Metode rakit apung
5 10
15 20
25 30
45 60
75 90
umur panen hari
kad ar
ai r
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
aq ap
aq aq
ap ap
aq ab
q aq
bq
23 ,3
2 23
,3 7
21 ,3
9 23
,2 7
23 ,5
5 21
,4 2
23 ,6
23 ,8
21 ,7
4 24
,0 2
21 ,2
3
ap
24 ,0
2
aq
Metode rakit dasar
5 10
15 20
25 30
45 60
75 90
umur panen hari
K ad
ar A
ir
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
23 ,2
4 23
,7 8
21 ,9
4 23
,9 23
,3 22
,0 1
24 ,0
8 24
,2 3
22 ,1
4 24
,5 4
ap aq
ab q
c ab
p ab
q aq
ab p
ab q
bc q
bp
21 ,2
2
bq
24 ,4
7
cq
Keterangan: Huruf a,b menunjukkan adanya perbedaan dalam perlakuan bobot bibit p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Huruf p,q,r menunjukkan adanya perbedaan perlakuan dalam umur panen p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Gambar 8.  Kadar air rumput laut Gracilaria verrucosa kering pada metode penanaman, bobot bibit, dan umur panen berbeda
4.3.2   Kadar abu
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar  abu  menunjukkan  besarnya  kandungan  mineral  pada  rumput  laut  kering
yang  tidak  terbakar  selama  pembakaran  atau  pengabuan.  Winarno  1996 menyatakan  bahwa  kadar  abu  ada  hubungannya  dengan  mineral  suatu  bahan.
Proses  pembakaran  menyebabkan  bahan-bahan  yang  mudah  menguap  yaitu  air dan  bahan  volatile  lainnya  akan  mengalami  oksidasi  dengan  menghasilkan  CO
2
.
Histogram  kadar  abu  rumput  laut  G.  verrucosa  kering  dapat  dilihat  pada Gambar 9.
Metode rakit apung
5 10
15 20
25 30
35 40
45 60
75 90
umur panen hari
k ad
ar ab
u
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
3 ,2
9 2
8 ,1
6 3
1 ,2
1 3
1 ,8
1 2
9 ,5
3 3
2 ,7
5 3
2 ,9
6 3
,1 6
3 4
,9 9
3 4
,1 4
aq aq
ap bq
bp bp
bq cq
cr dq
3 1
,0 6
aq
3 ,0
8
dp
Metode rakit dasar
5 10
15 20
25 30
35 40
45 60
75 90
umur panen hari
k ad
ar ab
u
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
3 ,5
2 9
,8 7
3 3
,9 1
3 3
,0 8
3 ,2
6 3
5 ,4
4 3
4 ,1
5 3
1 ,0
3 3
6 ,3
7 3
4 ,3
5
a p
a p
a p
a b
q a
b q
b q
b q
a b
p b
q b
p q
3 1
,7 3
a p
3 3
,1 3
b p
Keterangan: Huruf a,b menunjukkan adanya perbedaan dalam perlakuan bobot bibit p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Huruf p,q,r menunjukkan adanya perbedaan perlakuan dalam umur panen p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Gambar  9.  Kadar  abu  rumput  laut  Gracilaria  verrucosa  kering  pada  metode penanaman, bobot bibit, dan umur panen yang berbeda
Kadar  abu  yang  dihasilkan  pada  penelitian  ini  berkisar  antara  28,16- 36,37.  Bertambahnya  umur  panen  menyebabkan  kadar  abu  rumput  laut
cenderung  meningkat.  Hal  ini  disebabkan  semakin  lama  rumput  laut  berada  di perairan  maka  penyerapan  terhadap  mineral  akan  semakin  tinggi.    Bobot  bibit
50 g memiliki kadar abu yang lebih besar, hal ini disebabkan semakin kecil bibit rumput laut maka penyerapan garam mineral  akan lebih besar karena persaingan
untuk  mendapatkan  garam-garam  mineral  semakin  kecil.  Kadar  abu  yang dihasilkan  pada  penelitian  ini  memenuhi  standar  FAO  1971  dalam  Angka  dan
Suhartono 2000 yaitu sebesar 15-40.
4.3.3   Kadar abu tak larut asam
Abu tak larut asam terdiri dari garam-garam klorida yang tidak larut asam, garam-garam  logam  berat  dan  silika.  Kadar  abu  tak  larut  asam  merupakan  salah
satu  kriteria  untuk  menentukan  tingkat  kebersihan  dalam  proses  pengolahan Basmal et al. 2003.
Unsur  mineral  yang  terdapat  di  dalam  abu  adalah  oksida-oksida  garam yang mengandung kation dan anion. Anion tersebut antara lain anion sulfat, nitrat,
dan  Cl,  sedangkan  kationnya  adalah  Na,  Ca,  K,  Mg,  Fe,  dan  logam-logam  lain Winarno 1997. Rumput laut termasuk bahan pangan yang mengandung mineral
yang  cukup  tinggi  seperti  Na,  Ca,  K,  Cl,  Mg,  Fe,  S,  dan  sebagainya Winarno 1996.
Penelitian ini menghasilkan kadar abu tak larut asam sebesar 0,13-1,44. Berdasarkan  hasil  analisis  ragam  perlakuan  bobot  bibit,  dan  umur  panen
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan abu tidak larut asam. Kadar abu tak  larut  asam  yang  dihasilkan  dalam  penelitian  ini  memenuhi  standar  yang
ditetapkan oleh EEC 1986 dalam Angka dan Suhartono 2000 yaitu maksimum 2.  Semakin  besar  bobot  bibit  semakin  banyak  kontaminan  pada  talus,  begitu
pula pada umur panen semakin lama rumput laut berada di perairan maka semakin banyak pula kontaminan. Histogram kadar abu tak larut asam rumput laut kering
disajikan pada Gambar 10.
Metode rakit apung
0,00 0,50
1,00 1,50
45 60
75 90
umur panen hari
kad ar
ab u
t ak
lar u
t asam
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
0, 49
0, 72
0, 17
0, 74
0, 48
0, 85
1, 07
0, 69
1, 01
0, 13
ap ap
aq aq
0, 52
ar ar
bp bq
br
cp cq
cr
1, 28
cr
Metode rakit dasar
0,00 0,50
1,00 1,50
45 60
75 90
umur panen hari
kad ar
ab u
t ak
lar u
t asam
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
1, 23
0, 66
0, 42
0, 85
0, 64
0, 30
0, 79
0, 57
0, 75
1, 13
0, 22
ap aq
aq ar
ar
ap bp
bq br
cp cq
cr
1, 44
cr
Keterangan: Huruf a,b menunjukkan adanya perbedaan dalam perlakuan bobot bibit p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Huruf p,q,r menunjukkan adanya perbedaan perlakuan dalam umur panen p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Gambar  10.  Kadar  abu  tak  larut  asam  rumput  laut  Gracilaria  verrucosa    kering pada metode penanaman, bobot bibit, dan umur panen yang berbeda