Budidaya Gracilaria verrucosa TINJAUAN PUSTAKA
rakit bambu yang direntangi tali dan bibit diikat pada tali tersebut. Letak rakit dari permukaan air diatur dengan pemberat sehingga rumput laut tidak muncul dari
permukaan air pada saat tanaman menjadi besar Kadi dan Atmadja 1988. Pada sistem apung, biasanya digunakan rakit bambu yang direntangi tali
rafia pada tali plastik yang direntangkan beberapa centimeter di atas perairan dengan patok kayu dan bambu. Letak tanaman diusahakan selalu terendam air.
Keuntungan pemeliharaan metode ini antara lain adalah pemeliharaan mudah dilakukan, gangguan hama sedikit, pemeliharaan lokasi lebih fleksibel dan
intensitas cahaya matahari lebih besar Ahda et al. 2005. Sistem dasar biasanya dilakukan pada perairan yang tenang tambak dan umumnya pada perairan yang
tidak terlalu dalam, sehingga cahaya matahari mampu menembus perairan. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut seperti halnya biota perairan
lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas,
temperatur, intensitas cahaya, dan nutrisi. Secara umum, rumput laut dijumpai tumbuh di perairan yang dangkal dengan kondisi perairan berpasir, sedikit
lumpur, atau campuran keduanya Anggadiredja et al. 2002. Faktor-faktor dalam budidaya rumput laut adalah pemilihan lokasi yang
memenuhi persyaratan budidaya, penyediaan bibit yang baik dan cara pembibitan, metode budidaya dan perawatan, panen, penyimpanan, dan pemetaan. Bibit
rumput laut yang digunakan harus mempunyai syarat-syarat pertumbuhan. Hal-hal dalam memilih bibit yang baik adalah fisik yang segar, talus kecil dan agak keras,
bercabang banyak, rimbun dan berujung runcing, bibit berwarna cerah dan harus seragam DKP 2008.
a Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Suhu mempunyai pengaruh terhadap kecepatan fotosintesis sampai
suatu titik tertentu. Kecepatan fotosintesis akan meningkat dengan peningkatan temperatur Fiter dan Hay 1992. Kemampuan adaptasi alga Gracilaria
sangatlah bervariasi tergantung pada lingkungan dimana tumbuhan tersebut hidup. Chen dan Shang 1976 dalam Sjafrie 1990 menyatakan bahwa temperatur
optimum untuk budidaya Gracilaria adalah 20-25
o
C, sedangkan menurut Kadi dan Atmadja 1988 suhu air untuk budidaya Gracilaria di Indonesia berkisar
antara 20-28
o
C.
b Salinitas dan pH
Salinitas merupakan faktor lingkungan penting bagi kehidupan organisme perairan. Setiap organisme memiliki toleransi berbeda terhadap kisaran salinitas.
Chen dan Shang 1976 dalam Sjafrie 1990 menyatakan bahwa kisaran salinitas yang baik untuk budidaya Gracilaria adalah 15
–20
o oo
,. Kadi dan Atmadja 1988 menyatakan bahwa kisaran nilai pH yang baik untuk usaha budidaya
Gracilaria sp. di Indonesia adalah antara 8-8,5. Menurut Trono dan Gavino 1990, Gracilaria sp. merupakan spesies
euryhaline dan dapat tumbuh pada perairan payau dengan kisaran salinitas luas. Salinitas optimum berkisar antara 15 sampai 24 ppt. Peningkatan salinitas dapat
terjadi selama musim panas dengan nilai hingga 35 dan menurun sampai 8 ppt selama musim hujan.
c Unsur hara
Unsur hara atau nutrien merupakan suatu elemen berfungsi dalam kehidupan organisme. Unsur hara perairan mempengaruhi proses reproduksi,
perkembangan, morfologi dan distribusi rumput laut. Unsur hara perairan berasal dari perairan itu sendiri, antara lain akibat dekomposisi sisa pakan, zat hara yang
masuk ke perairan melalui aliran air permukaan tanah run off, arus, erosi tanah, dan limbah sekitar Watson 1978. Zat hara anorganik utama yang diperlukan
fitoplankton untuk tumbuh dan berkembangbiak adalah nitrogen dalam bentuk nitrat NO
3
dan fosfor dalam bentuk fosfat PO
4
Nybakken 1988. Fosfor P merupakan unsur penting bagi semua aspek kehidupan terutama
berfungsi dalam transformasi energi metabolik. Fosfor tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Kandungan fosfor dalam sel alga mempengaruhi laju serapan fosfat,
yaitu berkurang sejalan dengan meningkatnya kandungan fosfat dalam sel. Beberapa jenis alga mampu menyerap fosfat melebihi kebutuhannya dan mampu
menyerap fosfat pada konsentrasi sangat rendah Kuhl 1974. Senyawa fosfat
merupakan penyusun fosfolipida penting sebagai penyusun membran dan terdapat dalam jumlah besar. Energi yang dibebaskan dari hidrolisis pirofosfat dan
berbagai ikatan fosfat organik digunakan untuk mengendalikan berbagai reaksi kimia Noogle 1986 dalam Patadjal 1993.
