pada perairan estuarin dengan kedalaman antara 1-5 m pada saat pasang tinggi dan ditemukan juga pada dataran terumbu karang Bold dan Wynne 1978.
Morfologi Gracilaria verrucosa dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Gracilaria verrucosa http:www.niobioinformatics.inseaweeds
Menurut Trono dan Gavino 1990, Gracilaria ditemukan pada lokasi dengan karakteristik perairan tenang, memiliki nilai nutrien tinggi, tempat dangkal
dengan substrat berpasir atau berlumpur. Tempat pembudidayaan dapat di lokasi tidak bergelombang. Gracilaria memiliki talus mudah rusak atau putus bila
terkena gelombang. Pada daerah tropis, Gracilaria ditemukan pada batu karang dan dasar perairan berpasir dan bebas dari gelombang. Menurut Marinho dan
Bourret 2003, efek musim dapat mempengaruhi rendemen dan sifat fisik dari agar.
Rumput laut Gracilaria merupakan kelompok rumput laut agarofit yaitu rumput laut penghasil agar Winarno 1996. Gracilaria telah dibudidayakan oleh
nelayan di tambak namun pemanfaatannya belum optimal. Kandungan utama rumput laut adalah polisakarida sebesar 40-70 bobot kering, bergantung pada
jenis dan keadaan lingkungan tumbuh Angka dan Suhartono 2000.
2.2 Budidaya Gracilaria verrucosa
Budidaya rumput laut untuk menghasilkan pertumbuhan optimum harus memperhatikan faktor-faktor pendukung yang diperlukan diantaranya adalah
pemakaian jenis rumput laut bermutu, teknik budidaya tepat, pengelolaan tepat, selain itu dipengaruhi juga oleh faktor fisik, kimia dan biologi. Faktor fisik antara
lain kedalaman, suhu dan kecerahan. Faktor kimia meliputi salinitas, pH, nutrisi dan faktor biologi yang meliputi persaingan antar talus, predator, dan tumbuhan
pengganggu Anggadiredja et al. 2002. Metode penanaman berkaitan dengan penerimaan sinar matahari yang
merupakan faktor utama untuk kehidupan rumput laut. Rumput laut tidak tumbuh pada kedalaman yang tidak terjangkau sinar matahari. Bobot bibit yang digunakan
dalam budidaya rumput laut berkaitan dengan ruang tumbuh dan persaingan antar talus dalam mendapatkan nutrisi. Nutrisi dalam proses kehidupan diperoleh dari
media air laut yang diserap secara difusi oleh talus. Lama penanaman rumput laut berkaitan dengan penyimpanan hasil fotosintesis. Hal ini didukung dengan
pernyataan DKP 2003 bahwa dari hasil fotosintesis rumput laut menghasilkan beberapa zat penting dan mempunyai nilai ekonomis. Rumput laut merah
Rhodophyceae menghasilkan floridin starch, mannoglycerate dan floridosida. Lebih spesifik lagi dikenal dengan polisakarida berupa agar dan karaginan.
Rumput laut coklat Phaeophyceae menghasilkan alginat. Rumput laut hijau Chlorophyceae menghasilkan kanji dan lemak.
Produksi rumput laut selain dipengaruhi oleh syarat tumbuh juga dipengaruhi oleh pemilihan metode budidaya yang tepat. Metode budidaya
rumput laut berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan dibagi menjadi tiga cara, yaitu metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung. Metode
apung dapat dimodifikasi dengan tiga sistem yaitu metode apung sistem tali tunggal, sistem apung jaring dan sistem rakit apung Aslan 1998.
Sistem dasar dilakukan dengan langsung menebarkan bibit di dasar perairan dan dibiarkan tumbuh secara alami. Sistem lepas dasar dengan cara
mengikat bibit dengan rafia pada tali plastik yang direntangkan beberapa sentimeter di atas perairan dengan patok kayu atau bambu. Letak tanaman
diusahakan selalu terendam dalam air. Pada sistem apung, biasanya digunakan
rakit bambu yang direntangi tali dan bibit diikat pada tali tersebut. Letak rakit dari permukaan air diatur dengan pemberat sehingga rumput laut tidak muncul dari
permukaan air pada saat tanaman menjadi besar Kadi dan Atmadja 1988. Pada sistem apung, biasanya digunakan rakit bambu yang direntangi tali
rafia pada tali plastik yang direntangkan beberapa centimeter di atas perairan dengan patok kayu dan bambu. Letak tanaman diusahakan selalu terendam air.
Keuntungan pemeliharaan metode ini antara lain adalah pemeliharaan mudah dilakukan, gangguan hama sedikit, pemeliharaan lokasi lebih fleksibel dan
intensitas cahaya matahari lebih besar Ahda et al. 2005. Sistem dasar biasanya dilakukan pada perairan yang tenang tambak dan umumnya pada perairan yang
tidak terlalu dalam, sehingga cahaya matahari mampu menembus perairan. Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut seperti halnya biota perairan
lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas,
temperatur, intensitas cahaya, dan nutrisi. Secara umum, rumput laut dijumpai tumbuh di perairan yang dangkal dengan kondisi perairan berpasir, sedikit
lumpur, atau campuran keduanya Anggadiredja et al. 2002. Faktor-faktor dalam budidaya rumput laut adalah pemilihan lokasi yang
memenuhi persyaratan budidaya, penyediaan bibit yang baik dan cara pembibitan, metode budidaya dan perawatan, panen, penyimpanan, dan pemetaan. Bibit
rumput laut yang digunakan harus mempunyai syarat-syarat pertumbuhan. Hal-hal dalam memilih bibit yang baik adalah fisik yang segar, talus kecil dan agak keras,
bercabang banyak, rimbun dan berujung runcing, bibit berwarna cerah dan harus seragam DKP 2008.
a Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Suhu mempunyai pengaruh terhadap kecepatan fotosintesis sampai
suatu titik tertentu. Kecepatan fotosintesis akan meningkat dengan peningkatan temperatur Fiter dan Hay 1992. Kemampuan adaptasi alga Gracilaria
sangatlah bervariasi tergantung pada lingkungan dimana tumbuhan tersebut hidup. Chen dan Shang 1976 dalam Sjafrie 1990 menyatakan bahwa temperatur