Perilaku Mandi Debu Perilaku Harian pada Musim Berbiak .1 Perilaku Makan

yang akan memberikan peluang merak hijau mendapatkan sinar matahari yang berbeda dan kelembaban yang berbeda pula.

5.2.5 Perilaku Mandi Debu

Perilaku mandi debu merak hijau adalah kegiatan menghilangkan kotoran yang menempel di tubuh dan bulunya dengan bantuan butiran-butiran tanah halus yang kering. Media tempat mandi debu merak hijau berupa gemburan permukaan tanah kering yang bebas dari tumbuhan dan hanya terdapat tanah halus, berdebu, berpasir dan liat. Tempat merak hijau melakukan aktivitas mandi debu akan permanen sepanjang musim kemarau berlangsung. Aktivitas mandi bedu diawali merak hijau dengan cara mengais tanah yang gembur dengan bantuan kaki dan paruhnya. Tempat tersebut biasanya merupakan bekas individu merak hijau saat itu atau hari sebelumnya melakukan mandi debu. Setelah kondisi tempat mandi debu merasa cocok, merak hijau akan mendekam. Dalam posisi mendekam, merak hijau akan memiringkan tubuhnya ke kiri atau ke kanan dan dengan bantuan kaki terluar akan mengais-ngais tanah seperti sedang menggali lubang dan kaki satunya sebagai tumpuan untuk keseimbangan tubuh. Lalu kembali ke posisi semula dan mengibas-ngibaskan kedua sayapnya, sehingga debu-debu berterbangan dan jatuh di atas tubuhnya yang bulu-bulunya telah dikembangkan. Kegiatan tersebut akan berulang hingga aktivitas mandi debu selesai. Sesekali kegiatan tersebut akan diselingi dengan menelisik bulu, mematuk-matuk tanah di depannya dan berdiri untuk merubah posisi dan tempat mandi debu. Aktivitas mandi debu dilakukan secara soliter maupun berkelompok Gambar 40. Gambar 40. Perilaku mandi debu merak hijau jantan di TNAP; a berkelompok dan b soliter a b Penggunaan waktu aktivitas mandi debu merak hijau di TNAP lebih banyak dibandingkan dengan merak hijau di TNB Gambar 41. Di TNB merak hijau melakukan aktivitas mandi debu hanya pada pukul 05.00-08.00 WIB dan 15.00 WIB. Berbeda di TNAP aktivitas mandi debu dimulai pada pukul 05.00 WIB meningkat pada pukul 06.00 WIB dan terus menurun hingga pukul 09.00 WIB, lalu merak hijau mulai lagi pada pukul 13.00-18.00 WIB dengan frekuensi mengalami fluktuasi setiap jamnya. Aktivitas mandi debu di TNAP frekuensi terbesar terjadi pada pukul 06.00 WIB, sedangkan di TNB terjadi pada pukul 06.00-07.00 WIB. Gambar 41. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku mandi debu merak hijau di TNAP dan TNB Aktivitas merak hijau mandi debu di TNAP hanya ditemukan di padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting, sedangakan di TNB merak hijau beraktivitas mandi debu hanya di savana Bekol Gambar 42. Merak hijau di padang rumput Sadengan memiliki frekuensi terbesar diantara tipe habitat lainnya. Frekuensi mandi debu di padang rumput Sadengan sebesar 1.69 kali per individu per hari, hal ini memiliki arti bahwa aktivitas mandi debu merak hijau di padang rumput Sadengan merupakan aktivitas harian rutin yang dilakukan. Merak hijau di savana Bekol hanya memiliki frekuensi sebesar 0.73 kali per individu per hari, yang berarti aktivitas mandi debu bukan merupakan aktivitas 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 Rerata frekuensi per hari Waktu WIB TNAP TNB harian rutin karena di hari-hari tertentu tidak akan ditemukan merak hijau sedang melakukan aktivitas mandi debu selama sehari penuh. Gambar 42. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku mandi debu merak hijau pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB Tabel 17. Rekapitulasi durasi perilaku mandi debu merak hijau di TNAP dan TNB Lokasi Durasi Rerata detikhari Ragam Waktu detikhari 2 Durasi Min. detikhari Durasi Maks detikhari ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ TNAP Padang rumput Sadengan 7 1203 676 1219661 99 33 2308 Hutan tanaman jati Gunting 31 0 14945 153 Hutan Rowobendo TNB Savana Bekol 626 268641 108 1145 Hutan pantai Manting Hutan evergreen 0 Keterangan: ♂ = jantan; ♀ = betina; = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan Secara umum, aktivitas mandi debu dilakukan oleh merak hijau betina baik di TNAP maupun TNB Tabel 17. Hanya di padang rumput Sadengan yang terlihat merak hijau jantan melakukan aktivitas mandi debu dengan durasi rerata 7 detikhari. Durasi rerata aktivitas mandi debu merak hijau betina di padang rumput Sadengan lebih lama daripada merak hijau betina di hutan tanaman jati Gunting, yaitu sebesar 1203 dan 31 detikhari. Di TNB aktivitas merak hijau mandi debu hanya ditemukan di savana Bekol. Di lokasi tersebut hanya merak 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 Padang Rumput Hutan Tanaman Jati Hutan Rowobendo Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen TNAP TNB Rerata frekuensi per hari Tipe Habitat hijau betina yang teramati sedang melakukan aktivitas mandi