penyebarannya lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai kepekaan penyebaran adalah:
Keterangan: Sd
i
= kepekaan penyebaran sektor i αij = unsur matriks kebalikan Leontief.
4.6. Batasan Penelitian
Penelitian analisis ekonomi wisata pesisir ini dilakukan dengan metode survei. Penilitian ini mencakup analisis demand dan penilaian ekonomi dengan
menggunakan metode TCM dan CVM. Pengukuran nilai ekonomi wisata hanya dilakukan secara parsial pada direct use value dan tidak pada total economic
value
. Penilaian daya dukung kawasan sebagai kondisi supply diambil dari data sekunder hasil penelitian terdahulu, meliputi daya dukung ekologis, kualitas air
dan kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pesisir. Selanjutnya ada pula yang diambil dari data primer berupa analisis daya dukung sosial menggunakan
analisis multiatribut. Disamping itu, untuk mengetahui peran ekonomi sektor pariwisata digunakan analisis Location Quotient dan Input-output.
Beberapa defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Wisata pesisir merupakan pariwisata yang berhubungan dengan lingkungan pesisir dan sumberdaya alam serta budayanya.
2. Kawasan Carocok Painan yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri atas
Pantai Carocok Painan, Pulau Batu Kereta dan Pulau Cingkuk. 3.
Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa
menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. 4.
Travel Cost Method adalah metode yang digunakan untuk mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu saat mengunjungi tempat wisata, sehingga
diketahui berapa nilai value yang diberikan konsumen kepada sumberdaya alam dan lingkungan.
5. Surplus konsumen adalah perbedaan antara kepuasaan total yang dinilai
dengan uang yang dinikmati konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu dengan pengorbanan totalnya yang dinilai dengan uang untuk
memperoleh atau mengkonsumsi jumlah barang tersebut.
6. Contingent Valuation Method adalah suatu metode survei untuk menanyakan
kepada responden tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang yakni lingkungan.
7. Willingness to Pay adalah jumlah tambahan uang yang ingin dibayar oleh
seseorang atau rumah tangga untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan.
8. Sektor basis adalah sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga
kerja ke tempat-tempat di luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. 9.
Location Quotient merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor ekonomi termasuk sektor basis atau non basis dengan
cara membandingkan pendapatan pada sektor tersebut dengan pendapatan total semua sektor.
10. Tabel Input Output merupakan suatu tabel yang menyajikan informasi
tentang barang dan jasa yang terjadi antara sektor ekonomi dalam bentuk penyajian sebuah matrik.
11. Keterkaitan ke depan forward linkage merupakan konsep keterkaitan antar
sektor yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan.
12. Keterkaitan ke belakang backward linkage merupakan konsep keterkaitan
antar sektor yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total input yang digunakan untuk proses produksi.
13. Koefisien penyeberan adalah efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena
peningkatan output sektor tersebut terhadap output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun
tidak langsung.
14. Kepekaan penyebaran adalah efek relatif perubahan suatu sektor ekonomi
terhadap perubahan output sektor lainnya yang menggunakan output dari sektor tersebut baik langsung maupun tidak langsung.
V. KONDISI UMUM KAWASAN CAROCOK PAINAN
5.1. Letak Geografis
Kawasan Carocok Painan terletak di Nagari Kelurahan Painan Selatan Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan dengan jarak tempuh 77 km dari
Kota Padang yakni ± 2,5 jam perjalanan. Kawasan ini berhadapan dengan 2 buah pulau yaitu Pulau Batu Kereta dan Pulau Cingkuk, dari kejauhan juga terlihat
Pulau Semangki dengan pemandangan yang sangat indah dan airnya yang bersih, serta apabila berada di Puncak Bukit Langkisau, akan tampak pemandangan yang
sangat menakjubkan.
Kab upaten Pesisir Selatan terletak pada 0° 59’ - 2° 28,6’ Lintang Selatan
dan 100° 19’ - 101° 18’ Bujur Timur, dengan luas daerah 5.794,95 km
2
13,70 dari luas wilayah Provinsi Sumatera Barat, yang memanjang dari utara ke selatan
dengan panjang pantai ± 234,2 km. Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 15 Kecamatan dan 182 Nagari. Posisi geografis Kabupaten Pesisir Selatan adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kota Padang,
Sebelah Selatan : Provinsi Bengkulu,
Sebelah Timur : Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi,
Sebelah Barat : Samudera Indonesia
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 47 pulau dan 27 sungai, yaitu 20 sungai besar dan 7 sungai kecil. Pulau-pulau tersebut sangat berpotensi untuk
dikembangkan sebagai obyek wisata. Secara umum topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan bergunung dan berbukit-bukit, yang merupakan perpanjangan dari
Bukit Barisan, dengan tinggi dari permukaan laut berkisar antara 0 –1000 m.
Topografi seperti ini menyebabkan aktivitas pemanfaatan lahan sangat terbatas BPS 2015.
5.2. Kondisi Ekologi
Kawasan Carocok Painan terletak disebelah barat pusat kota Painan dengan jarak kurang lebih 500 m. Terdapat jalan penghubung dari terminal
angkutan umum menuju kawasan pantai dengan kondisi yang cukup baik, beraspal dengan lebar 10 m. Dengan demikian lokasi Kawasan Carocok Painan
mudah dijangkau, baik dengan kendaraan bermotor maupun dengan berjalan kaki dari terminal angkutan umum Kota Painan BAPPEDA 2008.
