Wisata Pesisir TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Daya Dukung Kawasan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi danatau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Daya dukung dapat diartikan sebagai kondisi maksimum suatu ekosistem untuk menampung komponen biotik makhluk hidup yang terkandung di dalamnya, dengan tetap memperhitungkan faktor lingkungan dan faktor lainnya yang berperan di alam. Tidak ada satu ukuran mutlak yang dapat menunjukkan daya dukung ekosistem dalam menampung semua kegiatan manusia karena berbagai variabel yang menentukan. Besarnya daya dukung ekosistem tersebut sangat bervariasi dan sangat tergantung pada tingkat pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia. Menurut Dahuri 2001 daya dukung suatu wilayah ditentukan oleh: 1 kondisi biogeofisik wilayah, dan 2 permintaan manusia, sumberdaya alam, dan jasa lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Daya dukung wilayah pesisir dapat ditentukandiperkirakan dengan cara menganalisis: 1 variabel kondisi biogeofisik yang menyusun kemampuan wilayah pesisir dalam memproduksimenyediakan sumberdaya alam dan jasa lingkungan; 2 variabel sosial-ekonomi-budaya yang menentukan kebutuhan manusia yang tinggal di wilayah pesisir tersebut atau yang tinggal di luar wilayah pesisir, tetapi berpengaruh terhadap perubahan sumberdaya alam dan jasa lingkungan di wilayah tersebut. Nurisyah 2001 menyatakan bahwa kemampuan daya dukung setiap kawasan berbeda-beda sehingga perencanaan pariwisata di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil secara spasial akan bermakna dan menjadi penting. Secara umum ragam daya dukung wisata bahari dapat meliputi: 1. Daya dukung ekologis, yang merupakan tingkat maksimal penggunaan suat u kawasan. 2. Daya dukung fisik, yang merupakan jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan yang dapat diakomodir tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas. Daya dukung fisik diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung. 3. Daya dukung sosial , yang merupakan batas tingkat m ak simum dalam jumlah dan tingkat penggunaan yang akan menimbulkan penurunan dalam tingkat kualitas pengalaman atau kepuasan pengunjun g kawasan tuju a n wisata. 4. Daya dukung rekreasi, yang merupakan konsep pengelolaan yang menempatkan kegiatan rekreasi dalam berbagai obyek yang terkait dengan kemampuan kawasan. UNEP 2009 menyatakan bahwa pariwisata yang melebihi daya dukung sering menciptakan banyak dampak negatif terhadap lingkungan serta masyarakat setempat. Penyerapan keuntungan keuangan oleh investor asing dan pemasok dapat mengakibatkan tidak adanya manfaat bagi masyarakat setempat, yang dikenal sebagai efek kebocoran. Dampak negatif dari pariwisata pada gaya hidup tradisional dan adat istiadat setempat adalah berupa terjadinya erosi nilai-nilai sosial budaya tradisional dan hilangnya identitas penduduk setempat.

2.7. Konsep Nilai Ekonomi Wisata

Nilai merupakan harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan Fauzi 2004. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistem atau sumberdaya alam akan dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari barang atau jasa. Misalnya, apabila suatu ekosistem pantai atau perairan mengalami kerusakan akibat polusi, maka nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan dapat diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali menjadi seperti semula atau kondisi sebelum terjadinya pencemaran Fauzi 2004. Travel Cost Method TCM Menurut Fauzi 2014 Travel Cost Method TCM atau metode biaya perjalanan merupakan metode penilaian terungkap yang digunakan untuk menilai manfaat non-guna berdasarkan perilaku yang diamati yakni pengeluaran individu untuk perjalanan. TCM biasanya digunakan untuk menilai komponen non-guna dari tempat rekreasi dan komponen yang diamati adalah perjalanan ke tempat rekreasi yang dikeluarkan seseorang. TCM awalnya dikembangkan dari surat Harold Hotelling yang dikirim ke badan pertamanan Amerika pada tahun 1947 yang kemudian secara formal dikembangkan oleh Wood dan Trice 1958 serta Clawson dan Knetsch 1966. Model TCM formal yang sekarang dikenal lebih didasarkan pada model Clawson dan Knetsch, sehingga model TCM juga sering dikenal sebagai model Clawson-Knetsch. Konsep dasar dari TCM adalah waktu dan pengeluaran biaya perjalanan travel cost expenses yang harus dibayarkan oleh para pengunjung untuk mengunjungi tempat wisata yang merupakan harga untuk akses ke tempat wisata Garrod dan Willis 1999. Selanjutnya menurut Shammin 1999 dalam Fauzi 2014 prinsip dasar TCM adalah teori permintaan konsumen dimana nilai yang diberikan seseorang pada lingkungan atribut yang tidak terpasarkan dapat disimpulkan dari biaya yang dikeluarkan ke lokasi yang dikunjungi. Asumsi mendasar dari TCM adalah bahwa perjalanan dan tempat rekreasi bersifat komplementari lemah weak complementary, sehingga nilai tempat rekreasi dapat diukur dari biaya perjalanan. Menurut Fauzi 2004 metode TCM dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat dari : i perubahan biaya akses tiket masuk bagi suatu tempat rekreasi; ii penambahan tempat rekreasi baru; iii perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi; dan iv penutupan tempat rekreasi yang ada. Tujuan dasar TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan dari sumberdaya alam melalui pendekatan proxy. Dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya alam tersebut. Menurut Haab dan McConnel 2002, agar penilaian terhadap sumberdaya alam melalui TCM tidak bias, fungsi permintaan harus dibangun dengan asumsi dasar: 1 biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dari rekreasi; 2 waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan