sebanyak 1.70 kali per individu per hari Tabel 8.
Tabel 8. Frekuensi suara tipe VII di TNAP dan TNB per individu per hari
Lokasi sheeiikks TNAP
Sadengan 0.38 Gunting
0.13 Rowobendo 0.00
TNB
Bekol 0.45 Manting 1.70
Evergreen 0.00
Keterangan : = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
8 Tipe VIII : “wi…wi…wi…” Suara tipe VIII merupakan suara yang dikeluarkan oleh anakan merak hijau.
Suara “wi…wi…wi…” adalah suara pertama yang dikeluarkan oleh merak hijau saat keluar dari cangkang telurnya. Suara tipe ini hanya terdengar di
TNB, yaitu hasil sitaan petugas dari pencari telur merak hijau. Secara umum, perilaku suara merak hijau merupakan perilaku pembuka
dan penutup aktivitas hariannya. Merak hijau bersuara di TNAP dimulai pada pukul 04.00 sampai dengan 18.00 WIB, sedangkan di TNB merak hijau bersuara
dimulai dari pukul 03.00 sampai dengan 18.00 WIB Gambar 16 dan 17. Di TNAP, merak hijau lebih sering bersuara pada pagi hari dari pukul 05.00-08.00
WIB dan sore hari pada pukul 14.00-18.00 WIB, sedangkan merak hijau di TNB bersuara pada pagi hari dari pukul 04.00-07.00 WIB dan sore hari pada pukul
14.00-18.00 WIB. Suara “auwo” lebih banyak terdengar pada pukul 05.00 WIB dan 17.00
WIB ke atas di TNAP dan TNB. Merak hijau jantan di TNAP memiliki frekuensi seimbang antara suara “auwo” dan “eewaaoow” Gambar 16b.
Berbeda dengan merak hijau jantan di TNB yang memiliki frekuensi suara “eewaaoow” lebih banyak dibandingkan suara “auwo”Gambar 17b. Selain itu,
suara “eewaaoow” di TNAP lebih banyak terdengar pada pukul 07.00 WIB sedangkan di TNB suara “eewaaoow” lebih banyak terdengar pada pukul 05.00
WIB. Suara “tk…tk…tk…” merupakan tipe suara yang dikeluarkan oleh merak
hijau betina, karena merak hijau betina hidup berkelompok, sehingga saling mengingatkan akan bahaya yang datang. Suara ini paling banyak terdengar pada
pukul 06.00 WIB baik di TNAP maupun TNB Gambar 16a dan 17a. Hal ini
berkaitan dengan aktivitas manusia dan satwa lain mulai beraktivitas pada tempat yang sama.
Tipe suara “kokokok” di TNAP terdengar mulai pukul 04.00-08.00 WIB pada pagi hari dan 16.00-18.00 WIB pada sore hari untuk merak hijau betina,
sedangkan merak hijau jantan bersuara pada pagi hari pukul 05.00-07.00 WIB dan sore hari pukul 14.00-18.00 WIB Gambar 16. Di TNB tipe suara “kokokok”
terdengar pada pagi hari pukul 04.00-08.00 WIB dan pukul 14.00-18.00 WIB pada sore hari baik merak hijau jantan maupun merak hijau betina Gambar 17.
Tipe suara “sheeiikkss” terdengar di TNAP dan TNB Gambar 16b dan 17b. Di TNAP, suara tersebut hanya terdengar di pagi hari berkisar pada pukul
04.00, 05.00 dan 07.00 WIB. Sementara itu, suara “sheeiikks” terdengar pada pagi dan sore hari di TNB. Pagi hari hari suara tersebut terdengar pada pukul
04.00-06.00 WIB, sedangkan sore hari suara “sheeiikks” terdengar pada pukul 15.00 WIB saja.