debu dengan durasi rerata sebesar 626 detikhari. Beberapa tipe habitat yang terdapat di TNAP seperti padang rumput, hutan Rowobendo dan hutan tanaman jati Gunting tidak mempengaruhi frekuensi dan durasi perilaku mandi debu merak hijau χ = 0.044, P = 9.210. Sama halnya dengan merak hijau di TNB, frekuensi serta durasi aktivitas mandi debu tidak terpengaruhi oleh tipe habitat savana, hutan pantai dan hutan evergreen χ = 0.000, P = 9.210. Hal ini dikarenakan baik di TNAP maupun di TNB saat penelitian mengalami musim kemarau, sehingga pada dua lokasi tersebut memiliki peluang yang sama untuk dijadikan tempat mandi debu bagi merak hijau. Saat melakukan aktivitas harian tubuh merak hijau rentan terhadap parasit yang menempel. Untuk menghilangkannya merak hijau melakukan menelisik serta mandi debu. Perilaku mandi debu merupakan rangkaian aktivitas merapikan bulu-bulu, mengeluarkan ektoparasit dan benda asing yang menempel pada tubuhnya dalam rangka merawat tubuhnya Maryanti 2007. Hernowo 1995 berpendapat bahwa selama melakukan aktivitas mandi debu, merak hijau juga melakukan aktivitas preening. Merak hijau selama melakukan mandi debu dengan menggunakan cakar dan sayapnya. Cakar digunakan untuk mengais lapisan atas permukaan tanah, sehingga mendapatkan tanah yang bersih dan lembut. Setelah mendapatkan tanah yang lembut, merak hijau akan mengepakkan sayapnya agar tanah beterbangan ke udara dan jatuh di atas tubuhnya. Akibatnya kotoran yang menempel akan ikut jatuh bersama tanah lembut tersebut saat mengibaskan tubuhnya. Maryanti 2007 menyebutkan bahwa mandi debu dilakukan dengan cakarnya untuk menggaruk- garuk tanah gembur kering sambil mendekam di atas tanah, kaki dijulurkan ke belakang sambil mengepakkan sayap hingga debu masuk ke dalam bulu. Sativaningsih 2005 menyebutkan merak hijau di TNAP melakukan aktivitas mandi debu pada pukul 05.59-07.22 dan 15.37-16.50 WIB. Selama penelitian merak hijau ditemukan melakukan aktivitas mandi debu pada pukul 05.00-09.00 dan 13.00-18.00 WIB di TNAP. Penggunaan waktu tersebut bertujuan agar saat mandi debu merak hijau tidak terkena sengat matahari yang panas. Sementara Maryanti 2007 berpendapat bahwa aktivitas mandi debu merak hijau dilakukan pada pukul 07.30-15.00 WIB. Namun, dijelaskan lebih lanjut bahwa hasil pengamatannya saat beraktivitas mandi debu siang hari merak hijau melakukannya di bawah pohon. Merak hijau di TNB melakukan aktivitas mandi debu pagi hari. Hal ini sependapat dengan Maryanti 2007 yang menyatakan bahwa merak hijau melakukan aktivitas mandi debu pada pukul 06.00-08.00 WIB. Sementara Hernowo 1995 menyebutkan aktivitas mandi debu berlangsung pada pukul 10.00-14.00 WIB. Perbedaan waktu ini diperkirakan pada saat penelitian Hernowo belum terdapat aktivitas pembinaan vegetasi akasia berupa pembakaran dan kendaraan ‘gerandong’ yang hilir mudik, sehingga merak hijau masih dapat leluasa melakukan aktivitas mandi debu di pinggiran jalan Batangan-Bekol dan di bawah vegetasi akasia duri. Berdasarkan pengamatan dan penelitian Maryanti 2007 didapatkan bahwa merak hijau di TNAP hanya melakukan perilaku mandi debu di padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting dengan durasi dan frekuensi terbanyak atau terlama di padang rumput. Hal ini belum membuktikan bahwa tipe habitat mempengaruhi frekuensi dan durasi perilaku. Karena hasil uji chi-square menunjukkan nilai χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tab , yaitu tipe habitat tidak mempengaruhi perilaku. Namun lebih pada human error, yaitu jarak pandang pengamat yang sulit melihat aktivitas mandi debu yang posisinya mendekam yang terhalang oleh tegakan dan semak belukar. Maryanti 2007 menyatakan padang rumput Sadengan yang sangat terbuka memungkinkan perilaku mandi debu termonitor dengan cukup baik. Merak hijau di TNB melakukan aktivitas mandi debu hanya ditemukan di savana Bekol. Namun, hasil uji chi-square menunjukkan nilai χ 2 hitung lebih kecil dari χ 2 tab yang berarti perilaku mandi debu memiliki peluang yang sama pada habitat savana, hutan pantai dan hutan evergreen. Selama pengamatan tidak ditemukan yang aktivitas mandi debu bukan pengaruh dari habitat. Maryanti 2007 menyatakan bahwa hutan pantai dan evergreen memiliki kondisi yang memenuhi syarat sebagai tempat mandi debu. Selain itu selama pengamatan ditemukan bekas mandi debu di pinggir jalan yang membelah hutan evergreen serta beberapa cekungan tempat mandi debu di hutan pantai. Faktor yang teramati penyebab tidak ditemukannya aktivitas mandi debu di dua lokasi tersebut adalah aktivitas ‘gerandong’ atau angkutan kayu akasia duri yang sering lewat sepanjang jalur Batangan-Bekol serta aktvitas pencurian daun gebang di sekitar hutan pantai yang selalu mengganggu merak hijau untuk diambil bulu-bulunya.

5.2.6 Perilaku Berlindung