situasi aman. Merak hijau pada habitat yang terdapat interaksi manusia akan berpeluang besar mengalami gangguan.
Merak hijau di TNB memiliki hasil uji chi-square yang sama dengan TNAP. Akan tetapi durasi dan frekuensi perilaku berlindung tidak berbanding
lurus. Hutan evergreen merupakan tempat terbanyak terjadinya frekuensi ganguan, namun memiliki durasi berlindung yang lebih kecil dari savana Bekol.
Karena sumber gangguan di hutan evergreen hanya bersifat insidensial yaitu berupa kendaraan yang lewat. Sementara itu, sumber gangguan pada merak hijau
di savana Bekol banyak berasal dari predatornya seperti anjing liar dan elang brontok, sehingga merak hijau akan berlindung lebih lama.
5.2.7 Perilaku Bertarung
Perilaku bertarung biasa dilakukan oleh merak hijau jantan Gambar 46. Merak hijau akan bertarung ketika individu merak hijau jantan lainnya berada
dalam satu ruang dan waktu yang sama dengan jarak antar individu sangat dekat. Jarak antar merak hijau jantan yang akan menimbulkan pertarungan bervariasi
berkisar antara 1-100 m. Pertarungan ini berhubungan dengan penguasaan wilayah agar terlihat sebagai jantan dominan oleh merak hijau betina di saat
musim berbiak.
Gambar 46. Perilaku bertarung antar merak hijau jantan; a di padang rumput Sadengan dan b savana Bekol
Perilaku bertarung terjadi merak hijau jantan dewasa bertemu. Kedua merak akan memasang posisi berdiri tegak dengan leher dan jambul ditegakkan
dan bulu hias diangkat sejajar tubuh. Merak hijau akan bergantian menggertak, yaitu bergerak maju dan berputar dengan mengangkat bulu hiasnya melewati atas
kepala merak hijau lawan. Setelah beberapa kali menggertak, salah satu merak
a b
hijau akan menyerang menggunakan tajinya dengan cara melompat. Merak hijau lawan akan melompat pula sebagai gerakan pertahanan dengan posisi kaki
mengarah ke atas Gambar 46a. Gerakan menyerang akan dilakukan bergantian hingga salah satu merak hijau pergi atau menyerah. Seringkali perilaku bertarung
diiringi dengan aktivitas kejar-kejaran, baik sambil lari maupun terbang dari satu tempat ke tempat lainnya. Bahkan terkadang terjadi pertarungan yang tidak sehat
yaitu salah satu merak hijau mendapat bantuan tenaga dalam mengusir merak hijau lawan.
Perilaku bertarung merak hijau di TNB lebih awal berlangsungnya dari pada merak hijau di TNAP Gambar 47. Merak hijau TNB melakukan aktivitas
bertarung pada pukul 04.00-09.00 WIB dan 14.00-17.00 WIB. Sementara merak hijau TNAP aktivitas bertarung berlangsung pada pukul 05.00-10.00 WIB dan
pada pukul 14.00-18.00 WIB. Sekitar pukul 10.00-14.00 WIB baik di TNAP maupun TNB tidak ditemukan aktivitas berkelahi. Di TNAP perilaku bertarung
merak hijau sering terjadi pada pukul 07.00 WIB, sedangkan di TNB merak hijau bertarung lebih sering terjadi pada pukul 05.00 WIB.
Gambar 47. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku bertarung merak hijau di TNAP dan TNB
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14 0.16
0.18
Rerata frekuensi per hari
Waktu WIB
TNAP TNB
Gambar 48. Grafik frekuensi harian perilaku bertarung merak hijau jantan pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB
Sama halnya dengan durasi aktivitas bertarung, merak hijau TNAP lebih sering bertarung di padang rumput Sadengan daripada hutan Rowobendo dan
hutan tanaman jati Gunting Gambar 48. Di padang rumput Sadengan merak hijau melakukan aktivitas bertarung minimal dua kali per individu per hari,
sedangkan di hutan Rowobendo merak hijau hanya melakukan pertarungan satu kali per hari per individu. Sementara hutan tanaman jati Gunting hanya memiliki
frekuensi sebesar 0.31 kali per individu per hari. Di TNB, nilai durasi aktivitas bertarung berbanding lurus dengan nilai frekuensinya. Merak hijau savana Bekol
lebih sering melakukan aktivitas bertarung daripada merak hijau di hutan pantai Manting dan hutan Evergreen, yaitu minimal tiga kali per individu per hari.
