Tabel 17 Nilai Location Quotient Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009-2013 Sektor
2009 2010
2011 2012
2013 Pertanian
1,32 1,33
1,35 1,36
1,38 Pertambangan dan Penggalian
0,52 0,52
0,54 0,55
0,57 Industri Pengolahan
1,05 1,08
1,11 1,12
1,15 Listrik, Gas dan Air Bersih
0,55 0,58
0,59 0,6
0,61 Bangunan
0,83 0,78
0,77 0,77
0,76 Perdagangan
1,23 1,26
1,25 1,24
1,23 Pengangkutan dan Komunikasi
0,20 0,19
0,19 0,19
0,19 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 0,78
0,79 0,81
0,82 0,81
Jasa-jasa 1,24
1,21 1,19
1,2 1,19
Pariwisata 0,56
0,59 0,59
0,6 0,59
Sumber: Hasil Analisis Data 2016
Keterangan :
: Meliputi perdagangan besar dan eceran.
:
Meliputi pemerintahan umum, swasta sosial kemasyarakatan, perorangan dan rumah tangga.
: Subsektor hotel, restoran, hiburan dan rekreasi.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode LQ di Kabupaten Pesisir Selatan terdapat empat sektor yang termasuk sektor ekonomi basis. Pada
Tabel 17 terlihat bahwa sektor basis tersebut adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor jasa-jasa. Keempat sektor
tersebut memiliki nilai LQ1 selama periode tahun 2009-2013, artinya sektor- sektor itu mampu untuk mengekspor produk, jasa dan tenaga kerja ke luar wilayah
Kabupaten Pesisir Selatan. Amalia 2012 menyatakan hasil indeks LQ1 menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki kekuatan ekonomi yang
cukup baik dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sektor-sektor tersebut sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan
di daerahnya bahkan berpotensi untuk ekspor.
Sektor non basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kelima sektor ini memiliki nilai LQ1 selama periode tahun 2009-2013, sehingga hanya mampu menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang tinggal di dalam batas- batas wilayah Kabupaten Pesisir Selatan. Sektor pariwisata yang merupakan
gabungan dari subsektor hotel, restoran serta hiburan dan rekreasi memiki nilai LQ1 selama periode tahun 2009-2013, artinya merupakan sektor non basis yang
memiliki kekuatan ekonomi kurang baik sehingga kurang berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh sebab itu pengelolaan
obyek wisata di Kabupaten Pesisir Selatan harus ditingkatkan menjadi lebih baik agar dapat menarik wisatawan untuk berkunjung sehingga sektor pariwisata dapat
menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan.
6.3.1.2. LQ Provinsi Sumatera Barat
Analisis Location Quotient Provinsi Sumatera Barat dilakukan menggunakan data PDRB Sumatera Barat Lampiran 9 dan Indonesia Lampiran
10. Tabel 18 berikut akan memperlihatkan hasil perhitungan nilai Location Quotient
Provinsi Sumatera Barat. Adapun wilayah bawah pada LQ provinsi adalah Provinsi Sumatera Barat dan wilayah atas adalah Indonesia.
Tabel 18 Nilai Location Quotient Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009-2013 Sektor
2009 2010
2011 2012
2013 Pertanian
1.76 1.78
1.80 1.80
1.80 Pertambangan dan Penggalian
0.38 0.38
0.39 0.40
0.40 Industri Pengolahan
0.49 0.48
0.47 0.46
0.46 Listrik, Gas dan Air Bersih
1.49 1.46
1.45 1.43
1.40 Bangunan
0.77 0.82
0.85 0.85
0.86 Perdagangan
1.27 1.20
1.17 1.16
1.17 Pengangkutan dan Komunikasi
1.62 1.58
1.55 1.53
1.49 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 0.54
0.54 0.53
0.53 0.52
Jasa-jasa 1.74
1.79 1.82
1.86 1.88
Pariwisata 0.38
0.37 0.38
0.38 0.39
Sumber: Hasil Analisis Data 2016 Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode LQ, Provinsi
Sumatera Barat memiliki lima sektor yang termasuk sektor ekonomi basis. Sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, sektor
perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Kelima sektor tersebut memiliki nilai LQ1 selama periode tahun 2009-2013, artinya
sektor-sektor itu mampu untuk mengekspor produk, jasa dan tenaga kerja ke luar wilayah Provinsi Sumatera Barat. Menurut Wicaksono 2011 semakin besar nilai
LQ maka semakin tinggi kinerja sektor tersebut dibandingkan sektor lain atau sektor di daerah lain, sehingga nilai LQ menggambarkan keunggulan kompetitif
suatu sektor di suatu daerah.
