6.2.3. Gap antara Penawaran dan Permintaan Kayu Bulat
Dari proyeksi kebutuhan kayu bulat untuk industri pengolahan dan pasokan kayu bulat, terlihat adanya gap antara keduanya yang berfluktuasi antara
tahun 2006 – 2010 yang besarnya kurang lebih sekitar 6 juta m
3
Tabel 27. Proyeksi Selisih Gap antara Penawaran dan Permintaan Kayu Bulat di Indonesia Tahun 2006-2010
Tabel 27.
Peubah TAHUN
2006 2007
2008 2009
2010 QDKB Total permintaan kayu
bulat 22141.51
21419.98 21000.13 20771.25 20703.05
QSL Total produksi kayu sah 17133.00
15929.62 15401.99 15103.94 15233.04
QXKB Ekspor kayu bulat 1037.47
1104.62 1109.14
1077.31 1024.98
QMKB Impor kayu bulat 150.25
137.04 126.58
118.36 111.81
PENAWARAN Penawaran
kayu bulat domestik 16245.79
14962.04 14419.43 14144.99 14319.87
GAP Selisih antara penawaran dan total permintaan
-5895.72 -6457.94
-6580.70 -6626.26
-6383.18
6.3. Simulasi Skenario Kebijakan Sebagai Upaya Penurunan Gap
Simulasi skenario kebijakan difokuskan pada dampak dari berbagai alternatif kebijakan di luar sub sektor kehutanan yang mungkin terjadi pada
beberapa tahun mendatang, serta kebijakan di bidang kehutanan yang diperkirakan akan mampu memperbaiki situasi industri pengolahan kayu primer,
terutama dari sisi penyeimbangan jumlah penawaran dan permintaan kayu bulat sebagai pasokan bahan baku untuk industri tersebut.
6.3.1. Kenaikan Upah sebesar 5
Secara umum kenaikan upah sebesar 5 akan berpengaruh negatif terhadap kinerja pasar kayu bulat Indonesia. Kenaikan upah ini berakibat pada
penurunan luas tebangan, terutama pada hutan alam yang menurun 1.60, sedangkan pada hutan rakyat luas penurunannya sebesar 0.55, dan pada hutan
tanaman penurunannya sebesar 0.50. Penurunan luas tebangan ini berakibat
pada penurunan produksi kayu bulat, dimana total penurunan produksi mencapai 8.59, yang terdiri atas penurunan pada produksi hutan alam sekitar 28.27,
hutan rakyat sekitar 1.51, dan pada hutan tanaman sekitar 0.04 sebagaimana terlihat pada Tabel 28.
Penurunan penawaran kayu bulat ini mengakibatkan kenaikan harga kayu bulat di pasar domestik sampai dengan 2.51. Kondisi ini menjadikan
permintaan terhadap kayu bulat oleh industri pengolahan kayu primer mengalami penurunan sampai 0.74. Lebih lanjut, penurunan penawaran dan kenaikan
harga kayu bulat tersebut berakibat pada penurunan produksi industri kayu gergajian dan kayu lapis, sedangkan industri pulp and paper cenderung tidak
terpengaruh. Pada industri kayu gergajian, penurunan produksi mencapai 0.06, sedangkan pada industri kayu lapis penurunan produksi mencapai 0.25.
Skenario kenaikan upah sebesar 5 ini pada akhirnya mengakibatkan selisih antara penawaran dan permintaan kayu bulat oleh industri pengolahan timber
supply and demand gap mengalami peningkatan sampai dengan 21.96 .
6.3.2. Penurunan Kapasitas Terpasang Industri Pengolahan
Penurunan kapasitas terpasang industri pengolahan sebesar 20 akan menurunkan permintaan kayu bulat oleh industri sebesar 3.73. Industri
pengolahan pulp and paper akan menurunkan permintaan kayu bulat untuk bahan bakunya sebesar 6.63, sedangkan industri kayu gergajian menurunkan
permintaannya sebesar 3.28, dan industri kayu lapis mengalami penurunan sebesar 0.08. Penurunan permintaan terhadap kayu bulat ini ternyata tidak
berakibat pada penurunan harga kayu bulat, hal ini diduga sebagai akibat dari
permintaan yang masih lebih besar dari pada penawaran excess demand; sehingga masih terjadi kenaikan harga kayu bulat sebesar 0.03.
Penurunan permintaan terhadap kayu bulat juga berakibat pada penurunan luas tebangan, yang secara keseluruhan menurun sekitar 1.74. Penurunan luas
tebangan di hutan rakyat adalah yang terbesar, yaitu sebesar 2.40, kemudian diikuti oleh hutan alam sekitar 1.94, dan hutan tanaman sekitar 1.34. Dari
situasi ini terlihat bahwa perilaku harga kayu bulat lebih didominasi oleh perubahan yang terjadi pada sisi pasokan kayu bulat, dimana penurunan pasokan
kayu bulat mendorong terjadinya kenaikan harga kayu tersebut. Skenario penurunan kapasitas industri pengolahan kayu hingga 20 akhirnya berakibat
pada menurunnya gap antara penawaran dan permintaan kayu bulat sekitar 14.28.
6.3.3. Kenaikan Suku Bunga 5