Potensi Biotik Taman Nasional Alas Purwo .1 Sejarah dan Dasar Hukum

diperkirakan terintrusi oleh batuan lain. Keadaan tanah hampir keseluruhan merupakan jenis tanah liat berpasir dan sebagian kecil berupa tanah lempung. Di kawasan ini terdapat empat kelompok tanah, yaitu tanah komplek mediteran merah-litosol seluas 2.106 ha, tanah regosol kelabu seluas 6.238 ha, tanah grumosol seluas 379 ha dan tanah alluvial hidromorf seluas 34.697 ha BTNAP 2007.

4.1.2.4 Hidrologi

Sungai di kawasan TNAP umumnya dangkal dan pendek. Pola jaringan sungai radial karena leher semenanjungnya menyempit. Sungai yang mengalir sepanjang tahun hanya tercatat di bagian barat taman nasional yaitu Sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Sungai yang ada berupa sungai-sungai kecil. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kucur, Gunung Kunci, Goa Basori dan Sendang Srengenge BTNAP 2007.

4.1.2.5 Iklim

Rata-rata curah hujan 1000-1500 mmtahun dengan temperatur 22-31 C, dan kelembaban udara 40-85. Wilayah TNAP sebelah barat menerima curah hujan lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah sebelah timur. Dalam keadaaan biasa, musim kemarau di TNAP terjadi pada bulan April sampai Oktober dan musim hujan pada bulan Oktober sampai April BTNAP 2007.

4.1.3 Potensi Biotik

Secara umum tipe hutan di kawasan TNAP merupakan hutan hujan dataran rendah yang dipengaruhi oleh angin musim. Hutan bambu seluas ± 40 dari luas total hutan merupakan formasi yang dominan. Sampai saat ini telah tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana dan pohon. Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di TNAP dapat dikelompokkan menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakaumangrove, hutan tanaman, hutan alam dan padang penggembalaan feeding ground BTNAP 2007. Jenis-jenis dominan yang terdapat di hutan pantai adalah ketapang Terminalia catappa, sawo kecik Manilkara kauki, waru laut Hibiscus sp., keben Baringtonia asiatica dan nyamplung Calophyllum inophyllum. Formasi mangrove didominasi oleh Rhizopora apiculata, R. mucronata, Bruguiera sexangula, B. gymnorhyza, Avicenia marina, Xylocarpus granatum, Heriteira littoralis, Sonneratia alba dan S. Caseolaris BTNAP 2007. Hutan alam dataran rendah didominasi oleh rau Dracontomelon mangiferum, santenjaran Lannea gradis, kedongdong alas Spondias pinnata, pulai Alstonia scholaris, legaran Alstonia villosa, kemiri Aleurites molucana dan asam Tamarindus inidca. Hutan bambu didominasi oleh bambu ampel Bambusa vulgaris, bambu wuluh Schizostrachyum blummei, bambu apus Gigantochloa apus, bambu gesing Bambusa spinosa, bambu jajang Gigantochloa nigrociliata, bambu jalar Gigantochloa scandens, bambu jawa Gigantochloa vertiliata, bambu kuning Phyllostachys aurea, bambu petung Dendrocalamus asper, bambu rampel Schizostachyum branchyladum, bambu jabal, bambu wulung dan bambu manggong Gigantochloa manggong BTNAP 2007. Keanekaragaman jenis fauna di kawasan TNAP secara garis besar dapat dibedakan menjadi empat kelas yaitu mamalia, aves, pisces dan reptilia. Mamalia yang tercatat sebanyak 31 jenis, diantaranya Banteng Bos javanicus, Rusa timor Cervus timorensis, Ajag Cuon alpinus, Babi hutan Sus scrofa, Kijang muncak Muntiacus muntjak, Macan tutul Panthera pardus, Lutung budeng Presbytis auratus, Monyet ekor panjang Macaca fascicularis dan Biawak air asia Varanus salvator BTNAP 2007. 4.2 Taman Nasional Baluran

4.2.1 Sejarah dan Dasar Hukum