Produksi Kayu Lapis Industri Pengolahan Kayu Primer 1. Permintaan Kayu Bulat oleh Industri Kayu Gergajian

jangka pendek akan peningkatan permintaan kayu bulat hanya sebesar 0.36, sedangkan dalam jangka panjang peningkatan ini hanya sekitar 0.49. Tabel 15. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Kayu Bulat untuk Kayu Lapis di Indonesia Tahun 2005 Peubah Koefisien P-value Elastisitas Jk Pendek Jk. Panjang INTERCEP -1919.765877 0.7187 Harga kayu lapis domestik 198.90145 0.6652 0.253 0.339 Harga kayu bulat alam -3034.010472 0.1668 -0.662 -0.889 Harga dunia kayu lapis 495.749745 0.4245 0.835 1.122 Tren waktu 118.059857 0.555 0.172 0.231 Produksi kayu lapis 0.000496 0.0953 0.361 0.485 Permintaan kayu bulat IKL sebelumnya 0.255666 0.2296 Kemungkinan, besarnya kenaikan produksi yang kurang sepadan dengan kenaikan pasokan bahan baku kayu adalah dikarenakan adanya penurunan efisiensi penggunaan bahan baku kayu bulat, diantaranya mesin dan peralatan yang ada sudah mulai usang, tanpa ada peremajaan atau moderenisasi yang berarti.

5.3.4. Produksi Kayu Lapis

Hasil estimasi persamaan produksi kayu lapis. Dari tabel tersebut terlihat bahwa perilaku produksi kayu lapis dipengaruhi secara nyata oleh harga kayu lapis pada taraf nyata 5, harga riil kayu bulat dari hutan alam pada taraf nyata 15 dan harga kayu lapis periode sebelumnya pada taraf nyata 1 Tabel 16. Secara umum dari pengamatan periode 1980 hingga 2005 produksi kayu lapis mengalami kecenderungan menurun, dan hal itu ditunjukkan oleh nilai T yang negatif. Namun demikian kecenderungan ini secara relatif terhadap total produksi kurang signifikan, hal ini diindikasikan oleh p-value yang relatif besar, yaitu sekitar 0.85 serta elastisitasnya yang sangat kecil yaitu 0.018 pada jangka pendek, dan sekitar 0.120 pada jangka panjang. Tabel 16. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Kayu Lapis di Indonesia Tahun 2005 Peubah Koefisien P-value Elastisitas Jk Pendek Jk. Panjang Harga kayu lapis dunia 178884.000 0.0411 0.312 2.039 Harga kayu bulat alam -450001.000 0.1451 -0.135 -0.881 Suku bunga 3914.424 0.8585 0.011 0.069 Kapasitas terpasang industri 4128.935 0.9707 0.005 0.036 Tren waktu -9175.044 0.8472 -0.018 -0.120 Harga kayu lapis tahun sebelumnya 0.847 0.0001 Harga kayu bulat dari hutan alam merupakan peubah yang signifikan terhadap permintaan bahan baku kayu lapis, meskipun respon permintaan bahan baku terhadap perubahan harga tidak elastik. Perubahan harga kayu bulat dari hutan alam sebesar 1 dalam jangka pendek direspon dengan pengurangan permintaan kayu sebesar 0.662, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan harga kayu ini akan mengurangi permintaan sebesar 0.889. Meskipun respon permintaan kayu bulat dari hutan alam terhadap harga kayu tersebut inelastik, namun dari angka elastisitas tersebut terlihat bahwa produsen sangat terpengaruh dengan harga kayu ini, karena bahan baku kayu bulat menempati proporsi 60 hingga 70 dari total biaya produksi. Harga kayu lapis dunia berpengaruh positif terhadap permintaan bahan bahan baku kayu bulat. Apabila terjadi kenaikan harga kayu lapis dunia sebesar 1 maka kejadian ini dalam jangka pendek akan direspon dengan peningkatan permintaan bahan baku kayu bulat sebesar 0.835, dan dalam jangka panjang sebesar 1.122. Hal ini sekali lagi memperlihatkan pentingnya pasar dunia bagi industri kayu lapis Indonesia, dimana pasar dunia untuk produk ini masih cukup bagus bagi kayu lapis Indonesia. Namun demikian, peubah yang sangat nyata berpengaruh terhadap produksi kayu lapis adalah harga riil domestik kayu lapis itu sendiri dan harga kayu bulat dari hutan alam. Respon produksi terhadap perubahan harga kayu lapis dalam jangka pendek tidak elastik yaitu 0.312, namun dalam jangka panjang respon ini sangat elastik yaitu mencapai 2.039. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan harga kayu lapis sebesar 1, maka dalam jangka pendek akan direspon dengan peningkatan produksi sebesar 0.312, dan dalam jangka panjang peningkatan ini bisa lebih dari dua kali lipat, yaitu sekitar 2.309. Lambatnya respon ini berarti bahwa produksi kayu lapis saat ini belum dapat secara maksimal memanfaatkan kemungkinan kenaikan harga produk ini, namun apabila terjadi kecenderungan kenaikan harga produk yang secara-terus menerus berlangsung, maka industri akan berusaha meningkatkan produksinya. Kecenderungan menurunnya produksi kayu lapis dan ketidakmampuan industri dalam menangkap keuntungan secara maksimal dari kemungkinan kenaikan harga produk ini, sebagaimana uraian di atas, sekali lagi menjelaskan bahwa kilang-kilang kayu lapis sudah dalam kondisi tidak efisien, dan pembaruan peralatan dan mesin-mesin yang selama ini dipergunakan. 5.3.5. Permintaan Kayu Bulat oleh Industri Pulp Besarnya permintaan kayu bulat oleh industri pulp selain merujuk pengalaman pada permintaan tahun sebelumnya, juga dipengaruhi oleh: 1 harga bahan baku kayu bulat dari hutan alam pada taraf 20, 2 jumlah produksi dari industri ini pada taraf 16, dan 3 harga pulp itu sendiri. Pengaruh harga kayu bulat dari hutan alam terhadap permintaan kayu bulat untuk industri ini adalah negatif, meskipun respon yang terjadi tidak elastik. Perubahan harga kayu bulat hutan alam sebesar 1 direspon dengan penurunan total permintaan kayu bulat sebesar 0.507, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pengaruh dari harga kayu bulat dari hutan alam ini sangat dominan terhadap permintaan kayu bulat. Tabel 17. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Kayu Bulat Industri Pulp di Indonesia Tahun 2005 Peubah Koefisien P-value Elastisitas Jk Pendek Jk. Panjang INTERCEP 3341.155351 0.6859 Harga pulp domestik 70.756984 0.6025 0.156 0.156 Harga kayu bulat alam -1529.455325 0.1831 -0.507 -0.507 Harga dunia pulp dunia 53.608693 0.7312 0.165 0.165 Tren waktu -191.499031 0.6867 -0.424 -0.424 Produksi pulp and paper 0.00115 0.1575 0.352 0.352 Permintaan kayu bulat industry pulp sebelumnya 0.764104 0.0011

5.3.6. Produksi Pulp