Aktivitas suara merak hijau pada pukul 10.00-13.00 WIB baik di TNAP maupun TNB merupakan frekuensi terendah Gambar 16 dan 17. Hal ini
berkaitan dengan aktivitas istirahat yang dilakukannya pada selang waktu tersebut, sehingga merak hijau mengurangi bersuara agar keberadaannya tidak
diketahui oleh predator. Tipe suara yang terdengar pada selang waktu tersebut antara lain, tipe suara “auwo”, “kokokok” dan “eewaaoow”. Dari ketiga tipe
suara tersebut merak hijau betina yang sering mengeluarkan suara “auwo” pada selang waktu siang hari dari pukul 10.00-13.00 WIB.
Tipe suara “krooow” hanya dikeluarkan oleh merak hijau betina baik di TNAP maupun TNB Gambar 16 dan 17. Suara “krooow” frekuensi tertinggi di
TNAP terjadi hanya pada pagi hari pada pukul 05.00 dan pukul 07.00 WIB. Di TNB, tipe suara “krooow” terdengar di pagi hari pada pukul 05.00-06.00 WIB dan
sore hari pada pukul 15.00 dan pukul 17.00 WIB.
a
b Gambar 16. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku suara merak
hijau di TNAP; a merak hijau betina, b merak hijau jantan
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
Rerata frekuensi per hari
Waktu WIB
auwo kokokok
tk…tk…tk… krooow
ngook
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8
Rerata frekuensi per hari
Waktu WIB
auwo kokokok
tk…tk…tk… krooow
ngook eewaaoow
sheeiikks
a
b Gambar 17. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku suara merak
hijau di TNB; a merak hijau betina, b merak hijau jantan Tipe suara yang terdengar memiliki jumlah yang berbeda di tiap habitat.
Tipe suara terlengkap terdengar di savana Gambar 18. Hutan Rowobendo merupakan tipe habitat yang memiliki jumlah dan frekuensi tipe suara terendah
per harinya dibandingkan tipe habitat lainnya. Tipe suara “auwo” frekuensi
0.5 1
1.5 2
2.5
Rerata frekuensi per hari
Waktu WIB
auwo kokokok
tk…tk…tk… krooow
ngook
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
4.5 5
Rerata frekuensi per hari
Waktu WIB
auwo kokokok
tk…tk…tk… krooow
ngook eewaaoow
sheeiikks
paling banyak terdengar di savana. Frekuensi tipe suara “tk…tk…tk…” terbanyak di hutan tanaman jati dan savana sebanyak 1.00 kali per hari.
Sementara itu, tipe suara “eewaaoow” dan tipe suara “sheeiikks” frekuensi terbanyak terdengar di hutan pantai.
Gambar 18. Grafik frekuensi harian perilaku suara merak hijau di beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB
Hasil uji chi-square terhadap tipe suara merak hijau menunjukkan bahwa di TNAP yang diwakili dengan tipe habitat padang rumput, hutan tanaman jati
dan hutan Rowobendo memiliki nilai χ = 3.796, P = 9.210. Hal ini
menunjukkan bahwa frekuensi tipe suara akan sama pada tipe habitat yang berbeda. Di TNAP, frekuensi tipe suara yang terdengar di padang rumput
Sadengan, areal tumpangsari, dan hutan Ngagelan memiliki peluang yang sama. Berbeda halnya di TNB yang diwakili dengan tipe habitat savana, hutan pantai
dan evergreen memiliki pengaruh terhadap aktivitas bersuara merak hijau χ =
73.466, P 0.01. Frekuensi suara merak hijau akan berlainan pada setiap tipe habitat yang berbeda di TNB, dalam hal ini pada habitat savana Bekol, hutan
pantai Manting dan hutan evergreen. Suara merupakan strategi merak hijau untuk saling berkomunikasi antar
individu untuk menandai dan mengetahui keberadaan. Frekuensi suara merak hijau di TNAP berpeluang sama karena merak hijau di TNAP akan berkumpul di
