Konsep Nilai Ekonomi Wisata

Metode kebutuhan minimum melibatkan penyeleksian sejumlah wilayah yang sama dengan wilayah yang diteliti, dengan menggunakan distribusi minimun dari tenaga kerja regional bukannya distribusi rata-rata. Pada metode LQ sektor basis dan non basis ditentukan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan tenaga kerja di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan tenaga kerja total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan tenaga kerja di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan tenaga kerja total semua sektor di daerah atasnya. Asumsi yang digunakan adalah produktivitas rata-ratakonsumsi rata-rata antar wilayah yang sama. Metode ini memiliki beberapa kebaikan diantaranya adalah metode ini memperhitungkan penjualan barang-barang antara, tidak membutuhkan biaya yang mahal dan mudah diterapkan. Location Quotient LQ adalah teknik yang memungkinkan untuk perbandingan karakteristik daerah setempat seperti tingkat lapangan kerja dengan karakteristik nasional Robinson 1998. Teknik ini telah banyak digunakan oleh ahli geografi ekonomi dan ekonom regional sejak tahun 1940 Thrall, Fandrich, dan Elshaw-Thrall 1995. Selanjutnya menurut Moineddin et al. 2003 Location quotient adalah analisis yang digunakan untuk membandingkan karakteristik daerah. Analisis Ini dapat diaplikasikan di berbagai bidang seperti kesehatan dan ekonomi. Standar deviasi LQ Individu memainkan peran penting dalam membandingkan karakteristik daerah. Input-Output IO Analisis Input-Output IO pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontief tahun 1986. Gagasan dasar teknik analisis IO didasarkan pada teori keseimbangan umum General Equilibrium Theory. Leontief menyusun tabel yang dikenal dengan Gambaran perekonomian Tableu Economique dengan teori keseimbangan umum General Equilibrium Theory. Berdasarkan teori-teori tersebut, Leontief menyusun hubungan antara satu kegiatan ekonomi dengan kegiatan ekonomi lainnya secara kuantitatif. Menurut Leontief 1986 dalam BPS 2009 analisis IO merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks. Model IO didasarkan atas beberapa asumsi BPS 2009: 1. Homogenitas, yang berarti suatu komoditas hanya dihasilkan secara tunggal oleh suatu sektor dengan susunan yang tunggal dan tidak ada subtitusi output diantara berbagai sektor. 2. Linieritas, ialah prinsip dimana fungsi produksi bersifat linier dan homogen. Artinya perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional. 3. Aditivitas, ialah suatu prinsip dimana efek total dari pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Menurut Tarigan 2007 analisis IO adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu sektor ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer nilai tambah. Menurut Miller dan Blair 2009 model dasar input-output umumnya dibangun dari observasi data ekonomi untuk wilayah geografis tertentu Kabupaten, Provinsi, Bangsa, Negara, dll. Yakni berkaitan dengan aktivitas kelompok industri yang memproduksi barang output dan kelompok industri yang mengkonsumsi barang dari industri lainnya input dalam proses menghasilkan output setiap industri itu sendiri. Dalam prakteknya, jumlah industri dianggap dapat bervariasi dari hanya ratusan atau bahkan ribuan. Misalnya, suatu sektor industri mungkin membaca produk yang diproduksi atau sektor yang sama mungkin akan dipecah atau dikembangkan menjadi banyak produk tertentu yang berbeda. Menurut Priyarsono et al. 2007 tabel IO menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris tabel Input-output menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Disamping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik yang berupa input antara maupun input primer. Tabel IO memberikan gambaran menyeluruh tentang hal- hal berikut ini : 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Strukur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor- sektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Beberapa kegunaan dari analisis ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi. 2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian. 4. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

