BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
5.1 Perilaku Berbiak
5.1.1 Habitat Berbiak
Sadengan, Rowobendo dan Gunting merupakan lokasi yang teramati merak hijau TNAP berbiak Gambar 6a, 6b dan 6c. Ketiga lokasi tersebut
memiliki tipe habitat yang berbeda, Sadengan merupakan tipe habitat padang rumput dengan tepian hutan, Rowobendo merupakan tipe habitat hutan alam,
sedangkan Gunting merupakan tipe habitat hutan tanaman jati yang terdapat areal tumpangsari yang berada pada wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan. Akan
tetapi ketiga lokasi tersebut memiliki areal terbuka yang akan didatangi merak hijau sebagai tempat berlangsungnya aktivitas berbiak. Luas areal terbuka di
ketiga lokasi tersebut beragam ukuran dari mulai 2 ha hingga 20 ha.
Gambar 6. Lokasi berbiak merak hijau di TNAP dan TNB; a padang rumput Sadengan, b hutan alam Rowobendo, c hutan tanaman jati
Gunting dan d savana Bekol.
Lokasi lainnya yang dijadikan sebagai tempat penelitian perilaku berbiak merak hijau berada di TNB. Bekol, Manting dan hutan Evergreen merupakan tiga
a b
c d
lokasi di TNB yang digunakan merak hijau sebagai tempat melakukan aktivitas berbiak. Bekol merupakan tipe habitat savana yang di dalamnya terdapat bak air
minum sebagai sumber air buatan saat musim kemarau datang Gambar 6d. Daerah Manting merupakan tipe habitat hutan pantai di resort Bama. Sementara
itu, hutan Evergreen merupakan tipe habitat hutan yang selalu hijau sepanjang tahunnya. Walaupun ketiga lokasi tersebut berbeda tipe habitat, akan tetapi
ketiganya memiliki areal terbuka tempat berlangsungnya aktivitas berbiak merak hijau.
5.1.2 Musim Berbiak
Merak hijau berbiak satu kali dalam satu tahun. Merak hijau berbiak pada musim kemarau, yaitu pada bulan yang bercurah hujan dan jumlah hari hujan
terendah dalam satu tahun. Berdasarkan pengamatan pada tahun 2007 di TNAP merak hijau berbiak berkisar pada bulan September sampai dengan bulan
November, sedangkan di TNB merak hijau berbiak berkisar pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember Gambar 7 dan 8. Hal ini berhubungan dengan
strategi merak hijau dalam menghadapi ketersediaan pakan, yaitu diharapkan telur-telur merak hijau akan menetas saat sebelum musim penghujan tiba,
sehingga tumbuhan telah kembali hijau dan pakan akan tercukupi untuk anakan merak hijau yang baru menetas.
Proses berbiak merak hijau terdiri atas tiga tahap, yaitu pra kawin, kawin dan pasca kawin. Proses pra kawin ditandai dengan merak hijau jantan
melakukan tarian display dan suara khas musim berbiak yang dikeluarkannya. Proses kopulasi ditandai oleh naiknya merak hijau jantan ke atas punggung merak
hijau betina hingga terjadinya kopulasi. Merak hijau jantan akan merontokkan bulu hiasnya dan merak hijau betina akan mengerami telurnya pada masa pasca
kawin.
Gambar 7. Grafik curah hujan tahun 2007 di wilayah Tegaldlimo TNAP dan Bajul Mati TNB Stasiun Meteorologi Banyuwangi, 2007
Gambar 8. Grafik hari hujan tahun 2007 di wilayah Tegaldlimo TNAP dan Bajul Mati TNB Stasiun Meteorologi Banyuwangi, 2007
Aktivitas berbiak merak hijau berlangsung lebih awal di TNAP dibandingkan dengan merak hijau di TNB Gambar 9. Aktivitas berbiak diawali
dengan merak hijau melakukan display. Di TNAP aktivitas display berlangsung
Musim Berbiak Merak hijau di TNAP Musim Berbiak Merak hijau di TNB
Musim Berbiak Merak hijau di TNAP Musim Berbiak Merak hijau di TNB
50 100
150 200
250 300
Jumlah Curah Hujan Bulan
mm
Bulan Pengamatan
TNAP TNB
2 4
6 8
10 12
14 16
Juml ah Hari
Hujan
Bulan Pengamatan
TNAP TNB
sejak awal bulan Juni hingga awal Desember, sementara di TNB berlangsung pada pertengahan bulan Juni hingga akhir bulan Desember. Aktivitas perkawinan
ditandai dengan suara khas dan kopulasi antara merak hijau jantan dan betina yang berlangsung pada bulan September hingga Desember di TNAP dan bulan
Oktober hingga Desember di TNB. Aktivitas bersarang atau bertelur berlangsung tidak jauh dari proses kopulasi, di TNAP dan TNB merak hijau bersarang
berlangsung hingga bulan Januari Gambar 9.
Gambar 9. Grafik rentang waktu beberapa perilaku saat musim berbiak merak hijau di TNAP dan TNB
Perilaku berbiak merak hijau bersifat musiman atau hanya terjadi satu kali dalam satu tahun, yaitu pada musim kemarau menjelang musim penghujan.
Mackinnon 1990 menyatakan bahwa musim berbiak merak hijau di Jawa Timur dan Jawa Barat dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober. Dua peneliti
lainnya menyebutkan musim berbiak merak hijau di TNB diawali pada bulan Oktober dan diakhiri pada bulan Desember Pattaratuma 1977 dan bulan Januari
Hernowo 1995. Perilaku berbiak berlangsung menjelang musim penghujan berkaitan dengan ketersediaan pakan. Karena saat awal musim penghujan
tumbuhan akan menghijau kembali. Perrins dan Birkhead 1983 dalam Dwisatya 2006 menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mendorong burung untuk
melakukan perkembangbiakan adalah ketersediaan pakan.
Dwisatya 2006 menyebutkan bahwa pemicu musim kawin merak hijau dicirikan oleh perubahan struktur dan fisiologi gonad. Hal ini mempertegas
pernyataan Immelmann 1983 bahwa musim kawin satwa dipengaruhi oleh siklus hormonal tubuhnya dan siklus hormonal dipengaruhi lingkungan. Carthy 1979
dalam Dwisatya 2006 menyatakan bahwa cahaya, suhu dan kelembaban merupakan faktor eksternal untuk menentukan kapan saat yang tepat untuk
melangsungkan kawin. Perilaku berbiak merak hijau terjadi pada kisaran bulan September hingga November di TNAP dan bulan Oktober hingga Desember di
TNB yang merupakan bulan dengan curah dan jumlah hari hujan yang sangat rendah dibandingkan bulan-bulan lainnya, sehingga merak hijau membutuhkan
intensitas cahaya yang banyak untuk membantu dalam proses display dan pengeraman telur-telurnya.
Proses berbiak merak hijau terdiri dalam tiga tahap, yaitu pra kawin, kawin dan pasca kawin. Dwisatya 2006 membagi perilaku berbiak merak hijau dalam
beberapa tahapan, yaitu tahap pre-display, tahap display, tahap kopulasi kawin, tahap post-kopulasi dan pengeraman.
5.1.3 Perilaku Display