Pada bagian selatan Pantai Carocok terdapat perkampungan nelayan yang sudah berkembang sejak lama, kurang lebih seluas 0,94 ha. Perkampungan ini
dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum seperti tempat pendaratan ikan, jalan dan lain sebagainya. Kawasan perkampungan nelayan dapat pula dipandang
sebagai salah satu faktor pendorong karena dapat dijadikan salah satu daya tarik atau atraksi pada Kawasan Carocok Painan BAPPEDA 2008.
Kawasan Carocok Painan terdiri dari dua kawasan yaitu kawasan pantai dan kawasan pulau. Kawasan pantai, memiliki kemiringan 0°- 5°, di belakang
garis pantai terhampar bukit yang terjal seluas 21 ha. Kondisi seperti ini yang menyebabkan hamparan pantai menjadi semakin sempit, yaitu sekitar 7,25 ha.
Selanjutnya kawasan pulau, pada Kawasan Carocok Painan terdapat dua buah pulau yaitu Pulau Batu Kereta dan Pulau Cingkuk. Pulau Batu Kereta memiliki
lahan yang sulit untuk menampung kegiatan wisata pesisir kecuali jalur setapak
untuk pejalan kaki, karena kawasan ini hampir seluruhya dibentuk oleh bukit batu karang yang sangat terjal, dengan kelerengan 45°. Sedangkan Pulau Cingkuk
memiliki luas area sekitar 5,88 ha, morfologinya dikategorikan menjadi dua bagian yaitu datar dan curam. Kawasan yang datar terdapat di sebelah timur yaitu
kurang lebih 2,94 ha. Sedangkan kawasan yang terjal dan berbentuk batu karang terdapat disebelah barat berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang
terkenal dengan ombaknya yang besar dan angin yang kencang. Dengan demikian kawasan Pulau cingkuk yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata relatif
terbatas, yaitu pada bagian barat kawasan karena selain datar juga akan terhindar dari bahaya ombak dan angin BAPPEDA 2008.
5.3. Kondisi Geologi dan Oseanografi
Bentuk pantai di Kawasan Carocok Painan sangat beraneka ragam, banyak teluk dan pulau kecil. Secara umum pada teluk dan selat merupakan perairan
sempit dan curam, sedangkan di daerah pantai pada umumnya merupakan perairan dangkal dengan landaian topografi yang sedikit curam. Dari peta kontur batimetri
secara umum dapat dinyatakan bahwa pola kontur batimetri pantai di Kawasan Carocok Painan cenderung sejajar terhadap garis pantai dengan kenaikan nilai
yang gradual. Kedalaman minimum adalah 1,5 meter dan kedalaman maksimum 54 m. Pola ini menunjukkan bahwa morfologi dasar laut kaswasan ini mempunyai
kemiringan yang gradual dengan derajat kemiringan sebesar 0,54
o
dari pantai ke arah laut DKP 2006 dalam Handayani 2010.
Kawasan Carocok Painan ditinjau dari bentuk morfologi dasar laut yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, dapat menimbulkan aktivitas
gelombang, terutama gelombang pasang, sehingga menyebabkan adanya zona- zona abrasi yang luas. Pola umum arus permukaan antara bulan Juni sampai
Oktober di perairan tersebut adalah dari sebelah barat dan barat laut menuju ke arah timur dan berbelok ke arah selatan sehingga sejajar dengan garis pantai Pulau
Sumatera. Fluktuasi arus terlihat sangat bervariasi, namun dalam puncak periode transisi misalnya November dan Mei arus dominan mengalir ke arah tenggara
sampai timur laut. Sedangkan pada musim barat dan musim timur, umumnya arus mengalir dominan ke arah barat daya sampai tenggara. Sedimen-sedimen yang
terbentuk di sekitar muara sungai kemungkinan besar sumbernya berasal dari material yang terbawa oleh arus yang memanjang pantai longshore current
DKP 2006 dalam Handayani 2010.
Pola pasang yang terjadi adalah tipe diurnal, yaitu dalam satu hari tejadi dua kali pasang naik dan pasang surut. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara fluktuasi pasang di Kawasan Carocok Painan adalah sekitar 1,5 –2,5 m
dan mencapai puncaknya pada saat bulan purnama. Hal ini disebabkan karena pada kondisi tersebut posisi bumi, bulan dan matahari pada garis sejajar yang
biasa dikenal dengan pasang purnama. Pada saat posisi bulan, bumi dan matahari membentuk siku-siku, fluktuasi pasang terkecil terjadi dan dikenal dengan pasang
perbani. Fluktuasi yang mencapai 2m tersebut tergolong tinggi Handayani 2010.
Gelombang yang terjadi sangat dipengaruhi oleh angin yang bertiup dari Samudera Hindia. Angin yang bertiup pada bulan Juli dan Desember
menimbulkan gelombang dengan ketinggian maksimum 3 m. Secara umum pola sirkulasi air laut di perairan Kawasan Carocok Painan bergerak dari utara dan
barat laut ke arah tenggara. Pola tersebut dapat dikatakan tetap sepanjang tahun, kecuali bulan Agustus, karena berbalik ke arah sebaliknya. Namun karena posisi