2.9. Penelitian Terdahulu

Kawasan pesisir di Indonesia memiliki potensi yang besar, pemanfaatan kawasan pesisir untuk wisata pesisir telah banyak dilakukan dan semakin berkembang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Pulau Morotai dapat diketahui bahwa faktor daya dukung, wisatawan, dan investasi memiliki peranan penting dalam pengembangan wisata bahari. Semakin tinggi tingkat investasi akan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan, akan tetapi berpengaruh negatif terhadap tingkat kelestarian lingkungan. Oleh karena itu pengembangan wisata di Pulau Morotai harus memperhatikan keterkaitan ketiga faktor tersebut. Penelitian yang lain dilakukan di gugusan Pulau Pari, menunjukkan nilai ekonomi total dari keberadaan gugusan Pulau Pari sebagai obyek wisata bahari adalah sebesar Rp.12.365.824.221,25 per tahun atau Rp. 192.314.529,10 per hektar per tahun. Pemanfaatan maksimal sesuai dengan nilai daya dukung fisik akan memberikan nilai ekonomi total sebesar Rp. 171.686.370.336,- dalam setahun atau Rp. 2.670.083.520,- per hektar per tahun. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini disajikan pada Tabel 2: Tabel 2 Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Lokasi Judul Penelitian Metode Analisis Kesimpulan Muhammad M Banapon 2008 Pulau Morotai, Maluku Utara Penilaian Ekonomi Wisata Bahari di Pulau Morotai Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara Daya dukung wisata bahari, TCM, CVM, Analisis dinamik kebijakan pengembanga n wisata bahari Total nilai ekonomi P. Morotai untuk wisata bahari sebesar Rp. 46.708.856,0 pertahun, sehingga dapat dikembangkan untuk wisata bahari. Oktadia Handayani 2010 Kawasan Carocok Painan Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumatera Barat Kajian Sumberdaya Pesisir untuk Pengembangan Wisata Pantai Carocok Painan, Kab. Pesisir Selatan Sumatera Barat Analisis kualitas air laut, indeks kesesuaian wisata, daya dukung kawasan wisata, ROS, SWOT. Pantai Carocok Painan memiliki kesesuaian pantai cukup baik. Daya dukung untuk wisata pantai adalah 234 orang per hari. Yar Johan 2010 Pulau Sebesi Prov. Lampung Pengembangan Wisata Bahari dalam Pengelolaan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Berbasis Kesesuaian dan Daya Dukung Analisis LIT, kesesuaian wisata, daya dukung Daya dukung carryng capacity kawasan wisata bahari kategori diving 2.394 oranghari dan kategori snorkeling 2.489 oranghari. Fery Kurniawan 2011 Pulau Sepanjang Kab. Sumenep, Prov. Jawa Timur Pemanfaatan Sumberdaya Pulau Kecil untuk Wisata Berkelanjutan Analisis kesesuaian kawasan, ROS, TEF Pulau Sepanjang sesuai untuk wisata pantai kategori rekreasi, wisata mangrove, wisata lamun, wisata snorkeling dan wisata selam Tabel 2 Penelitian Terdahulu Lanjutan Ahmad Bahar 2011 Kab. Polewali Mandar Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Polewali Mandar Analisis kesesuaian lahan dan daya dukung Kabupaten Polewali mandar sesuai untuk kegiatan rekreasi pantai, kegiatan snorkling dan penyelaman, kegiatan pemancingan. Triyono 2013 Pulau Pari Kep. Seribu Penilaian Ekonomi dan Daya Dukung Wisata Bahari di Pulau Pari Kepulauan Seribu Prov. DKI Jakarta Analisis kesesuaian lahan, analisis daya dukung kawasan, TCM, efek pengganda multiplier Nilai ekonomi total P. Pari sebesar Rp. 12.365.824.221 Pemanfaatan maksimal akan memberikan nilai ekonomi yang maksimal Agussalim BPPP Ambon 2014 Ora Beach Kab. Maluku Tengah Prov. Maluku Valuasi Ekonomi Wisata Bahari Obyek Wisata Ora Beach Analisis TCM dan CVM Pengelolaan perorangan tidak melibatkan masyarakat lokal Norita Vibriyanto 2015 Pantai Lombang Kab. Sumenep Prov. Jawa Timur Estimasi Nilai Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lombang Kab. Sumenep Prop. Jawa Timur Analisis TCM dan CVM, Carriying Capacity, ARIMA Nilai ekonomi Pantai Lombang sebesar Rp 3.617.082.540,10 . Daya dukung Pantai Lombang untuk kegiatan rekreasi pantai adalah 72.000 orangtahun.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teori

Menurut Hall 2001, konsep wisata pesisir mencakup berbagai aplikasi wisata yaitu waktu luang dan kegiatan yang berorientasi pada wisata yang terjadi di zona pantai hingga lepas pantai. Kegiatan yang biasa dilakukan pada wisata pesisir adalah rekreasi, berperahu, kapal pesiar, berenang, memancing, snorkelling dan menyelam. Wisata pesisir terkait dengan konsep wisata pantai, yaitu perjalanan wisata yang dilakukan dari satu tempat dimana orang tersebut tinggal dan bekerja menuju ketempat lain untuk menikmati lingkungan pesisir. Pesisir dan laut dikenal sebagai kawasan yang mengandung kekayaan alam potensial untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pemenuhan kebutuhan tersebut diantaranya berasal dari sumberdaya perikanan, sumberdaya mineral dan tambang, sumberdaya bahan obat-obatan, sumberdaya alternatif dari arus dan gelombang, serta sumberdaya alami untuk media transportasi, pertahanan, keamanan dan pariwisata Mukhtasor 2006. Sumberdaya yang besar ini juga bisa menambah devisa negara dan banyak dilirik oleh pemodal besar. Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi pengembangan ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional. Rezim kepemilikan sumberdaya pesisir dan laut bersifat akses terbuka open access, artinya tidak ada pengaturan tentang apa, kapan, dimana, siapa dan bagaimana sumberdaya alam dimanfaatkan, serta bagaimana terjadinya persaingan bebas free for all Satria 2009. Sumberdaya alam pesisir dan laut semakin disadari banyak orang sebagai potensi yang cukup menjanjikan dalam mendukung tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Secara umum, wilayah pesisir dimanfaatkan oleh tiga aktor, yaitu oleh pemerintah, swasta dan juga nelayan. Biasanya pantai dan pesisir dimanfaatkan oleh nelayan untuk menangkap ikan dan pihak swasta untuk pertambangan, pengilangan minyak, industri, pariwisata, perkapalan dan transportasi. Laut dalam dikuasai negara untuk keperluan konservasi, pertahanan dan keamanan serta kehutanan. Menurut Kusumastanto 2003, subsektor pariwisata bahari merupakan sektor yang memiliki masa depan yang menjanjikan untuk menunjang pembangunan kelautan. Dari sisi efisiensi, sektor ini merupakan sektor paling efisien dalam bidang kelautan yang ditunjukkan dengan nilai ICOR sebesar 3,10. Dengan demikian wajar jika pengembangan pariwisata bahari menjadi prioritas. Obyek utama yang menjadi potensi pariwisata bahari adalah wisata pantai seaside tourism, wisata alam pantai, wisata budaya cultural tourism, wisata pesiar cruise tourism, wisata alam ecotourism, dan wisata olahraga sport tourism , wisata bisnis bisnis tourism. Penelitian tentang analisis ekonomi wisata pesisir di Kawasan Carocok Painan ini menggunakan metode travel cost method dan contingent valuation method dalam memperkirakan kondisi demand, menggunakan analisis daya dukung kawasan untuk mengetahui kondisi supply, selanjutnya untuk mengetahui peran ekonomi sektor pariwisata digunakan metode Location Quotient dan Input- Output .