Metode rakit apung
2 5
7 ,0
2 9
5 ,3
3 3
6 ,3
3
2 3
6 ,6
7 2
2 4
,3 3
2 6
5 ,0
2 7
4 ,0
2 2
,0 2
2 6
,0 2
7 4
,0 2
7 7
,3 3
2 9
,0
50 100
150 200
250 300
350
45 60
75 90
umur panen hari
k ek
u at
an g
el g
c m
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
a q
a p
a p
d q
cp cp
cq cp
cp b
q b
p b
p
Metode rakit dasar
2 3
,0 2
9 3
,6 7
2 8
5 ,3
3 2
4 4
,6 7
2 ,0
2 7
1 ,6
7 2
6 5
,0 2
1 9
,6 7
2 1
2 ,6
7 2
6 8
,6 7
2 5
2 ,3
3 2
1 3
,3 3
50 100
150 200
250 300
350
45 60
75 90
umur panen hari
k ek
u at
an g
el g
c m
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
a p
a q
d p
cp cp
cr cq
b p
b q
b p
a p
a r
Keterangan: Huruf a,b menunjukkan adanya perbedaan dalam perlakuan bobot bibit p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Huruf p,q,r menunjukkan adanya perbedaan perlakuan dalam umur panen p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Gambar 14. Kekuatan gel agar Gracilaria verrucosa pada metode penanaman, bobot bibit dan umur panen yang berbeda
4.4.5 Viskositas
Viskositas atau kekentalan didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan geser suatu cairan. Suspensi koloid dalam larutan dapat meningkat
dengan cara mengentalkan cairan sehingga terjadi absorbsi dan pengembangan koloid Glicksman 1983. Rata-rata viskositas agar yang dihasilkan dalam
penelitian ini berkisar antara 30,57-38,17 cP. Histogram viskositas dapat dilihat pada Gambar 15.
Metode rakit apung
3 2
,7 1
3 8
,1 7
3 5
,7 5
3 3
,1 1
3 1
,7 8
3 6
,2 4
3 6
,0 4
3 3
,2 7
3 ,8
3 3
6 ,2
4 3
5 ,5
7 3
3 ,6
2
5 10
15 20
25 30
35 40
45 60
75 90
umur panen hari
v is
k o
s it
as c
P
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
a r
a q
a p
d q
d p
cp cp
q cq
cp b
p b
p a
q
Metode rakit dasar
3 1
,1 1
3 7
,1 7
3 5
,4 3
2 ,1
1 3
,6 1
3 5
,2 3
3 5
,0 5
3 3
,2 7
3 ,5
7 3
4 ,8
9 3
3 ,6
9 3
1 ,4
7
5 10
15 20
25 30
35 40
45 60
75 90
umur panen hari
v is
k o
s it
as c
P
bobot bibit 50 g bobot bibit 75 g
bobot bibit 100 g
a q
a p
a p
d p
d q
d r
c p
c r
c q
b p
b r
b q
Keterangan: Huruf a,b menunjukkan adanya perbedaan dalam perlakuan bobot bibit p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Huruf p,q,r menunjukkan adanya perbedaan perlakuan dalam umur panen p0,5 berdasarkan uji Duncan Multiple range test
Gambar 15. Kekuatan viskositas agar Gracilaria verrucosa pada metode penanaman, bobot bibit dan umur panen yang berbeda
Viskositas merupakan faktor kualitas yang penting untuk zat cair dan semi cair kental atau produk murni, dimana hal ini merupakan ukuran dan kontrol
untuk mengetahui kualitas dari produk akhir Joslyn 1970. Viskositas agar berpengaruh terhadap sifat gel terutama titik pembentukan gel dan titik leleh,
dimana viskositas agar yang tinggi menghasilkan laju pelelehan dan pembentukan gel yang lebih tinggi dibanding agar yang viskositasnya rendah.
Hasil penelitian Suryaningrum 1988 menyatakan bahwa peningkatan umur panen menurunan viskositas. Penurunan viskositas ini dipengaruhi oleh
kandungan sulfat.Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bobot bibit dan umur panen berpengaruh nyata terhadap viskositas. Viskositas dan kekuatan
gel saling terkait dengan 3,6-anhidro-L-galaktosa dan berbanding terbalik dengan kandungan sulfatnya. Viskositas disebabkan oleh adanya daya tolak menolak
antar grup sulfat yang bermuatan negatif disepanjang rantai polimernya, sehingga menyebabkan rantai polimer kaku dan tertarik kencang. Karena sifat hidrofilik
menyebabkan molekul tersebut dikelilingi oleh air yang tidak bergerak, hal inilah yang menentukan nilai viskositas Guiseley et al. 1980.