Nitrogen adalah salah satu unsur utama penyusun sel organisme yaitu dalam proses pembentukan protoplasma. Nitrogen seringkali berada dalam jumlah
terbatas di perairan, terutama di daerah beriklim tropis. Kekurangan nitrogen dalam perairan dapat menghambat pertumbuhan tanaman akuatik, walaupun unsur
hara lain berada dalam jumlah melimpah Hunter 1990 dalam Patadjal 1993. Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan
organisme dan proses pembentukan protoplasma, serta merupakan salah satu unsur utama pembentuk protein. Di perairan nitrogen ditemukan dalam bentuk
amonia, nitrit dan nitrat serta beberapa senyawa nitrogen organik lain Wardoyo 1981. Nitrat adalah nitrogen utama di perairan alami dan merupakan unsur hara
utama bagi pertumbuhan alga Effendi 2000. Pada tumbuhan tingkat rendah rumput laut penyerapan air dan zat hara
yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh dengan cara difusi. Telah diketahui bahwa isi sel hidup adalah protoplasma yang merupakan
satu larutan. Tubuh tumbuhan dibangun oleh sel-sel tumbuhan yang setiap selnya memiliki dinding sel dari selulosa. Dinding tersebut umumnya bersifat permeabel
sehingga dapat dilewati air dan zat-zat telarut di dalamnya. Dinding sel alga
terdiri dari selulose dan agar atau karagen Lobban dan Harrison 1994. Ketersediaan unsur hara ke tanaman, dapat juga terjadi karena melalui
mekanisme perbedaan konsentrasi. Konsentrasi unsur hara pada tanaman lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi hara pada lingkungan. Peristiwa
pergerakan unsur hara terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi unsur hara tersebut dikenal dengan mekanisme penyediaan hara secara difusi.
Proses difusi ini dapat berlangsung karena konsentrasi beberapa ion dalam sitosol
dipertahankan tetap rendah, karena begitu ion-ion tersebut masuk kedalam sitosol akan segera dikonversi kebentuk lain, misalnya NO
3
ˉ segera direduksi menjadi NH
4
ˉ, selanjutnya digunakan dalam sintesis asam amino dan protein. H
2
PO
4
ˉ dikonversi menjadi gula fosfat, nukleotida, RNA, atau DNA. Dengan demikian,
konsentrasi ketiga anion ini di dalam sitosol cenderung tetap rendah dan menyebabkan proses difusi dapat berlangsung
Lobban dan Harrison 1994.
d Kecerahan dan kedalaman
Kecerahan perairan sangat menentukan jumlah intensitas sinar matahari masuk ke suatu perairan. Kemampuan daya tembus sinar matahari ke perairan
sangat ditentukan oleh kekeruhan perairan, kandungan bahan-bahan organik tersuspensi, kepadatan plankton, jasad renik dan detritus Anggadiredja
et al. 2006. Air keruh dapat menghalangi cahaya matahari ke dalam air sehingga
proses fotosintesis menjadi terganggu. Disamping itu, kotoran dapat menutupi permukaan talus dan menyebabkan talus busuk dan patah. Secara keseluruhan
kondisi ini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan rumput laut Ahda et al. 2005.
Cahaya matahari merupakan sumber energi dalam proses fotosintresis. Gracilaria sebagai tumbuhan berklorofil, maka fotosintesis merupakan proses
utama penentu laju pertumbuhan. Hal ini dikarenakan fotosintesis merupakan proses pengubahan zat anorganik menjadi zat organik dengan bantuan sinar
matahari, kemudian digunakan untuk tumbuh dan berkembang secara normal Rifai 2002.