Aktivitas bertarung merak hijau hanya ditemukan di padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting, hutan Rowobendo, savana Bekol dan
hutan pantai Manting Tabel 19. Durasi yang diperlukan oleh merak hijau jantan bertarung di padang rumput Sadengan lebih lama daripada di hutan tanaman jati
Gunting dan hutan Rowobendo. Merak hijau di padang rumput Sadengan memiliki durasi rerata sebesar 1009 detikhari, sedangkan dua lokasi lainnya di
TNAP memiliki durasi masing-masing sebesar 158 detikhari di Gunting dan 740 detikhari di Rowobendo. Sementara itu, di TNB hanya ditemukan di savana
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00
Padang Rumput Hutan Tanaman
Jati Hutan
Rowobendo Savana
Hutan Pantai Hutan Evergreen
TNAP TNB
Rerata frekuensi per hari
Tipe Habitat
Bekol dan hutan pantai Manting aktivitas bertarung antar merak hijau jantan. Savana Bekol memiliki durasi rerata terbesar dibandingkan dengan dua lokasi
lainya di TNB, yaitu sebesar 1533 detikhari. Tabel 19. Rekapitulasi durasi perilaku bertarung merak hijau di TNAP dan TNB
Lokasi Durasi
Rerata
detikhari Ragam
Waktu detikhari
2
Durasi Min.
detikhari Durasi
Maks detikhari
TNAP
Padang rumput Sadengan 1009
1843785 2367
Hutan tanaman jati Gunting 158
396900 0 788
Hutan Rowobendo 740
3166200 2519
TNB
Savana Bekol 1533
8039782 4368
Hutan pantai Manting 30
9000 125
Hutan evergreen 0
Keterangan: = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan
Perilaku bertarung antara merak hijau jantan tidak terpengaruh oleh tipe habitat di TNAP baik frekuensi maupun durasinya
χ = 0.000, P = 9.210. Perilaku bertarung merak hijau di TNAP memiliki frekuensi dan durasi yang sama
antara di padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo. Begitu pula dengan tipe habitat di TNB yang tidak berpengaruh
dengan perilaku bertarung merak hijau χ = 0.000, P = 9.210. Berdasarkan nilai
itu pula dapat diketahui bahwa merak hijau jantan di TNB akan memiliki perilaku bertarung yang sama baik di savana Bekol, hutan pantai Manting dan hutan
evergreen karena tidak ada hubungan antara frekuensi serta lamanya bertarung dengan tipe habitat yang berbeda.
Bertarung dilakukan merak hijau untuk mempertahankan suatu wilayah dan memperlihatkan bentuk kejantanannya pada merak hijau betina serta
mengkukuhkannya sebagai merak hijau jantan dominan. McFarland 1987 dalam Dwisatya 2006 menyatakan bahwa betina akan memilih jantan yang
teritorinya kaya pakan. Apabila dua merak jantan bertemu dalam jarak yang dekat, hanya ada dua kemungkinan yaitu bertarung fight dan pengusiran Maryanti
2007. Terjadinya pertarungan antar merak hijau jantan beragam. Di TNAP,
merak hijau jantan akan bertarung walaupun kedua individu merak tersebut berjarak 50-200 m. Hal terbalik terjadi di TNB, yaitu dua individu merak hijau
jantan dengan jarak 1-2 m tidak terjadi perkelahian. Peristiwa ini menjelaskan
bahwa pertarungan terjadi ketika merak hijau jantan dominan merasa terganggu atau tersaingi dalam mencari perhatian merak hijau betina.
Baik TNAP maupun TNB, merak hijau melakukan aktivitas bertarung lebih sering pada pagi hari. Karena kondisi tubuh dan energi merak hijau saat
pagi hari masih bugar dan penuh. Dengan kondisi tersebut merak hijau memiliki peluang menang saat bertarung lebih besar. Hal ini pun bentuk strategi merak
hijau jantan dalam menarik perhatian merak hijau betina. Merak hijau di padang rumput Sadengan lebih sering melakukan aktivitas
bertarung daripada merak hijau jantan di hutan tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo di TNAP. Adapun ini berkaitan dengan habitat yang lebih terbuka
pada padang rumput dari pada hutan, sehingga merak hijau dapat dengan mudah melihat pejantan lain. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil uji chi-square
menunjukkan nilai χ
2 hitung
lebih kecil dari χ
2 tab
, yaitu tipe habitat tidak mempengaruhi perilaku atau tiap tipe habitat memiliki peluang yang sama sebagai
tempat bertarung. Selama pengamatan, jumlah individu jantan dalam satu lokasi dan jarak antar pejantan tersebut merupakan faktor utama terjadinya perilaku
bertarung. Di hutan tanaman Gunting merak hijau jarang melakukan pertarungan karena hanya terdapat tiga merak hijau jantan dengan jarak antar pejantan 200-400
m. Di TNB, hasil uji chi-square menunjukkan hasil yang sama dengan yang
ada di TNAP yaitu perilaku bertarung di habitat savana, hutan pantai dan evergreen seharusnya sama. Akan tetapi perilaku bertarung lebih sering terjadi di
savana Bekol dibandingkan hutan pantai Manting dan hutan evergreen. Hal ini bukan semata-mata akibat perbedaan habitat, namun di Bekol terdapat sumber air
minum saat musim kemarau. Maka peluang terjadinya petarungan di Bekol lebih besar.
5.2.8 Perilaku Istirahat