4.5 Sifat Fisiko-Kimia Agar Terbaik
Berdasarkan hasil penelitian tahap sebelumnya, diperoleh perlakuan terbaik yang akan dianalisis lebih lanjut karakteristik fisiko-kimia agarnya.
Parameter yang dijadikan kriteria utama dalam penentuan perlakuan terbaik adalah rendemen, kadar air, kadar abu, viskositas dan kekuatan gel. Hasil agar
terbaik pada penelitian ini dihasilkan pada perlakuan dengan bobot bibit 50 g dan umur panen 60 hari baik pada metode apung dan metode dasar. Sifat fisik kimia
agar terbaik dapat dilihat pada Tabel 3. Titik jendal merupakan suhu dimana gel mulai terbentuk.Titik
pembentukan gel merupakan temperatur saat terjadinya peralihan dari fasa sol ke fasa gel dimana pada keadaan ini terjadi perubahan konformasi gulungan acak
random coil menjadi rantai berpilin ganda double helix yang kemudian beragregasi membentuk struktur tiga dimensi Rees et al. 1969.
Friedlander dan Zelokovitch 1984 menyatakan bahwa suhu titik jendal dan titik leleh berbanding lurus dengan kandungan 3,6-anhidro-L-galaktosa dan
berbanding terbalik dengan kandungan sulfatnya. Berdasarkan hasil penelitian titik jendal dan titik leleh pada metode apung berbeda nyata dengan metode dasar,
hal ini dapat diduga karena kadar 3,6-anhidro-L-galaktosa memiliki pengaruh yang berbeda nyata pada kedua metode.
Tabel 3. Sifat fisiko-kimia agar terbaik Parameter
Metode Apung
Dasar Titik jendal
o
C 35,45 0,49
b
33,60 0,10
a
Titik leleh
o
C 63,00 0,56
b
60,27 0,11
a
Derajat putih 16,60 0,06
b
14,93 0,11
a
3,6-anhidro-l-galaktosa 37,52 0,45
b
36,35 0,08
a
Sulfat 2,71 0,28
a
3,55 0,99
b
Logam bobot ppm Pb
Cu Zn
Hg tidak terdeteksi
0,34 0,15
b
3,04±0,01
a
tidak terdeteksi tidak terdeteksi
0,26 0,03
a
3,28±0,10
a
tidak terdeteksi
Keterangan : Huruf a,b yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan antara perlakuan bobot bibit p0,05 berdasarkan uji Duncan Multiple range Test.
Berdasarkan hasil penelitian Purnawati 1992 menjelaskan bahwa suhu pembentukan gel erat kaitannya dengan kadar 3,6-anhidro-L-galaktosa. Adanya
3,6-anhidro-L-galaktosa dalam molekul agar menyebabkan sifat beraturan dalam rantai polimer bertambah dan sebagai akibatnya akan mempertinggi potensi
pembentukan heliks rangkapnya, dengan demikian suhu pembentukan gel lebih cepat tercapai. Suryaningrum 1988 menyatakan bahwa suhu pembentukan gel
berbanding lurus dengan kandungan 3,6-anhidro-L-galaktosa dan berbanding terbalik dengan kandungan sulfatnya.
Menurut Whistler 1973 agar mempunyai temperatur leleh antara 60-97
o
C pada konsentrasi 1,5. Perbedaan temperatur leleh dipengaruhi oleh jenis rumput laut, kondisi tempat tumbuh dan metode ekstraksi. Titik jendal pada
metode penanaman apung lebih tinggi dibandingkan dengan metode penanaman dasar Tabel 5. Suhu pembentukan gel erat kaitannya dengan kadar 3,6-anhidro-
L-galaktosa dan kadar sulfat. Peningkatan kadar 3,6-anhidro-L-galaktosa dan penurunan
kadar sulfat
akan meningkatkan
suhu pembentukan
gel Glicksman 1983. Satari 2001 menyatakan bahwa sifat agar antara lain dapat