Sektor non basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
serta sektor pariwisata. Kelima sektor ini memiliki nilai LQ1 selama periode tahun 2009-2013, sehingga hanya mampu menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat yang tinggal di dalam batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Barat. Menurut Amalia 2012 Sektor-sektor yang memiliki indeks
LQ1 dalam berproduksi belum mampu memenuhi kebutuhan dalam Kabupaten bahkan meingimpor dari luar daerah. Sektor non basis ini perlu mendapat
perhatian khusus bagi para pengambil kebijakan agar dapat berkembang. Dengan bermodalkan sektor basis, diharapkan sektor non basis dapat dibantu untuk
dikembangkan menjadi sektor basis baru.
Sektor pariwisata yang merupakan gabungan dari subsektor hotel, restoran serta hiburan dan rekreasi memiki nilai LQ1 selama periode tahun 2009-2013,
artinya sektor pariwisata memiliki kinerja yang lebih rendah jika dibandingkan dengan sektor lain. Oleh sebab itu pengelolaan obyek wisata di Provinsi Sumatera
Barat harus ditingkatkan menjadi lebih baik agar dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung sehingga sektor pariwisata dapat menjadi sektor basis dalam perekonomian Provinsi Sumatera Barat.
Nilai LQ dan Sumatera Barat Pesisir Selatan keduanya kurang dari satu, artinya sektor pariwisata Sumatera Barat dan Kabupaten Pesisir Selatan
merupakan sektor non basis dalam perekonomian. Meskipun demikian, nilai LQ Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Pesisir Selatan relatif konstan dan
meningkat sehingga memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi.
Di samping itu dalam BPS 2014b dinyatakan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan kontributor terbesar kedua setelah sektor pertanian.
Sumbangan sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebesar 22,31. Subsektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah
perdagangan besar dan eceran yaitu 97,50 sedangkan subsektor hotel dan restoran hanya 2,50. Selanjutnya sektor jasa-jasa adalah kontributor terbesar
ketiga terhadap PDRB yakni sebesar 16,28. Subsektor pemerintahan umum dan pertahanan memberi sumbangan terbesar yakni 83,66 sedangkan hiburan dan
rekreasi yang merupakan bagian dari subsektor swasta hanya sebesar 16,34. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata yang merupakan gabungan dari
subsektor hotel dan restoran dan hiburan dan rekresasi memberikan kontribusi terhadap PDRB yang walaupun kecil namun berpengaruh terhadap perekonomian
Kabupaten Pesisir Selatan.
Pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Pesisir Selatan dan Sumatera Barat harus ditingkatkan menjadi lebih baik misalnya dengan meningkatkan
investasi agar dapat menarik wisatawan untuk berkunjung sehingga sektor pariwisata dapat menjadi sektor basis dalam perekonomian. Begitu pula untuk
Kawasan Carocok Painan, jika dapat mengoptimalkan fungsi nya sebagai kawasan wisata maka akan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan.
6.3.2. Pendekatan Input-Output
Sektor pariwisata di Provinsi Sumatera Barat potensial untuk dikembangkan. Kondisi alam sumatera barat yang mendukung untuk pariwisata
berbasis alam semestinya dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Oleh
karena itu kajian pengembangan sektor pariwisata perlu dilakukan melalui pendekatan
input-output. Pendekatan
input-output dilakukan
untuk menggambarkan aktivitas ekonomi dan peran sektor ekonomi dalam mendorong
pertumbuhan sektor lain di Provinsi Sumatera Barat khususnya pada sektor pariwisata, sehingga dapat terlihat peran sektor pariwisata dalam perekonomian
Provinsi Sumatera Barat. Pendekatan input-output dilakukan berdasarkan klasifikasi Produk Domestik Regional Bruto PDRB Provinsi Sumatera Barat
tahun 2007-2011 dan 2009-2013 Lampiran 9 serta klasifikasi 10 sektor hasil RAS dari 72 sektor data input-output Provinsi Sumatera Barat 2007 Lampiran
11. Pada Tabel 19 berikut disajikan PDRB Provinsi Sumatera Barat atas dasar harga konstan tahun 2007
– 2013.