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
Padang Rumput Hutan Tanaman
Jati Hutan
Rowobendo Savana
Hutan Pantai Hutan Evergreen
TNAP TNB
Rerata frekuensi per hari
Tipe Habitat
auwo kokokok
tk…tk…tk… krooow
ngook eewaaoow
sheeiikks
areal terbuka pada habitat padang rumput, hutan tanaman jati dan hutan alam untuk beraktivitas sepanjang hari selama musim berbiak. Berbeda halnya dengan
merak hijau di TNB yang hidup menyebar luas pada habitat yang relatif terbuka. Sebanyak 40 kawasan TNB adalah savana BTNB 2007. Dapat dikatakan
perilaku suara merupakan strategi merak hijau di TNB untuk menemukan individu lainnya, terutama merak hijau jantan dalam mencari merak hijau betina di saat
musim berbiak. Suara sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
perkawinan, karena suara sebagai salah satu alat pemikat dan pengenal karakteristik diri bagi merak hijau jantan terhadap merak hijau betina. Seperti
yang diungkapkan Pough et al. 1979 dalam Dwisatya 2006 bahwa aktivitas suara berfungsi sebagai alat pemikat merak betina, melalui suara merak jantan
berupaya menunjukkan keberadaannya, selain itu kicauan atau nyanyian dapat menunjukkan spesies, jenis kelamin dan teritori serta mungkin memberitahu
kecakapannya yang dapat digunakan dalam memperoleh pasangan. Hernowo 1995 menyebutkan bahwa merak hijau jantan mengeluarkan
suara khas saat musim kawin. Pattaratuma 1977 menyatakan saat musim kawin merak jantan mengeluarkan suara “kay-yaw, kay-yaw, kay-yaw” serta saat bulan
kawin mengeluarkan suara “kay-yaw, ngaa…aw”. Selama penelitian terdapat dua tipe suara yang menjadi ciri khas musim berbiak, yaitu suara seperti kucing
“ngeeyaaoow”; ”mahaaoow” atau “eewaaoow” serta suara seperti rem kendaraan bermotor “sheeiikks”. Immelman 1983 menyatakan bahwa satwa mengeluarkan
suara-suara yang khas atau dikenal dengan auditory atraction. Tipe suara VI telah banyak diterangkan oleh beberapa penelitian
sebelumnya sebagai penanda musim kawin. Jenis suara khas saat musim kawin yang dikeluarkan oleh merak hijau adalah “ngeeyaaoow...ngeeyaaoow... atau
eewaaaoow...eewaaaoow...” Winarto 1993; Hernowo 1995; Maryanti 2007. Namun, tipe suara VII atau “sheeiikks” belum pernah tercatat sebagai jenis suara
merak hijau. Tipe suara ini sering dianggap sebagai suara yang dikeluarkan akibat merak hijau jantan menggerisikkan bulu hiasnya, padahal suara ini terdengar saat
merak hijau jantan akan naik ke atas punggung betina akan terjadi kopulasi. Hal ini membuat tipe suara tersebut dapat dijadikan sebagai ciri khas merak hijau
jantan siap kawin. Karena berdasarkan penelitian Dwisatya 2006 yang dilakukan di taman burung Taman Mini Indonesia Indah TMII menyebutkan
merak jantan mengeluarkan vokalisasi “ngiiikk…” sebagai tipe suara kopulasi saat merak betina berdiri di depanya dan duduk di tanah sebagai tanda bahwa
merak jantan siap untuk kopulasi. Tercatat delapan tipe suara saat pengamatan di TNAP dan TNB. Suara-
suara yang terdengar tersebut merupakan alat komunikasi antar merak hijau baik dewasa atau anakan. Perilaku bersuara bisa dilakukan oleh semua individu merak
hijau jantan dan betina baik dewasa maupun remaja bahkan anakan Winarto 1993; Hernowo 1995; Maryanti 2007. Tipe suara I merupakan tipe suara yang
lebih sering terdengar di beberapa tipe habitat baik di TNAP maupun TNB. Karena tipe suara I merupakan tipe suara umum yang dikeluarkan oleh seluruh
struktur umur merak hijau. Hernowo 1995, Sativaningsih 2005 dan Maryanti 2007 menyebutkan jenis suara umum merak hijau adalah “auwo”. Tipe suara
“auwo” merupakan suara umum untuk komunikasi antar merak hijau Hernowo 1995. Secara umum, merak hijau jantan lebih sering mengeluarkan suara
daripada merak hijau betina. Grizemks 1972 bahwa kedua jenis kelamin sama- sama menghasilkan suara namun merak jantan melakukannya lebih sering
dibandingkan dengan merak betina. Secara keseluruhan merak hijau mengeluarkan suara sejak bangun dari
tidurnya hingga kembali tidur baik di TNAP maupun TNB. Selama pengamatan merak hijau di TNAP bersuara dari pukul 04.00 hingga 18.00 WIB, sedangkan di
TNB merak hijau bersuara sejak pukul 03.00 hingga 18.00 WIB. Karena perilaku bersuara merupakan salah satu perilaku sosial dalam rangka untuk menjalin
komunikasi antar individu dan antar kelompok Winarto 1993. Walaupun merak hijau melakukan aktivitas bersuara seharian, baik di
TNAP maupun TNB frekuensi bersuara merak hijau berbeda-beda di setiap waktunya. Suara merak hijau lebih terdengar saat pagi dan sore hari dibandingkan
siang hari. Waktu bersuara merak hijau di TNAP untuk pagi hari pukul 05.00- 09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00-18.00 WIB Maryanti 2007. Namun di
TNB waktu bersuara merak hijau untuk pagi hari pada pukul 04.50-07.45 WIB Winarto 1993, 05.00-08.00 WIB Hernowo 1995 dan 05.00-09.00 WIB
Maryanti 2007, sedangkan untuk sore hari pada pukul 16.00-18.00 WIB Winarto 1993; Hernowo 1995 dan 14.00-18.00 WIB Maryanti 2007. Pada
siang hari merak hijau lebih banyak berteduh untuk istirahat, sehingga jarang mengeluarkan suara untuk menghindari predator dan pengganggu lainnya.
Frekuensi perilaku bersuara yang dikeluarkan merak hijau berbeda-beda pada setiap tipe habitat terutama antara lokasi TNAP dan TNB. Merak hijau TNB
lebih sering terdengar bersuara daripada merak hijau TNAP. Hal ini tidak terpengaruhi oleh habitat TNB yang memiliki tajuk renggang sedangkan TNAP
bertajuk rapat. Namun, dipengaruhi oleh keberadaan individu merak itu sendiri. Merak hijau TNAP saat musim kawin terkonsentrasi pada areal terbuka seperti
padang rumput dan areal tumpangsari sebagai tempat konsentrasi makan, sedangkan merak hijau TNB memiliki pola tersebar dan hanya berkumpul saat
akan minum. Hal tersebut menyebabkan merak hijau TNB lebih sering mengeluarkan suara sebagai strategi untuk mengetahui keberadaan individu lain
serta memberitahu keberadaannya. Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan frekuensi suara adalah
keberadaan satwaliar lainnya. Karena beberapa tipe suara dikeluarkan ketika terjadi gangguan atau kecurigaan terhadap sesuatu. Merak hijau bersuara untuk
berkomunikasi dengan sesama jenisnya baik untuk menandakan keberadaan, mencurigai sesuatu atau suara yang menandakan keterkejutan Maryanti 2007.
Frekuensi perilaku bersuara merak hijau di TNAP tidak dipengaruhi oleh tipe habitat tetapi frekuensi suara di TNB dipengaruhi oleh tipe habitat. Hal ini
dikarenakan habitat di TNB yang menyediakan tempat terbuka yang luas membuat merak hijau hidup secara menyebar tidak seperti di TNAP yang hidup
secara mengelompok.
5.1.5 Perilaku Kawin