Metode rakit apung
0,00 0,50
1,00 1,50
45 60
75 90
umur panen hari
kad ar
ab u
t ak
lar u
t asam
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
0, 49
0, 72
0, 17
0, 74
0, 48
0, 85
1, 07
0, 69
1, 01
0, 13
ap ap
aq aq
0, 52
ar ar
bp bq
br
cp cq
cr
1, 28
cr
Metode rakit dasar
0,00 0,50
1,00 1,50
45 60
75 90
umur panen hari
kad ar
ab u
t ak
lar u
t asam
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
1, 23
0, 66
0, 42
0, 85
0, 64
0, 30
0, 79
0, 57
0, 75
1, 13
0, 22
ap aq
aq ar
ar
ap bp
bq br
cp cq
cr
1, 44
cr
Keterangan: Huruf a,b menunjukkan adanya perbedaan dalam perlakuan bobot bibit p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Huruf p,q,r menunjukkan adanya perbedaan perlakuan dalam umur panen p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Gambar  10.  Kadar  abu  tak  larut  asam  rumput  laut  Gracilaria  verrucosa    kering pada metode penanaman, bobot bibit, dan umur panen yang berbeda
4.4  Karakteristik Fisiko-Kimia Agar Gracilaria verrucosa
Agar merupakan polisakarida yang terakumulasi dalam dinding sel rumput laut  penghasil  agar  atau  agarofit,  oleh  karenanya  kandungan  agar  yang  terdapat
dalam  rumput  laut  di  pengaruhi  oleh  musim  Armisen  dan  Galatas  2000.  Salah satu  rumput  laut  agarofit  adalah  Gracilaria  verrucosa  yang  digunakan  sebagai
bahan baku dalam pembuatan agar berasal dari budidaya di perairan Desa Selok,
Cilacap  dengan  perlakuan  berbagai  metode  penanaman,  bobot  bibit  dan  umur panen.  Penelitian  pada  tahap  ini  bertujuan  menentukan  perlakuan  terbaik  dari
hasil  ekstraksi  agar.  Penentuan  perlakuan  terbaik  dipilih  berdasarkan  parameter rendemen, kekuatan gel, viskositas, kadar air, dan kadar abu  yang sesuai  dengan
standar mutu agar.
4.4.1  Rendemen
Rendemen merupakan salah satu parameter penting dalam menilai efektif tidaknya  proses  pembuatan  tepung  agar.  Efektif  dan  efisiennya  proses  ekstraksi
bahan baku untuk pembuatan tepung agar dapat  dilihat dari nilai rendemen  yang dihasilkan.  Rendemen merupakan banyaknya agar yang dikandung dalam rumput
laut dan dinyatakan dalam persen. Rata-rata rendemen agar yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 23,00-32,57.
Rendemen  agar  yang  diperoleh  dalam  penelitian  ini  memenuhi  SNI  N0. 01-2690  rumput  laut  kering  1998,  G.  verrucosa  dianggap  baik  jika  kandungan
agarnya  diatas  20  SNI  1998.  Bobot  bibit  dan  umur  panen  yang  berbeda memiliki  pengaruh  nyata  terhadap  rendemen.  Menurut  Fritz  1987  hasil
fotosintesis  dari  Rhodophyceae  merupakan  senyawa  polisakarida.  Rumput  laut yang  memiliki  bobot  awal  yang  lebih  kecil,  karena  persaingannya  relatif  kecil,
cenderung  untuk  tumbuh  lebih  cepat  dan  mengandung  lebih  banyak  senyawa polisakarida.
Agar merupakan polisakarida yang terakumulasi dalam dinding sel rumput laut penghasil agar atau agarofit, oleh karenanya agar yang terdapat dalam rumput
laut  dipengaruhi  oleh  musim.  Semakin  tua  umur  panen  maka  kandungan polisakarida  yang  dihasilkan  semakin  banyak  sehingga  karaginannya  juga
semakin tinggi Syamsuar 2006. Rendemen  agar  selain  dipengaruhi  cara  ekstraksi,  dipengaruhi  pula  oleh
spesies,  iklim,  waktu  pemanenan  dan  lokasi  budidaya  Chapman  dan Chapman 1980. Utomo dan Satriyana 2006 menyatakan besarnya rendemen ini
belum tentu sama untuk rumput laut yang sama apabila dipanen pada waktu yang berbeda.  Berdasarkan  hasil  penelitian  Marinho-Soriano  dan  Bourret  2003  efek